Senin, 11 September 2017

Karate Vs Debus

Karate & Debus Banten

Ajang kompetisi terbesar olahraga Karete Dunia, Shotokan Karatedo International Federation (SKIF) 2016 yang baru saja kelar di laksanakan di Kemayoran, Jakarta Indonesia menyisakan sedikit kisah menggelikan.



Peragaan Teknik Kata Oleh Peserta SKIF 2016

Atraksi Debus yang "mengerikan"



Ribuan Penonton dan Kontingen dari seluruh dunia (58 Negara), di buat tertegun dan matanya melotot tak berkedip dengan raut wajah yang ngeri, manakala Tim Atraksi Pembukaan menampilkan Beladiri Khas Indonesia yang bernama Debus, Teknik Silat yang paling Tua di Nusantara ini memaksa adrenalin dan logika penonton untuk di aduk-aduk sampai batasan tertinggi mereka!.
Bagaimana tidak, setelah atraksi seni tari dan berbagai gelar budaya dengan lenggak lenggok gemulai seniman cantik , ganteng dan menawan, rombongan Debus yang berpakaian khas Silat “mirip dukun santet di film horror Indonesia”, menampilkan tari pencak seni dengan iringan Kendang Kulon-nan, lalu atraksi memasuki fase memukau manakala pertarungan dengan menggunakan senjata tajam yang putih berkilat merobek kulit daging para pelaku Debus dari Banten!!!.

Bukannya tewas, atau memanggil petugas kesehatan, seorang tetua malah maju, merapal mantram, lalu tangan ditempelkan ditempat luka menganga yang mengucurkan darah segar, lalu ajaib, luka sirna, kulit daging itu kembali segar bugar, hanya baju seragamnya saja yang masih koyak dengan sisa darah yang masih memerah basah!!!!.

Hal yang menggelikan adalah, bisa-bisanya, ajang Dunia Karate yang selalu penuh sponsor kelas wahid itu di buat terdiam (manakala atraksi seni tari gemuruh tepuk tangan membahana senantiasa), namun manakala orang lokal, tuan rumah menyajikan atraksi khas beladiri negeri sendiri, mereka terdiam seribu bahasa, blangkemen, Teknik Tertinggi Debus dari Kulon itu seakan membawa pesan singkat, walau pemuda dan remaja Indonesia serta  Dunia gandrung dan bangga belajar Karate, namun sesungguhnya masih ada jalur beladiri tertua di negeri ini yang tak kalah hebat, namun masih Sinengker oleh waktu dan belum mendunia karena alasan etika dan budaya!!!.
Saya pribadi marem, puas, melihat raut wajah karateka seluruh dunia tak berkedip dan satu sama lain saling pandang seakan tak percaya, manakala sabetan Clurit yang tajam berkilat menancap di perut pelaku Debus mengalirkan darah, baju terkoyak, darah merembes sampai lantai dan di tampung dengan kain, dan seketika juga bisa di sembuhkan hanya dengan doa dan usapan telapak tangan, jika ilmu ini di kuasai serdadu Amerika sangat Mbebayani, mereka akan makin jumawa dan makin sombong, untung ilmu itu senantiasa sinengker dalam kurungan terlarang para tetua pendekar negeri ini yang secara bijak tidak menyebarkan-nya kepada dunia dengan alasan demi menjaga perdamaian itu sendiri, jikapun di sebar dan luaskan sebatas ilmu fisik dan olahraga beladirinya saja.
Dan untuk kanuragan sekelas Debus biar ia tetap terlelap tidur, namun tetap setia membentengi negeri ini jika suatu saat ada gempuran dari pihak luar siap untuk bangikt mempertahankan tanah tumpah darah negeri tercinta, Indoneisa!.

Sesekali tampil dan pamer boleh-boleh saja, kayak di ajang SKIF 2016 di Kemayoran Jakarat, Indonesia Agustus lalu, biar dunia tahu dan tidak berani macam-macam dengan keramahan wong Indonesia, terutama Pencak Silatnya, beladiri Indonesia itu walau kelihatan dan berkesan lemah lembut namun mematikan, itulah pencak silat, ramah tamah namun tetap tangguh dan sanggup menjadi benteng NKRI sampai tetesing Ludiro kang Pungkasan!!!!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trisula Kembar

Sepasang Trisula Kembar, senjata yang menjadi lambangIkatan Pencak Silat Indonesia