Senin, 11 September 2017

PADEPOKAN MACAN PUTIH GUNUNG LAWU


PADEPOKAN MACAN PUTUH GUNUNG LAWU

Tibalah sebuah era baru di dunia persilatan, kini telah berubah haluan mengikuti zaman dan peradaban nuswantara!. Mataram telah terpecah menjadi kerajaan kecil yang lemah, para prajurit yang berjiwa kesatria pendekar telah dilemahkan sedemikian rupa oleh kelicikan penjajah kolonial Belanda!.

Sejak masuknya bangsa eropa di tanah pertiwi, bangsa Belanda khususnya, gerak kehidupan para kesatria pendekar sangat dibatasi, karena di tangan mereka terkandung kandungan kekuatan keprajuritan yang menggetarkan!.
Karena tekanan serta ketakutan kolonialisme terhadap kekuatan para kesatria pendekar itulah maka perguruan pencak silat dilarang berkembang di nusantara……..hanya satu dua yang bertahan, dan itupun merahasiakan keberadaan mereka dari mata-mata penjajah asing!

Maka para kesatria pendekar bagai tertidur di ayunan alam mimpi yang maha panjang………
Hingga pada suatu senja di lerang gunung Lawu, mengiring sang waktu yang terus berganti, sang waktu yang berlalu, sang waktu yang berlari. ,,,,..bahkan terkadang merangkak,  berjalan, pelahan….membawa suasana  pelan namun pasti……, suatu hari manakala senja di lembah gunung Lawu yang menjulang biru, diantara hijaunya pepohonan, hutan, ladang dan kebun serta bentangan areal persawahan yang subur ijo royo-royo, dua orang sepuh berjalan beriringan, ……..sayup terdengar percakapannya terbawa desir angin selatan yang membawa udara beku di lereng yang makin temaram itu,,,!


"....nanti akan tiba dimas saatnya darah prajurit itu akan dibangkitkan kembali"
"kapan itu rakamas"
"manakala di lembah gunung lawu muncul sebuah padepokan, dimana umbul-umbul dan panji panji kejayaan nusantara kan kembali berkibar gagah, sebuah padepokan kecil yang melahirkan kesatria besar di zamannya sang kesatria pingitan, yang piningit oleh misteri zaman dimas"

.......lalu kedua sesepuh yang membawa pusaka  Mataram itu melanjutkan perjalanan mereka menyusuri hutan Ngrayudan....lalu lereng lawu agak benderang oleh remang bulan sabit, di sebuah belik kecil mereka berhenti sejenak untuk melepaskan lelah, fajar sebentar lagi akan merekah!.
setelah beristirahat sejenak, kedua orang yang berusia sepuh itu melanjutkan perjalanan mereka, menyusuri jalanan setapak yang samar-samar makin kelihatan memerah, di timur fajar pecah, semburat saga membuat langit terbangun dari lelapnya dekapan sang malam!

Lalu, saat menjelang pecah fajar di kaki langit timur, di dekat kedua orang itu, pada dinding batu yang ditumbuhi semak dan ganggang lumut hutan muncullah sinar benderang yang seakan lorong panjang yang mengarah kepada sebuah jalan yang diapit du buah gerbang dimana berdiri gapura raksasa…..kedua sesepuh itu masuk dan menghilang, seiring musnahnya kedua sosok itu, lenyap pula sinar benderang dan gapura raksasa yang menjulang itu!, lalu senyap, dinding batu itu kembali membisu seakan tidak pernah ada kejadian yang maha hebat yang pernah terjadi, tak lama fajar tiba, alam raya bangkit terbangun dari mimpi lelahnya……….!!!

beratus tahun kemudian…………..

Senja baru saja tiba, sang malam sebentar lagi merajai suasana yang kian meremang sempurna seiring munculnya kerlip bintang yang bertabur merata di wajah langit, udara perlahan-lahan menjadi semakin sejuk dan dingin. Lembah gunung Lawu makin remang, puncaknya menjulang biru gagah di langit yang semakin pekat, selimut dewi malam membawa udara makin beku namun segar!. Lalu kumpulan awan menutup langit,suasana seketika pekat sempurna!.

Di sebuah jalan setapak, seorang anak muda berlari-lari kecil menyusuri  jalanan yang berdebu akibat musim kering, di atas sebuah batu besar  yang bentuknya bagaikan seekor  gajah tidur ia meloncat naik, padukuhan di sepanjang lembah gunung Lawu nampak berkerlip dari bias lampu rumah penduduk,  ia berdiri tegak, matanya tajam memandang ke lembah dibawahnya, ia melihat, di atas puncak gunung Lawu, bulan sabit telah hadir, menggantung bagai senyum bidadari yang menyambut datangnya sang malam.

Lalu dari arah lembah di depannya,  nampak seberkas cahaya yang berkedip beberapa kali. Lalu mati, berkedip menyala lalu mati kembali dengan cepat  membentuk pola sandi cahaya, ia segera mencoret-coret beberapa kata di selembar kertas kecil, lalu melipatnya kembali, setelah selesai ia segera berlari menuruni perbukitan yang kanan kirinya rimbun oleh rerumputan dan semak yang mengeluarkan harum bunga liar, musim bunga liar menghias wajah lereng gunung lawu, yang penuh pepohonan besar berseling semak dan rimbunnya perdu berbunga warna-warni, musim mekarnya bunga liar menambah seronok jika siang hari!.

Memasuki sebuah tanah yang datar agak lapang, ia berhenti, meneriakkan suara mirip burung malam, lalu ada sahutan dengan suara serupa, sahut menyahut beberapa kali, dari arah yang gelap beberapa sosok bayangan melompat mendekat,  suasana pekat, gelapnya sempurna,  ia bersama sosok-sosok yang tadi mendekat bersama-sama  menuju sebuah pondok sederhana, lalu menyerahkan tulisan yang ia bawa, seseorang menerimanya dengan cepat,… lalu  mereka, para pemuda yang nampak seusia itu memasuki sebuah ruangan yang diterangi nyala lampu kecil, nyalanya tenang, menerangi ruangan yang tanpa perabot dan hanya beralaskan tikar pandan.

“hmmmm…baiklah kawan-kawan, perintah telah berjalan muali malam ini, tugas pertama kita malam ini adalah mengadakan patroli dan penyergapan buat para pendekar muda yang akan masuk kampung lewat tengah malam tepat!”
Nampak seorang pemuda seaparuh baya, duduk bersila sambil membaca sebuah kertas yang bertuliskan beberapa kata sandi!. Seragam pakainnya hitam-hitam dengan ikat kepala gadung melati.

“lalu berapa personel kekuatan kita ketua”
Seorang yang duduk disamping kanannya menyela, ia berpakaian serupa namun dengan ikat kepala yang berbeda corak batikya.

“pos I diujung kampung,  10 relawan menjaganya, di pertengahan perempatan kampung 10 orang dan beberapa orang lagi yang memiliki kanuragan lebih di antara kalian akan menyertai berjaga,  dan seluruh kekuatan  yang tersisa menjaga di markas, pos III di tengah aku sendiri yang akan memimpin bersama beberapa yang sudh senior, total semua pos telah terisi kurang lebih 100 orang, bisa dimengerti kawan-kawan?”

“ bisa….!!!!!”
Serempak yang hadir, yang nampaknya para pimpinan dari kelompoknyamenyahut cepat.

“ada yang ditanyakan”

Segenap yang hadir terdiam sejenak, hening mewarnai ruangan itu, lalu…..

“bagimana jika pendekar muda yang naik ke kampung ini berkemampuan diatas rata-rata dan mengejutkan kami yang di pos I ketua?”
Seorang pemuda berkumis dan berbadan tegap menyela memecah keheningan suasana pondokan.

“baik,,,,biar dimas Rajawali Langit warga tingkat II akan mengawal di pos satu untuk menghadapi perlawanan para pendekar muda”

“mengerti, terimakasih ketua!”

Ia menyahut, nampak guratan puas di sudut bibirnya yang tersenyum, bak kembang tak jadi, senyum sekilas saja, rata-rata yang hadir di ruangan itu semua nampak tegang!.

Lalu lima orang yang nampaknya para pimpinan di kelompoknya masing-masing telah mengambil kata sepakat untuk tindakan yang akan diambil untuk menyambut masuknya para pendekar muda di lokasi pertahanan mereka di lereng Lawu malam itu!.

Malam merangkak dengan cepat, tengah malam tiba juga …..ujung kampung yang pintu gerbangnya di apit dua batang pohon kantil gelap pekat, lokasi di lereng gunung lawu itu benar-benar terpisah dari padukuhan dan desa-desa yang nampak berkerlip benderang oleh pijar lampu  yang berkerlip nampak indah di sepanjang ngarai dan lembah, di tempat ini hanya beberapa kerlip nyala lampu minyak saja yang datang dari beberapa pondok sederhana, malam makin beku, beberapa kelompok manusia yang rata rata masih muda beranjak dewasa telah berjalan tergesa dan  lalu bersiaga di tepi jalanan tanah yang berdebu karena kemarau panjang!.

Seseorang nampak menyalakan sebatang rokok, dengan bara  dari sisa kayu yang menyala, bekas unggun membuat pekatnya suasana mendadak benderang menyilaukan.

“petzzz…..”

Tiba-tiba saja nyala bara  padam, sebuah angin berkesiur membawa udara dingin , cahaya bara sampai padam akibat kuatnya hembusan angin dingin seakan mengandung air lembab beku tersebut, ia terkejut lalu sesosok tubuh tiba-tiba saja telah berada di dekatnya
“jangan bikin api, biarkan kegelapan ini melatih indera kita lebih tajam”
“oh..maaf  ketua, saya khilaf”
“baiklah, bertugaslah dengan baik, aku akan ke pos satu melihat suasana”
Sebelum ada yang menyahut, ia telah berkelebat meninggalkan tempat tersebut, menghilang di kegelapan.
“hmmm……sepi angin, nampaknya ketua mengusai juga teknik langka tersebut”
“mengapa kita tidak diajarkan guru saat pendadaran dulu”
“karena tidak sembarang orang boleh memilikinya, nanti akan disalahgunkan untuk tindakan kejahatan yang merugikan orang lain, walau sekarang kelompok kita diaanggap menyalahi aturan perguruan, namun di tangan ketua dan dukungan kita, yakinlah kita akan keberhasilan perjuangan kelompok ini!”
“luar biasa, ketua baru saja bicara denganku, tiba-tiba saja sekali loncat ia telah menghilang…luar biasa, dan sepenuh jiwa ragaku aku akan mengabdi pada ketua demi perjuangan kita ini!”
“makanya, kita harus tekun berlatih biar bisa sampai tataran utama”
Bisik bisik itu berhenti manakala, dari ujung  jalan nampak sesosok tubuh berkelebat sangat cepat berlari ke arah mereka yang bersembunyi di kanan kiri jalan
……………………..
“mereka datang, rombongan pertama berjumlah 3 orang saja, namun pos satu gagal menghentikan laju mereka, kita harus bisa meringkus mereka di pos dua ini”

“lha kakangmas Rajawali Langit kemana”

“ia juga gagal menghentikan laju ketiga pendekar muda itu”

“mana mungkin 10 arang pendekar pilihan dan seorang Rajawali Langit  gagal menghentikan 3 orang saja, kan jumlah mereka hanya 3 saja, masak jumlah segitu banyaknya kalah…mana bisaaa…”
“ya begitulah kenyataanya kawan, aku juga tidak paham mengapa bisa terjadi seperti itu!”
“Bagaiman dengan ketua…..?”
“beliau tidak ada, entahlah dimana berada sekarang, yang jelas ketiganya akan tiba sesaat lagi disini, bersiaplah!!”
……….ketiga  pendekar muda yang disebut-sebut beberapa orang itu  telah membuat bergetar dada mereka di malam yang pekat di lereng lawu, ketiganya ternyata sangat digdaya usianya yang masih sangat belia!.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Malam merangkak perlahan, lereng gunung Lawu yang dingin semakin bertambah bekunya, desir angin menggoyangkan pucuk-pucuk cemara gunung yang menjulang ke angkasa malam, satu dua kerlip bintang bertaburan, awan tersingkap oleh semilir angin, membawa udara malam yang beku bagai menembus tulang!.
Suasana senyap,namun terpecah seketika,  terkoyak oleh bunyi berdebam, ada benda berat yang seakan jatuh dari langit, disusul beberapa teriak kesakitan!.
Di kegelapan nampak tiga sosok yang bertarung dengan sangat sengit menghadapi lima belas orang yang berpakaian serba hitam bercadar, ketiganya dengan tenang menyambut setiap serangan dengan elakan dan kadang membalas dengan cekatan dan sangat cepat, akibatnya beberapa pengepungnya jatuh berdebam menghantam tanah kering berdebu di lereng gunung Lawu malam itu.

Tak berapa lama beberapa penyerang mengeluarkan senjata berbagai jenis, pisau, tombak bermata ganda di kedua ujungnya dan beberapa trisula, ketiga orang yang dikeroyok itu hanya bermodalkan tongkat pendek belaka!, namun mampu memunahkan setiap serangan yang datang bergelombang menusuk titik mematikan, huncaman ujung senjata mengarah langsung ke jantung!.

“menyerahlah, tinggalkan tempat ini, dan kalian tidak akan mati dengan penderitaan dan kesakitan menghadapi kami yang tiada ampun degan cara apapun meminta kalian membatalkan misi apapun yang kalian bawa dari Padepokan”

“tidak bisa, kalian yang harus segera meninggalkan tempat ini, kalian tidak berhak lagi tinggal disini, guru sendiri tidak ingin mengotori tangannya dengan darah kalian, karenanya beliau mengutus kami untuk menghukum kalian yang telah memalukan nama perguruan jika benar-benar sudah tidak bisa kami ajak turun gunung dengan baik-baik”

“haaaaa ahaaahahahaaahahaaa……”
Segenap yang mengepung ketiga sosok muda tersebut tertawa…tertawa yang sangat luar biasa keras, bagi telinga wadag manusia kebanyakan akan kesakitan, karena suara tawa yang dilepaskan dengan tenaga dalam tingkat tinggi tersebut akan merusak gendang telinga, namun tidak berdampak buruk bagi indera pendengaran ketiganya, walau masih belia namun menguasai teknik serupa yang tak kalah dahsyat!.

“hmmm….Gelap Ngampar….”
Bisik salah satu dari ketiganya, kedua temannya mengangguk, lalu mereka mengatur jalan nafas , melapisi setiap pori dan nadi dengan tenaga dalam agar tidak terkena pengaruh teknik  yang kejam tersebut….
Marah sejadi-jadinya sang pimpinan penyerang yang mengeroyok ketiga pemuda tersebut, menyerang dengan tombak pendek bermata ganda, namun ketiganya bukan pendekar ingusan yang baru belajar mengenal jurus, serangan bergelombang dari para pengeroyoknya yang berkemampuan tinggi mereka hadapi dengan tenang dan terukur!

Sang pemimpin yang mengeroyok ketiga pemuda pendekar itu bahkan telah mendapatkan luka lebam memar akibat pukulan tongkat pendek yang memutar deras seakan berdengung menangkis setiap serangan senjata berbagai jenis, saat batang tombak bermata ganda sang pimpinan bisa dielakkan, salah satu dari ketiga pemuda itu balas menyerang dengan cepat,  tak ampun sodokan tongkat yang telak menghantam dadanya!.

Nyeri yang disertai panas membara bagai membakar isi dadanya,……..pukulan tongkat yang telah dilambari teknik tenaga api dari ilmu terlarang “Segara Geni”………

“sialan…..anak muda ini memiliki kemampuan di luar dugaanku, siapa mereka sebenarnya, bahkan aku sendiri tidak bisa mengalahkan ketiganya….”…disela rasa sakit yang menyengat, ia meyumpah-nyumpah ketiga lawanya yang teramat tangguh, bahkan menguasai ilmu legendaris yang telah lama hilang dari dunia persilatan, teknik pukulan segara geni yang berdaya api yang mengahanguskan target pukulan tiada ampun, yang bahkan mampu diarahkan secara terukur lewat senjata tongkat!.

“menyerahlah andika sekalian, jangan sampai jatuh korban diantara kita yang tidak perlu….”

“bangsat,,,,!”

Baru saja salah satu dari ketiga pemuda pendekar itu berbicara….sesosok bayangan tiba-tiba saja masuk ke dalam arena pertarungan……..”kalian yang harusnya menyerah untuk aku hukum, berani sekali kalian naik kesini wahai anak muda!”
Seorang laki-laki berjubah hitam setengah umur berbadan tegap dan tinggi telah berdiri tegak dengan kedua tangan mengepal……udara telah berubah menjadi hangat lalu perlahan panas…..makin panas bahkan sampai keringat orang-orang yang ada di arena pertarungan menitik makin deras…….udara yang
 Telah dipanaskan oleh ilmu kanuragan tataran tingkat tinggi, ……..

“kalian cepat urus dimas Rajawali Laangit, aku sendiri yang akan menghadapi mereka, cepat tinggalkan tempat ini, karena sebentar lagi para pendekar padepokan lembah Lawu akan membanjiri tempat ini untuk meringkus kita”

“baik kakangmas”

Maka semua orang bercadar hitam itu serempak melompat mundur dan meninggalkan gelanggang pertarungan, menghilang di balik kegelapan, salah satu dari ketiga pemuda itu akan mengejar, namun segera urung manakala ada hantaman udara panas menuju tepat di depan wajahnya…pukulan jarak jauh yang dilambari tenaga dalam yang sangat mapan!.

Ia bersalto melenting ke samping dengan gesit……maka terbebaslah dari keadaan yang mengancam keselamatannya, kedua kawannya segera bersiaga, memasang kuda-kuda, tangannya meraih sebuah gagang keris dari sisi lambung kanannya, ia lolos dan acungngkan keris itu kepada lawannya yang berdiri beberapa depa di hadapannya:

Lalu, perlahan namun pasti, berkesiur desir-desir lembut dan halus angin sejuk lalu makin dingin dan beku, seketika suasana panas membara berubah sebaliknya, udara mendadak beku, dari ujungkeris yang diacungkan tegak ke udara itu memancar pendaran cahaya putih berkilau yang membawa pengaruh di luar nalar…..mendatangkan angin dingin beku yang seketika merubah suasana membara menjadi sejuk, dingin lalu bahkan perlahan menjadi atis, dingin dan beku!.

……….
MISI
Sementara itu, di tempat lain, di sebuah pendopo sebuah padepokan sederhana yang lumayan luas, seorang lelaki sepuh berpakaian serba hitam dan ikat kepala gadung melati sedang duduk bersila di kelilingi beberapa orang yang berpakaian serupa namun dengan ikat kepala yang berbeda coraknya yang nampaknya menunjukkan tingkatan tataran dari sebuah perguruan bela diri!.

“guru,,,,,ananda mendapat titipan salam dari kangjeng Pengeran Diponegoro, beliau mengucapkan ribuan ucapan terimakasih atas kiriman 10 siswa Padepokan Lembah Lawu, sehingga pertahanan Belanda di Semarang kocar-kacir akibat tambahan pasukan dari 10 pendekar pilihan siswa padepoakn lembah Lawu yang guru pimpin”
“..hmm…rupanya anakmas Ontowiryo telah menetapkan pilihan hati nuraninya, bahkan telah merubag gelar bangsawannya…”
“benar guru”…seorang lelaki setengah umur yang duduk di sebelah sisi dari orang yang di panggil guru menyahut gumaman itu dengan sahutan pelan dan lembut namun berkesan tegas, lalu ia melanjutkan:
………..
“bahkan beliau telah mendirikan Mataram baru dan bergelar Sultan Ngabdul Hamid Erucakra Sayidin Panetep Agama Khalifatullah ing Tanah Jawa ingkang Jumeneng kang sepisan”
“ucapan terimakasih anakmas Ontowiryo telah aku terima, dan bahkan beliau telah menyerang semarang sebagai pusat kedudukan Kompeni Belanda, juga aku mendukung sepenuhnya perjuangan beliau sebagai raja tandingan Mataram yang makin lemah di kuasai Belanda!”
“lalu bagaimana kekuatan kalian 10 siswa yang aku ijinkan bergabung dengan pasukan Gunung Selarong menggempur kekuatan belanda di bumi Mentaram yang dulu berdaulat ini wahai Suryopati?”
“kami semua selamat walau ada juga menderita luka akibat ledakan meriam Belanda yang terlambat kami atasi dengn kanuragan yang guru pernah ajarkan jika berlaga mengdapi senjata bangsa Belanda yang menakutkan, yakni Meriam, namun sekarang beberapa luka kecil akibat pecahan mesiau meriam itu telah sembuh seperti sedia kala guru”


Percakapan itu terhenti sejenak manakala beberapa cantrik mengeluarkan singkong rebus dan wedang jahe, walaupun makanan sederhana dan minuman yang sedrhana pula, namun cukup member tenaga dan kekuatan baru, udara dingin di lembah lawu, dimana sebuah padepokan rahasia berdiri menempa para kesatria pendekar kini menjadi hangat, hangat akibat perbincangan serius sekaligus hidangan wedang jahe panas dan singkong rebus yang masih mengepul pula!.

(berlanjut ke...Expedisi Macan Putih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trisula Kembar

Sepasang Trisula Kembar, senjata yang menjadi lambangIkatan Pencak Silat Indonesia