Senin, 02 Desember 2019



“….hanya pendekar berjiwa kesatria sejati yang tabah dalam ujian penderitaan perjuangan kehidupan…” 
(bagian satu  tentang: situasi Jakarta, Kalimantan Timur dan hiruk pikuk wacana pindahnya ibukota ke Sepaku Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara Hing Martadipura Kalimantan Timur sampai aktifitas para pendekar tempaan Gunung Lawu yang terlibat secara tak sengaja di aktifitas pengambilan pusaka-pusaka leluhur nusantara yang salah satunya di situs tua bekas kerajaan Dayak di tepian Mahakam untuk di satukan dengan ratusan qodam pusaka-pusaka seluruh bekas kerajaan nusantara sejak zaman dahulu kala, agar ibukota yang baru kuat bertahan selama-lamanya dan mampu menjadi simbol dan kejayaan negeri nusantara.
  Bagian dua, intrik-intrik konspirasi tingkat tinggi yang didalangi politisi jahat di Jakarta bekerja sama dengan bos-bos besar Freeport yang marah pada Indonesia karena saham tambang emas dan bahan baku nuklirnya di Papua diambil alih oleh pemerintahan yang di pimpin Presiden Joko Widodo, seorang lelaki kurus ceking yang kewahyon memindahkan Ibukota ke Kaltim, puncaknya adalah huru-hara kebakaran hutan dan lahan yang di dahului pembakaran gedung-gedung sekolah di wilayah Kalteng.
  Dan bagian terakhir bagian penutup dimana semua indah pada waktunya, anak-anak muda itu menajdi bagian sejarah penting negeri ini, karena mereka pilar NKRI yang sejati, kesatria yang selalu setia pada Tuhan YME, setia kepada Orang Tua, setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika serta UUD 1945, setia kepada perguruan PSCP dan setia kepada Sesama Insan, makna paling esensial dari judul Kesetiaan Hati Cempaka Putih.).

   Maulana memeriksa WA, ada yang ngunggah fotonya dengan Mala, sedang duduk di kantin sekolah, mata mereka saling beradu pandang mesra, dan ada tulisan di bawah foto mereka….”ada yang kencan nih….!!! Jangan lupa TC-nya bos…pacaran terus si bos ini…#wyw74”
   Sekilas ia lirik Mala, gadis tomboy itu masih asyik menghabiskan kuenya, sambil sesekali membenahi anak-anak rambut di keningnya yang tersapu angin pagi pancaroba yang mulai sejuk, satu dua dedaunan yang jatuh tesapu angin, tertahan semak rerumputan di halaman luas MTsN yang pagi itu mulai di padati siswa yang duduk rapi mengelilingi lapangan sekolah dan dari kejauhan sesekali terdengar gemuruh guntur dari arah Melak seberang yang langitnya hitam oleh mendung pekat, nampaknya hulu masih di guyur hujan lebat.
    Maulana jengah, baru juga buka gadged, sudah aneh-aneh yang masuk, ia ndak enak sama Salwa, ia sudah menjadi sahabat dan teman yang baik dengan bekas siswanya yang kini sekretarisnya di ranting Melak, dan kini ada si Mala, ah, gadis itu, kenapa pula nongol-nongol sudah masuk kerelung terdalam di hatinya, ah. Maulana mengusap wajah, risau, khas anak muda milenial yang sedang galau tingakat dewa karena cinta.

   Dugaannya tak pernah meleset, Salwa dengan wajah datar mendekat, tanpa teriring senyum di wajah manisnya, dengan suara yang juga sangat-sangat datar tanpa ekspresi ia hanya berkata singkat, “ semua sudah siap kak, yuk kita turun”.
   Maulana tanggap, ada sesuatu yang sudah di luar kendalinya, ia tetap mencoba tenang, setelah membayar minuman dan beberapa potong kue, ia segera menyusul Mala dan Salwa yang masuk ke ruang ganti, ia juga segetra membriafing timatraksi PSCP Kubar pagi itu dalam rangka memberikan sedikit gambaran tentang apa itu pencak silat kepada penghuni sekolah yang dahulu juga ia pernah mengenyam pendidikan di bawah atapnya, ia cekatan bersiap mengadakan atraksi di halaman MTsN yang disaksikan seluruh siswa, guru dan pegawai di sekolah negeri tersebut.
    Segenap yang memadati halaman MTsN Kutai Barat yang hari itu merupakan Jum’at jelang senam pagi, menjadi hening sesaat saat Mala dan Salwa, pendekar muda Cempaka Putih Kubar yang sangat apik mempertontonkan sebuah atraksi pencak silat seni ganda, teknik kembangan dan tata gerak terukur itu sangat memikat, semua intisari unsur-unsur wiraga, wirasa dan wiramanya sangat-sangat elegan, sehingga membuat bu Fitri sang Kepala Sekolah Madrasah Negeri di pedalaman Kutai Barat Kaltim itu meminta agar Pencak Seni menjadi ekstrakuler wajib mendampingi Gerakan Pramuka yang terlebih dahulu eksis di Sekolah yang di inisiasi Departemen Agama RI itu.
   Maulana yang alumni MTsN Melak, yang pada hari itu menampilkan hasil koreografi hasil latihan seluruh tim atraksi berbulan-bulan dengan disiplin tingkat dewa, dan sempat tampil di acara PTBN/Pekan Temu Budaya Nusantara di taman Budaya Sendawar, kreasi koreografi teknik pencak silatnya yang kini makin di matangkan serta disempurnakan oleh kedua adik seperguruanya, si Mala dan Salwa yang hari itu mewakili PSCP Kubar menampilkan atraksi di hadapan warga sekolah yang aula utamanya di pakai ranting PSCP Melak sebagai pusat TC atlit-atlit Cempaka Putih Kutai Barat manakala harus mengikuti turnamen kejuaraan, baik kategori tanding maupun kategori kelas seni.
   Pukul 10.30 Wita, rehat selesai, bu Fitri sangat berharap, IPSI Kutai Barat dan Maulana sebagai pengurus PSCP dan juga anggota pengurus IPSI Kubar untuk segera menurunkan pelatih dan menyusun jadwal latihan berbarengan dengan ekstrakurikuler lain, baik Pramuka, Paskibraka, Futsal, PMR daan teranyar Karate yang diinisiasi ijin latihannya oleh INKAI ranting Melak.
   Kepala sekolah yang sangat akrab dengan Maulana itu, karena dulu juga kepala sekolahnya waktu masih siswa, mengucapkan terimakasih berulang-ulang, perempuan paruh baya yang ramah yang kini memimpin MTsN Kubar itu berulang-ulang menepuk-nepuk pundah Maulana.
“jaga nama baik, kibarkan nama besar Madrazah, ibu yakin di tangan kalian, apalagi Melak tahun ini Juara Umum Pencak Silat Bupati Cup, dan ibu yakin Maulana dan teman-temanmu semua akan menjadi bagian pendidikan karakter di Kubar ini, gerakan pramuka bagus, lebih bagus jika seluruh anggotanya memiliki ilmu pencak silat agar mereka tak hanya pandau tepuk Pramuka dan baris berbaris sambil nyanyi-nyanyi gembira di sini senang disana senang!”.
“baik bu, terimaksih, saya mewakili Keluarga Besar Cempaka Putih dan Ikatan Pencaks Silat Kutai Barat menngucapkan ribuan terimakasih tak terhingga, karena bu Fitri sudah meyakinkan Pak Usman di MI dan pak Yahya di MAN agar sekolah yang beliau-beliau pimpin memasukkan pencak silat sebagai ekstrakulikuler wajib yang menjadi bagian penting pendidikan karakter anak didik di MI, MTsn dan MAN Kutai Barat, sekali lagi terimaksih bu!”
  Maulana menjabat erat tangan bekas gurunya itu, terharu ia ingat segala support dukungan beliau sehingga PSCP di Melak leluasa menggunkana fasilitas seperti Aula untuk TC sebelum atlit-atlit Cempaka Putih Kutai Barat turun gelanggang membela nama baik sekolah, daerah bahkan ia yakin akan membela nama baik bangsa dan Negara di kelak kemudian hari!.
   Hari ini ada yang berbeda, ia terpaksa pamit off dari kerjaan, fokus ke penerimaan siswa PSCP yang makin hari makin banyak peminatnya, meyusun scedule baru tentang atraksi-atraksi di sekolah seluruh Kubar, agar kelak, Kutai Barat menjadi daerah tingkat dua pertama di negeri ini yang seluruh siswa sekolah dari tingkat PAUD sampai pendidikan tinggi memberlakukan kurikulum pencak silat sebagai mata pelajaran wajib sebagai cara melestarikan sekaligus mengembangkan nilai adiluhung warisan budaya kearifan lokal leluhur nusantara.
                                                                   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trisula Kembar

Sepasang Trisula Kembar, senjata yang menjadi lambangIkatan Pencak Silat Indonesia