Selasa, 12 September 2017

Nge-BOLANG

EKSPEDISI NDESO
(pejalan sunyi di pagi hari).




*ilustrasi kesibukan jelang musim tanam padi di lahan pembibitan





Medio 2003 s/d 2006, waktu luang/sengaja diluang-luangin, saya dan beberapa kawan satu angkatan di sekolah pertanian dan kawan sekampung sepermainan sering melakukan apa yang sering kami sebut Exspedisi Ndeso, sebuah perjalanan bermotor rame-rame (bukan genk motor lhoh), menyusuri pelosok desa dan padukuhan-padukuhan di sekitar lereng sampi lembah gunung Lawu sebelah Timur, Utara, dan Selatan (jalur barat belum pernah).
Satu saja yang paling saya sukai, jika sudah menemukan obyek mana yang akan di sisir, segera tidur cepat (setelah semua persiapan matang), saya selalu menyiapkan tembakau/padud 98 rasa gudang garam Surya, korek api, dan botol air minum, bangun jam 3 pagi, ngopi, ngasih makan sapi dan berakhir di meja kamar, ngecek komputer tentang jadwal penting hari ini (ndak kalah sama Bupati dan Pejabat tinggi negeri ini heheehee, sibuk pol pokoknya!!!).
Jam 4 lewat sudah pada ngumpul, cek bensin di tangki motor (kalau ada kuda mending makek kuda, bensin hanya rumput doang), dan sampai hari ini menjelang usia saya ke 40 tahun, belum kesampaian naik kuda, malah bini yang waktu ke Magetan merasakan menunggang kuda.
Dia mengelilingi telaga Sarangan nungggang kuda, aku yang anak Kabupaten Magetan tulen hanya punya cita-cita belaka, sederhana namun belum terlaksana, menunggang kuda…nelangsa lhoh rasanya hehehee, bener, sedih, karena nunggang kuda kudu bermodal duit, saya dulu saat ke Telaga Sarangan uang ngepas melulu, hanya nyisa buat beli bensin pulang hahaaaaa, jadi ndak ada dana buat ngu-da, hheeee!!!!.

Jam 4 lewat start, yang paling saya sukai, manakala jelang sunrise, langit mulai bangun, jalanan meremang merah, sawah, kebun, kampung dan atap rumah-rumah penduduk nampak samar dan manakala kian terang, udara dingin berubah segar, enak sekali membuka jaket dan helm saat pipis di pinggir jalan tepi sawah yang sedang merunduk menguning bulir padinya , suasana yang sepi sambil merasakan keindahan, melihat uap amonia pipis yang naik ke udara, pesing menyeruak samar-samar berbaur udara yang bersih, di hari yang mulai bangkit, pagi yang seronok, heheeee!!!!.
Jangan berharap dalam expsdisi ini mendapatkan sesuatu aneh atau yang mahal, kami serombongan masing-masing memiliki karakter dan penilaian yang berbeda tentang perjalanan ini, juga apa yang kami cari juga beda-beda, saya pribadi ingin menyaksikan keindahan alam, mencari inspirasi untuk menyelesaikan skripsi, untung-untung menemukan saudara baru (kami akan selalu mampir jika ada rumah kerabat atau kenalan dalam jalur yang kami lalui, lumayan ngecamp, dapat minum gratis, atau beruntung banget dapat makan yang juga gratis, hehehehe…seru deh pokoknya dalam ekspedisi ndeso kami ini!!!).
Sering saya ngedumel rasan-rasan sama kawan seperjalanan,
“jaman saiki ceweke males-males, ndak ada yang bangun pagi, nyapu halaman, membuat segelas kopi buat bapaknya, menyapu lantai dapur dan lain-lain-nya pekerjaan rumah tangga, semua males dan memilih bangun siang jika libur, cobak saat itu ada cewek manis ayu yang rajin nyapu halaman di pagi hari saat kami ekspedisi, pasti kami segera berkompetisi, untuk menjadikanya tambatan hati belahan jiwa, minimal ada yang membikinkan saya segelas kopi sehabis saya kerja dan memberi makan sapi di pagi hari jika ia kelak saya jadikan bini, hahahahaha.
Namun sepanjang ingatanku, semua yang kami obrolkan tentang gadis manis ayu yang bangun pagi ndak ada, yang ada kebanyakan ibu-ibu dan mbah tuwek yang menggendong kayu bakar atau sayur ataupun hasil kebun dan panenan dari ladang mereka dan di bawa pagi hari betul, pagi buta mereka rajin dan tabah berjuang berangkat ke pasar menjual panenan hari itu demi uang yang tak seberapa yang membuat dapur mereka bisa ngebul dan anak-anaknya bisa makan dan tetap hidup!!!!!.
(hal ini yang sampai hari ini saya yakini Indonesia masih bisa makan rakyatnya, karena ibu-ibu yang rajin seperti yang kami lihat di pagi hari saat ekspedisi ndeso tempoe lalu ).
Hahahahahahahhhhhhhaaaaa, jaman telah berubah, apalagi sekarang, cewek di Indonesia kebanyakan pagi buta bangun tidur yang di openi hape dan medsosnya, perduli apa dengan menyapu sampah di halaman rumah, haahahahahahahahahaaaaaaa, upload status dan poto selpi dulu lah, ngapain nyapu sampah di halaman rumah, ogah ahhh, hehee!!!!!!.

Sekian kisah saya tentang ekspedisi ndeso, semoga kawan-kawan seperjalanan seperjuangan yang masih mengingatnya akan menjadikannya sebuah renungan pengalaman yang lucu dan menginspirasi perjuangan kalian semua, tak ada yang mudah, namun tak ada juga yang terlalu sulit dalam hidup ini jika kita melakuakn semua hal di dasari niat baik dan ketulusan, ….Merdekaaa!!!!!.
…………………….
……………….
………………………………………….


*Tanjakan Telaga Wahyu, Plaosan Magetan Jatim, sesaat sebelum memasuki Daerah Wisata Telaga Sarangan.



Ketika aktif di pencak silat, spirit exkspedisi ndeso ini saya bawa untuk menyatukan segenap kekuatan yang ada dari teman-teman manakala bersama-sama di jalan perjuangn membumikan kembali budaya warisan leluhur, pencak silat agar lestari berkembang tak punah di negeri sendiri!!!
.
.
.
(Kutai Barat, Jumat Siang, saat mendung menyelimuti bumi Tanaa Purai Ngeriman, Kutai Barat Tanah Beradat, September 2017).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trisula Kembar

Sepasang Trisula Kembar, senjata yang menjadi lambangIkatan Pencak Silat Indonesia