“….hanya pendekar berjiwa kesatria
sejati yang tabah dalam ujian penderitaan perjuangan kehidupan…”
(bagian satu tentang: situasi Jakarta, Kalimantan Timur
dan hiruk pikuk wacana pindahnya ibukota ke Sepaku Penajam Paser Utara dan
Kutai Kartanegara Hing Martadipura Kalimantan Timur sampai aktifitas para
pendekar tempaan Gunung Lawu yang terlibat secara tak sengaja di aktifitas
pengambilan pusaka-pusaka leluhur nusantara yang salah satunya di situs tua
bekas kerajaan Dayak di tepian Mahakam untuk di satukan dengan ratusan qodam
pusaka-pusaka seluruh bekas kerajaan nusantara sejak zaman dahulu kala, agar
ibukota yang baru kuat bertahan selama-lamanya dan mampu menjadi simbol dan
kejayaan negeri nusantara.
Bagian dua, intrik-intrik konspirasi tingkat tinggi yang didalangi
politisi jahat di Jakarta bekerja sama dengan bos-bos besar Freeport yang marah
pada Indonesia karena saham tambang emas dan bahan baku nuklirnya di Papua
diambil alih oleh pemerintahan yang di pimpin Presiden Joko Widodo, seorang
lelaki kurus ceking yang kewahyon memindahkan Ibukota ke Kaltim, puncaknya
adalah huru-hara kebakaran hutan dan lahan yang di dahului pembakaran
gedung-gedung sekolah di wilayah Kalteng.
Dan bagian terakhir bagian penutup dimana semua indah pada waktunya,
anak-anak muda itu menajdi bagian sejarah penting negeri ini, karena mereka
pilar NKRI yang sejati, kesatria yang selalu setia pada Tuhan YME, setia kepada
Orang Tua, setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika
serta UUD 1945, setia kepada perguruan PSCP dan setia kepada Sesama Insan,
makna paling esensial dari judul Kesetiaan Hati Cempaka Putih.).
Maulana memeriksa WA, ada yang ngunggah fotonya dengan Mala, sedang
duduk di kantin sekolah, mata mereka saling beradu pandang mesra, dan ada
tulisan di bawah foto mereka….”ada yang kencan nih….!!! Jangan lupa TC-nya
bos…pacaran terus si bos ini…#wyw74”
Sekilas ia lirik Mala, gadis tomboy itu masih asyik menghabiskan kuenya,
sambil sesekali membenahi anak-anak rambut di keningnya yang tersapu angin pagi
pancaroba yang mulai sejuk, satu dua dedaunan yang jatuh tesapu angin, tertahan
semak rerumputan di halaman luas MTsN yang pagi itu mulai di padati siswa yang
duduk rapi mengelilingi lapangan sekolah dan dari kejauhan sesekali terdengar
gemuruh guntur dari arah Melak seberang yang langitnya hitam oleh mendung
pekat, nampaknya hulu masih di guyur hujan lebat.
Maulana jengah, baru juga buka gadged, sudah aneh-aneh yang masuk, ia
ndak enak sama Salwa, ia sudah menjadi sahabat dan teman yang baik dengan bekas
siswanya yang kini sekretarisnya di ranting Melak, dan kini ada si Mala, ah,
gadis itu, kenapa pula nongol-nongol sudah masuk kerelung terdalam di hatinya,
ah. Maulana mengusap wajah, risau, khas anak muda milenial yang sedang galau
tingakat dewa karena cinta.
Dugaannya tak pernah meleset, Salwa dengan
wajah datar mendekat, tanpa teriring senyum di wajah manisnya, dengan suara
yang juga sangat-sangat datar tanpa ekspresi ia hanya berkata singkat, “ semua
sudah siap kak, yuk kita turun”.
Maulana tanggap, ada sesuatu yang sudah di
luar kendalinya, ia tetap mencoba tenang, setelah membayar minuman dan beberapa
potong kue, ia segera menyusul Mala dan Salwa yang masuk ke ruang ganti, ia
juga segetra membriafing timatraksi PSCP Kubar pagi itu dalam rangka memberikan
sedikit gambaran tentang apa itu pencak silat kepada penghuni sekolah yang
dahulu juga ia pernah mengenyam pendidikan di bawah atapnya, ia cekatan bersiap
mengadakan atraksi di halaman MTsN yang disaksikan seluruh siswa, guru dan
pegawai di sekolah negeri tersebut.
Segenap yang memadati halaman MTsN Kutai
Barat yang hari itu merupakan Jum’at jelang senam pagi, menjadi hening sesaat
saat Mala dan Salwa, pendekar muda Cempaka Putih Kubar yang sangat apik mempertontonkan
sebuah atraksi pencak silat seni ganda, teknik kembangan dan tata gerak terukur
itu sangat memikat, semua intisari unsur-unsur wiraga, wirasa dan wiramanya
sangat-sangat elegan, sehingga membuat bu Fitri sang Kepala Sekolah Madrasah
Negeri di pedalaman Kutai Barat Kaltim itu meminta agar Pencak Seni menjadi
ekstrakuler wajib mendampingi Gerakan Pramuka yang terlebih dahulu eksis di
Sekolah yang di inisiasi Departemen Agama RI itu.
Maulana yang alumni MTsN Melak, yang pada hari
itu menampilkan hasil koreografi hasil latihan seluruh tim atraksi berbulan-bulan
dengan disiplin tingkat dewa, dan sempat tampil di acara PTBN/Pekan Temu Budaya
Nusantara di taman Budaya Sendawar, kreasi koreografi teknik pencak silatnya yang
kini makin di matangkan serta disempurnakan oleh kedua adik seperguruanya, si
Mala dan Salwa yang hari itu mewakili PSCP Kubar menampilkan atraksi di hadapan
warga sekolah yang aula utamanya di pakai ranting PSCP Melak sebagai pusat TC
atlit-atlit Cempaka Putih Kutai Barat manakala harus mengikuti turnamen
kejuaraan, baik kategori tanding maupun kategori kelas seni.
Pukul 10.30 Wita, rehat selesai, bu Fitri
sangat berharap, IPSI Kutai Barat dan Maulana sebagai pengurus PSCP dan juga
anggota pengurus IPSI Kubar untuk segera menurunkan pelatih dan menyusun jadwal
latihan berbarengan dengan ekstrakurikuler lain, baik Pramuka, Paskibraka,
Futsal, PMR daan teranyar Karate yang diinisiasi ijin latihannya oleh INKAI
ranting Melak.
Kepala sekolah yang sangat akrab dengan
Maulana itu, karena dulu juga kepala sekolahnya waktu masih siswa, mengucapkan
terimakasih berulang-ulang, perempuan paruh baya yang ramah yang kini memimpin
MTsN Kubar itu berulang-ulang menepuk-nepuk pundah Maulana.
“jaga
nama baik, kibarkan nama besar Madrazah, ibu yakin di tangan kalian, apalagi
Melak tahun ini Juara Umum Pencak Silat Bupati Cup, dan ibu yakin Maulana dan
teman-temanmu semua akan menjadi bagian pendidikan karakter di Kubar ini,
gerakan pramuka bagus, lebih bagus jika seluruh anggotanya memiliki ilmu pencak
silat agar mereka tak hanya pandau tepuk Pramuka dan baris berbaris sambil
nyanyi-nyanyi gembira di sini senang disana senang!”.
“baik
bu, terimaksih, saya mewakili Keluarga Besar Cempaka Putih dan Ikatan Pencaks
Silat Kutai Barat menngucapkan ribuan terimakasih tak terhingga, karena bu
Fitri sudah meyakinkan Pak Usman di MI dan pak Yahya di MAN agar sekolah yang
beliau-beliau pimpin memasukkan pencak silat sebagai ekstrakulikuler wajib yang
menjadi bagian penting pendidikan karakter anak didik di MI, MTsn dan MAN Kutai
Barat, sekali lagi terimaksih bu!”
Maulana menjabat erat tangan bekas gurunya
itu, terharu ia ingat segala support dukungan beliau sehingga PSCP di Melak
leluasa menggunkana fasilitas seperti Aula untuk TC sebelum atlit-atlit Cempaka
Putih Kutai Barat turun gelanggang membela nama baik sekolah, daerah bahkan ia
yakin akan membela nama baik bangsa dan Negara di kelak kemudian hari!.
Hari ini ada yang berbeda, ia terpaksa pamit off dari kerjaan, fokus ke
penerimaan siswa PSCP yang makin hari makin banyak peminatnya, meyusun scedule
baru tentang atraksi-atraksi di sekolah seluruh Kubar, agar kelak, Kutai Barat
menjadi daerah tingkat dua pertama di negeri ini yang seluruh siswa sekolah
dari tingkat PAUD sampai pendidikan tinggi memberlakukan kurikulum pencak silat
sebagai mata pelajaran wajib sebagai cara melestarikan sekaligus mengembangkan
nilai adiluhung warisan budaya kearifan lokal leluhur nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar