Dari Sebuah Polling
Ada sebuah penjajakan pendapat yang dilaksanakan oleh tim bulletin PSCP
Kutai Barat Kaltim, dimana respondennya dimintai pendapat, baik bagi warga laki-laki dan perempuan KB PSCP di
semua usia, jajak pendapat yang kami ajukan itu untuk bahan yang akan di
jadikan salah satu isi dari konten warung kopi pendekar di Buletin PSCP Kutai
Barat-Kabarnya Pendekar Milenial Zona Kubar-Kalimantan Timur.
Warung Kopi Pendekar adalah sarana untuk mengakomodir isu dan wacana
paling terbaharukan dari setiap kegiatan PSCP yang ada di pusat, wilayah, cabang
dan ranting bahkan sub Ranting yang terblow up di medsos maupaun tidak
terekspos dan isu-isu lain yang masih ada kaitannya dengan PSCP secara umum.
Dan materi yang disampaikan dalam bentuk dialog tokoh-tokoh fiksi yang
mewakili sosok-sosok yang ada di setiap kegiatan PSCP, sosok-sosok yang bertemu
dengan berbagai hal pengalaman unik, manis asam pahit manakala merintis PSCP di
zona perjuanganya masing-masing yang secara umum hampir memiliki pengalaman
yang sama namun berbeda dimensi raung dan waktunya.
Poling jajak pendapat bagi KB PSCP ini secara acak/random, yang temanya
adalah jika seorang warga atau pelatih yang masih jomblo kemudian sudah bekerja
dan siap secara lahir batin untuk menikah, maka sebaiknya ia menikah dengan
perempuan jika ia pria atau lelaki, dengan pria jika ia wanita atau gadis, dan
jodoh yang ia pilih di kolom jajak pendapat apakah dari kalangan pendekar atau
kalangan biasa non pesilat.
Dari beberapa opsi pertanyaan dan jawaban yang di ajukan di beberapa
grup intern KB PSCP, audience memilih hal yang sebagian besar memilih jodoh non
pesilat gadis atau perempuan bagi warga pria dan lelaki bukan pendekar bagi
warga wanita, para warga pendekar baik laki-laki maupaun wanita alias lebih
condong memilih jodohnya dari kalangan biasa non pesilat pendekar.
Hal ini karena Dwija Wasana, Mbah Man, dalam beberapa kesempatan sudah
mewanti-wanti bagi para warga KB PSCP, baik pria maupu perempuan, agar yang
sudah di seniorkan, dituakan atau bahkan yang sesepuh PSCP di manapun ia
berjuang, agar pandai-pandai menjadi pagar yang baik yang tidak merusak dan
makan tanaman yang ia jaga, agar di contoh adik-adik seperguruanya kelak.
Pagar yang baik artinya menjadi penjaga, bukan perusak, ibaratnya
perempuan dan gadis-gadis remaja yang baru masuk menjadi bagian dari PSCP
adalah aset berharga yang masih imut, labil, mudah rusak, luka, pecah dan layu,
ibarat tanaman harus dijaga dan diamankan, agar ia bisa maksimal dan memperoleh
latihan-latihan yang sesuai dengan bakat dan minatnya di PSCP sehingga kelak
menjadi sosok perempuan yang tangguh, Srikandi Cempaka Putih.
Di usia belia dan remaja, gadis-gadis itu ibarat tanaman yang nedeng-nedenge
tuwuh, akan mengundang kambing-kambing dan hewan lainya yang lepas ikatan
talinya tak tercancang lagi di patokan dan lepas dari kandangnya, tergoda untuk
menikmati ranum dan sedapnya tanaman muda yang berdaun hijau segar!.
Gadis-gadis dan remaja putri itu pun sama, di usia transisi menjadi
wanita dewasa ibarat sebuah tanaman yang sedang subur dan di puncak-puncaknya
untuk terus bertumbuh daun , tunas , batang serta bakal putik bunganya.
Ia akan masuk ke dalam sebuah pencarian idola, pacar dan calon tambatan
hati belahan jiwa, di mana alam bawah sadarnya sebagai perempuan muda, akan
mencari sosok pria yang tangguh, baik secara fisik dan ekonomi.
Sehingga ia berharap kelak jika menikah anak-anak garis keturunannya
akan aman terjamin secara rohani, fisik dan material, sebuah tuntutan dan
cita-cita yang sangat manusiawi dari seorang perempuan muda era purba bahkan
sampai jaman now Milenial.
Sehingga, perhatian lebih senior kepada siswanya seringkali membuat
sebuah hubungan antara guru dan siswa tidak professional, ada ikatan batin
sehingga seringkali menimbulkan gejolak dan intrik di intern PSCP di mana kasus
itu kadang-kadang masih sering terjadi sampai hari ini.
Siswi sendiri kadang berusaha mencari perhatian lebih dari sekedar
perhatian guru kepada murid, hubungan saling membutuhkan, jika keduanya jomblo
tidak masalah, namun manakala salah satu diantaranya sudah bertunangan bahkan
menikah, masalah rumit akan muncul dan menjadi duri dalam daging.
Akan timbul masalah dan penyakit sosial, benturan batin, rusaknya nama baik
perguruan PSCP, dan imbasnya latihan yang di rintis susah payah akan bubar
sia-sia hanya karena masalah yang kadang dianggap sepele, cinta lokasi antara
atau sesama atau dengan senior, junior/adik angkatan bahkan siswa di lokasi
latihan silat. yang semuanya berawal dari perhatian yang melebihi batas
kewajaran antara guru dan murid.
Studi kasus yang terjadi di saat Dwija Wasana merintis PSCP, beberapa
anak didik beliau saat sabung/sparing bertarung mati-matian, bahkan menggunakan
unsur tenaga dalam yang bisa membahayakan nyawa mereka.
Usut punya usut, masalahnya rebutan cewek yang juga ikut di latihan PSCP
yang beliau rintis, sehingga saat kedua cowok siswa sang Dwija sabung, ditonton
sang pujaan hati, bagai sayembara pilih, siapa yang terkuat akan menjadi
pemilik sah sang perempuan, naluri paling purba dari dunia manusia bahkan dunia
hewan, sehingga anak didik sang Dwija pun bertarung hidup mati demi cinta
seorang gadis, sangat luar biasa sodara-sodara.
Saat musim kawin, di alam liar, harimau, singa, gajah, burung, ular dan
binatang lain, para pejantanya akan berkelahi bertaruh nyawa demi bisa menjadi
pejantan dominan di kawanannya dengan imbalan hak mengawini para betina-betina
di kawananya itu, dan itu terjadi juga di kalangan manusia yang mencari
jodohnya.
Bahkan di era kerajaaan, putri raja yang terlalu banyak menerima
pinangan/lamaran raja muda/pangeran dari kerajaan lain, akan di jadikan hadiah
sayembara pilih.
Dan bagi raja muda dan pangeran yang melamar ikut wajib naik gelanggang
pertarungan, karena jika dipilih salah satu, mereka yang ditolak akan bersatu,
ngamuk-ngamuk lebih ngeri dari bonek yang kalap karena timnya keok.
Dan agar aman diadu di atas panggung/gelanggang, barbar dan efektif,
siapa yang terkuat akan menjadi menantu sang raja ayahanda dari putri kerajaan
yang diperebutkan sekian banyak raja muda dan pangeran.
Akhirnya, siapapun yang menang akan lanjut sampai final, juara satu atau
terakhir yang hidup akan memperoleh sang putri.
Kembali ke poling jajak pendapat, suara terbanyak, 50 % lebih responden
yang memilih jodoh gadis atau pria bukan pendekar, karena hidup, jodoh, rejeki di
tangan Tuhan (bukan memiih kolom pilihan yang tercantum gadis/perempuan/laki-laki
seperguruan di PSCP).
Pilihan terbanyak kedua 30 %
lebih memilih untuk menikah dengan kawan perempuan atau laki-laki seperguruan seangkatan
dan sudah kerja atau mapan secara ekonomi, artinya tertarik untuk menikah
dengan kawan seangkatan atau tahun pelantikanya di PSCP, suara terbanyak ketiga
yang 10 % lebih menikahi adik angkatan yang sudah warga dan bekerja serta mapan.
Tim jajak pendapat sengaja menyelipkan kalimat sudah bekerja dan mapan
secara ekonomi bagi warga (perempuan PSCP dan pria PSCP) yang akan/ditaksir
oleh sang pemberi suara di jajak pendapat poling ini, sehingga bisa menajdi
semacam patokan dan indoktrinasi, bahwa modal nikah itu selain cinta juga kerja
yang menghasilka materi demi kelangsungan rumah tangga yang akan di bina kelak,
cinta penting, kerja tak kalah utama, nikah itu sepasang yakni pria dan wanita,
lahir dan batin, cinta dan kerja, dunia dan akhirat, dan seterusnya dan
seterusnya.
AD/ART PSCP tidak mengatur pernikahan antar warga PSCP, namun sang Dwija
Wasana, Mbah Wagiman sendiri berulang kali mengamanatkan kepada KB PSCP, agar
mengutamakan seduluran, keutuhan persatuan dan silaturahmi antar warga,
melindungi nama baik perguruan dengan menjadi senior pelatih yang baik bagi
siswa siswinya.
Dan jika itu rusak gara-gara ulah oknum warga yang main api dengan siswa
dan siswinya, Hukum alam dan hukum Tuhan yang akan bekerja, karena kita manakala
di lantik saat masih di tingkat Purwa sudah bersumpah kepada lima kesetiaan,
diantaranya SETIA KEPADA SESAMA INSAN, artinya insan sangat universal umum
banget.
Setia kepada tetangga, istri, tunangan, gebetan, pacar, sahabat, teman
sekolah, teman belajar kelompok di sekolah atau di bangku kuliah dan lain-lain
sesuai dengan porsinya masing-masing.
Bagi siswa sendiri sangat tak elok jika menjalin hubungan terlarang
dengan pelatihnya, bahkan ia tahu sang pelatih sudah beranak isteri atau
bersuami dan memiliki buah hati, dan jika ada satu dua kasus sang siswi
mengandung jabang bayi hasil hubungan gelap itu, maka semua akan kacau, rumit
dan menyakitkan bagi semua KB PSCP yang ada di situ, satu individu berbuat
masalah, semua merasakan sakitnya, dan sakitnya itu di sini (nunjuk jidat atau
jantung boleh)!.
Seluruh energi ketua cabang, ketua ranting dan ketua sub ranting akan
terkuras mengatasi masalah tersebut, bahkan pengurus wilayah dan pusat akan
cawe-cawe turun tangan demi sebuah Nama Baik Perguruan yang sudah tercemar
hanya karena bermula dari Cinta Lokasi antara oknum senior dengan siswa dan
siswinya.
Hal ini jarang dibahas secara njlimet, namun sangat mendesak untuk
dibumikan menjadi sebuah kesadaran dan tindakan baru serta semangat perjuangan
yang juga baru dimana kita semua KB PSCP dimanapun berada wajib nguri-uri
budaya leluhur kita yang adiluhung, pencak silat.
Adik-adik seperguruan dan angkatan sangat memerlukan keteladanan para
sesepuh dan senior pelatih serta warganya, agar adik-adik seperguruan dan
angkatan itu tak akan mengulangi berbuat di kasus yang sama.
Karena PSCP makin berkembang, dan angkatan 2019/2020 ini jumlah siswa
siswi yang masuk menjadi murid di lokasi latihan makin banyak, sehingga tugas
kita semua, baik pengurus maupun warga dan senior pelatih untuk membekali diri
agar tetap tegak lurus menjaga amanat sang Dwija Wasana, menjaga nama baik
perguruan dan tetap “setia”
kepada sesama insan.
Terimakasih
peran dan partisipasi seluruh bubuhan sedulur keluarga besar PSCP di
grup-grup PSCP sehinga jajak pendapat ini menghasilkan data awal yang kami
harapkan bisa menjadi salah satu alternatif dan acuan dasar agar PSCP di Kubar
khususnya dan nusantara secara umum makin subur dan berkembang lagi menjadi
salah satu mercusuar peradaban yang memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada
perdamaian dunia secara universal.
Rumangsa Handarbeni Hangrupaki Ngulat Sarira
Hangrasa Wani-Wiro Yudho Wicaksono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar