SEGORO GENI
Cerita Pencak Silat Kekinian
Ibunya memanggil, menyuruh makan
siang dulu, dijawabnya asal saja, namun tergesa ia berbalik meminta ijin sambil
mencium tangan sang bunda yang keriput di makan sang waktu karena
membesarkannya bersama kakak-kaknya 4 bersaudara, sang ibunda membekali dengan
beberapa potong singkong rebus, serta sebotol air matang dalam botol aqua kotor
akibat sering di bawa keladang, ia memakan singkong sambil berlari menuju
kawan-kawannya yang menunggu untuk latihan Pencak Silat, diminumnya beberapa
teguk air matang yang tawar saja rasanya!, sambil masih berlari ia menghabiskan
potongan singkong rebus!, lalu tiba di perempatan kampung di bawah pohon Kantil
dimana kawannya sudah menunggu!.
Banyak kawannya sudah berseragam, dengan cepat dikenakannya
juga pakaian Pencak Silat yang setengah basah, warna hitam yang setengah kusam
pucat akibat sering di cuci.
………………..
Sempat tergetar saat ia lihat
seorang gadis yang telah masuk lokasi latihan, ia hanya terbengong saja tanpa
mampu bertindak selain memperhatikan sang gadis yang mulai memimpin barisan, …
“kawan-kawan, cepat bentuk
barian, ada info penting buat kita semua dari kak Angga”
Sesaat terperangah, ia tergesa
masuk barisan, lalu si gadis kembali ke barisan pula, berdiri di sampingnya
tepat!.
Setelah kompak dan tenang,
seorang lelaki berpakaian pencak silat mengambil posisi di hadapan para siswa
yang siap berlatih:
“pimpinan saya ambil alih,
perhatikan semuanya……siaaapppppppp….gggrraaaakkk”
Lalu terdengar gerakan cepat dari
para siswa yang berbaris rapi,:
“setengah lengan lencang
kanaaaaaaaannnnn……..graaaakk!”
Semua mengikuti instruksi sang pelatih, lalu:
“Assalamualaikum WM Wb!, Salam Sejahtera buat kita semua,
met sore semuanya, hari ini ada sparing campuran, pesilat putri melawan putra,
sekarang buat lingkaran”
Tak lama terbentuk lingkaran besar, seratusan pesilat
bersiap berlaga tarung dalam rangka latihan menghadapi kompetisi di Daerah
tingkat II dan I, Ipul maju pertama kali, melawan Dewi!
“Pesilat, hanya boleh menyerang area aman, ingat dilarang memukul wilayah
terlarang, bisa dimengerti!” Ipul hanya mengangguk tanda mengerti, Dewi
bersikap sembah silat, lalu mundur beberapa langkah, saat pelatih member
aba-aba “mulai” keduanya hanya terpakau, “merapat silahkan segera menyerang!!!”
Lalu Dewi memukul cepat, walau seorang gadis namun ia juga
komandan marching band yang cekatan dan rajin olahraga terutama jogging,
nafasnya kuat dan tubuh wadagnya yang ramping namun padat sangat lentur,
kekuatan dan kecepatan serangannya membuat Indra beberapa kali terkapar jatuh
telak!.
Indra sendiri beberapa kali
mewakili daerahnya di ajang Porprov, namun menghadapi mantan pacarnya yang baru
putus beberapa bulan lalu ia mati langkah, namun rasa nyeri dan sakit akibat
tendangan dan pukulan Dewi yang menggedor Body Protektornya memaksa ia membela
diri, ia tangkap sebuah tendangan memutar, ia angkat tubuh sang mantan dan
membantingnya tanpa ampun:
“bukkk…!!!!”
Dewi terbanting keras di atas
rerumputan lokasi latihan, tanpa ampun terjungkal terbanting, lalu terguling
beberapa kali, ia jatuh dengan sangat telak, ia bangkit dengan cepat, kip dengan
lincah langsung berdiri tegak, lalu memmasang kuda-kuda ringan, tangan kiri di
silangkan di tengah dada, ujung jari jempol di tariknya ke dalam, tangan kanan
ia buka memutar pelahan ke samping lalu berhenti di atas kepalanya, lutut ia
buka sedikit, agak condong ke sisi kanan tubuh rampingya yang padat.
Aroma wangi karena mekarnya jajaran
bunga-bunga mawar merah di halaman sekolah tercium lembut, terbawa semilir
angin selatan, harum yang menenangkan jiwa dan membuatnya lebih mudah berkonsentrasi,
wangi yang kini bercampur keringat yang berasal dari tubuhnya tak ia hiraukan,
berusaha menetralisir rasa sakit akibat benturan-benturan manakala beradu jual
beli pukulan dan tendangah dengah Indra, ia fokus pada detak jantungnya yang
masih memburu, ia atur nafas pelahan, lalu bersiap, lalu nyeri dan sakit di
sekujur tubuhnya sedikit berkurang, ia masih bersiap dalam posisi kuda-kudanya,
suasana hening di lokasi sparing!.
Sanggul rambutnya sedikit wedar,
menutupi sebagian wajahnya yang penuh keringat, semilir angin lembut mesra
mengelus kulit wajahnya, ia memejamkan mata mencerna segala energi alam yang
tiba-tiba saja seperti berpusar-pusar berkesiung memasuki sekujur tubuhnya, ia
merasa segar berangsur-angsur pulih dan makin bertambah kuat tenaga murni dan
cakra prana tenaga cadangannya, tenaga dalamnya mulai terunggah membuat
dinding-dinding pertahanan baru, keringat yang menitik menetes di leher, dada,
dan sekujur tubuhnya kian deras, sakralnya telah telah basah oleh keringat,
wajah ayu namun kini berubah tegas berwibawa, ia bukan lagi gadis mayoret
marching band sekolah yang seksi, kini ia menjelma menjadi sosok pendekar putri
anggun, namun tangguh!.
Ia ubah posisi kuda-kuda ringan
menjadi posisi pasang kembangan setengah mekar, lalu di susul perubahan pasang
dengan sikap pasang kuda-kuda metok, walaupun sesak di dada ia tahan, ia
mememjamkan mata sesaat, fokus pada nafas dan gemuruh detak jantungnya yang
cepat terpacu, lalu di bukanya mata pelahan, ia siap menerima serangan Indra, Indra
masih terpaku, ragu menyerang sang dara, Dewi tenang di posisi kuda-kudanya, ia
tetap bersikap pasang metok, sunyi saja, pelatih memberi binaan karena keduanya
terlalu lama diam tanpa ada yang mencoba membuka serangan:
“pesilat, pasang……mulai!!!”
Keduanya kembali mengubah sikap
pasang, setelah sesaat jeda karena mengambil nafas untuk sekedar mengurai rasa
sakit, karena hantaman yang mereka berdua terima bukan hanya serangan yang
mengandalkan kecepatan tata gerak teknik silat, namun memasuki tahapan tata
gerak olah pernafasan yang mengunggah energi cadangan, energi tenaga dalam yang
mematikan!.
Selanjutnya Dewi tak mau menunggu
lebih lama lagi, ia melompat sambil berteriak kecil sambil mengarahkan pukulan
ke arah dada lawannya:
“Hiaattttt…!!!”
Indra ia serang cepat, lalu
berulang kali jual beli pukulan bervariasai dengan tendangan dan sapuan bawah
serta atas, pertarungannya dengan sang mantan seakan-akan pertarungan hidup
mati!.
Keduanya sampai basah kuyup,
keringat membasahi sakral pencak silat dua remaja yang beranjak dewasa itu,
pakaian mereka yang kini tak rupa pakaian sakral yang menunjukkan ciri khas
seragam pencak silat saking banyaknya kotoran, seragam yang penuh debu dan noda!.
Beberapa kali tangkapan dan
sapuan Indra menyakiti tubuh sang gadis, namun Dewi bertarung seperti orang
yang punya teknik kebal, jatuh bangun lagi , lalu jatuh lagi, bangun lagi cepat
seperti tak merasakan sakit, ia memendam dendam dan gemas karena diputus lewat
SMS, ia penasaran, apakah sang mantan telah punya kekasih yang lebih cantik
darinya.
Ia akan lega jika pacar baru Indra
lebih seksi, cantik dan digdaya, ia merasa kalah terhormat, namun sampai bulan
ketiga setelah SMS putus cinta dari Indra, ia belum melihat tanda-tanda sang
mantan ada pacar baru, ia gerah, ia sangat geram, seorang Dewi marah sejadi-jadinya,
wajah manisnya memerah menahan gejolak amarah yang maha dahsyat, mendidih
darahnya, menggelegak seakan gunung berapi yang menunggu detik-detik akhir
jelang erupsi, letusan emosi yang menggumpal sekian lama!.
“cukuuuuup…..berhentiiii…!!!”
Sang pelatih menengahi saat Dewi
memusatkan segenap tenaga di genggaman tangannya, energi pernafasan tingkat
tinggi sangat berbahaya jika digunakan untuk menyerang, bagi pesilat yang kena
pukulan tersebut bisa terluka dalam, apalagi bagi yang bertenaga dalam
pas-pasan, bisa fatal akibatnya, mengakibatkan luka dalam, jantung bisa pecah
jika terkena teknik pukulan tenaga dalam yang mapan!.
Namun terlambat, kecepatan sang
gadis pesilat telah melampaui peringatan sang pelatih yang menjadi wasit
sparing sore itu, ia menyerang dengan sangat cepat, sangat sulit di tangkap
oleh mata wadag, dan di puncak serangannya itulah Indra terpental beberapa
langkah ke belakang, dadanya terhantam pukulan telak Dewi, ia merasa dada kiri
atasnya bagaikan tersengat bara api yang membara, mendadak panas dan nyeri
menyeruak kesadaran jiwanya, sesaklah nafasnya seketika, panas dan serasa
terbakar api dadanya makin menjadi-jadi, ia kesakitan, rasa sakit yang membuat
ia kesulitan bangkit lagi…….
”arghkkhh..uhukk,uhukk”
Terhuyung-huyung ia berusaha
salto kip untuk bangkit, namun jatuh lagi, jatuh terjerembab dengan memelas dan
mengenaskan, ia terdiam, hening seketika suasana di lokasi latihan, sangat
hening, sejenak yang hadir sekan sulit bernafas, suasana mendadak berubah
menjadi sangat tegang sodara-sodara!!!.
Sang pelatih mendatangi Indra,
dibaringkanya yang cidera, dilepasnya Body prtektor, dibukanya lalu memeriksa dada kiri sang pemuda yang
terkena hantaman…….menghitam bersemburat biru urat-urat darahnya seperti
terbakar!, kulit daging yang nampak jelas telah biru kehitam-hitaman,
menunjukkan ada luka dalam, kulit yang gosong!, memar parah, tanda pukulan
tenaga dalam, body protector Indra yang di lambari energi cakra tenaga dalam pertahanan
diri telah tembus oleh pukulan maut seorang gadis belia yang beranjak
dewasa!!!.
Nampak benar sang gadis
mengeluarkan puncak kekuatan pukulan tenaga dalamnya, pukulan terlarang dalam
aturan resmi IPSI!.
Sang pelatih menempelkan telapak
tangannya ke dada korban pukulan tenaga dalam, ia memejamkan mata dan mulutnya
bergetar seakan merapalkan sebuah mantram doa, Indra menyeringai kesakitan,
dadanya seakan terbakar bara api kian panas manakala ada aliran energy dingin
yang menyusup pelahan-lahan ke pusat rasa sakit di dada kiri atasnya, benturan
panas dan dingin membuat Indra nyaris pingsan saking nyerinya sengatan sakit……ia
menggeliat menahan sakit yang menyengat sampai ke ulu hati!.
“arkghh..akhh,,,huukkgg!!!”
Sang korban pukulan maut merintih
memilukan!!.
“hmmm….segoro geni, dari mana
anak gadis ini mendapatkan jurus terlarang mematikan ini”
Sang pelatih bergumam dalam hati,
takjub dan heran melihat muncul kembalinya ilmu pukulan segoro geni yang lama
tidak di turunkan oleh padepokan pusat, dan kini siswanya yang baru mori kecil
menguasai teknik mematikan itu, gegabah, sungguh gegabah orang yang , memberi
ilmu sekejam ini pada anak gadis yang beranjak dewasa, yang kestabilan emosi
dan jiwanya belum dalam tataran mapan, tataran di mana ia berhak memiliki
“mainan” yang sedemikian berbahaya bahkan mematikan jika salah dalam
penggunaannya.
Sesaat hening, lalu sang korban
bangkit dan terhuyung masuk menempatkan dirinya di lingkaran kembali, cideranya
nampak tidak terlalu parah, karena ia memiliki energi cakra pelindung yang
sudah lumayan mapan, walupun sempat tembus oleh gedoran maha dahsyat pukalan
tangan kanan Dewi yang telah di lambari energi tenaga dalam tataran tinggi, kalau
saja situasi Indra masih kosong dan belum menguasai teknik pertahanan diri yang
bersumber pada dasar tata gerak oleh pernafasan dasar tenaga dalam, ceritanya
akan sangat lain, bisa gosong jantung dan ulu hatinya, tewas mengenaskan dengan
dada hangus terbakar, ih, ngeri!!!.
Dewi duduk tak jauh darinya, cuek saja ia
melihat Indra terbatuk-batuk berusaha bernafas secara normal!.
“pesilat….ambil posisi push up,
ambil jatah 100 kali!”
Walau Dewi sedikit yang ngedumel jengkel karena dihukum, ia taat
melaksanakan perintah pelatih, 100 kali push up lakukannya dengan cepat,
termasuk Indra, walau dadanya masih nyeri, ia selesaikan juga push upnya ke 100
sampai badanya bergetar hebat kelelahan plus menahan sakit dan nyeri di dada
kirinya!.
“sudah saya bilang, fokuskan pada
speed, jangan gunakan power berlebihan pada lawan sparing, kita berlatih bukan
berperang”
Sang pelatih memberi binaan dan
arahan kepada anak didiknya, semua mendengarkan dengan serius, Indra dan Dewi
duduk dengan pandangan mata kosong!, seakan jiwa dan kesadarannya melayang ke
negeri antah berantah!!!.
Dewi merasa seperti linglung,
belahan jiwanya baru saja ia lukai, ia merasa bersalah, namun api amarah masih
membelengu hati dan nuraninya, ingat benar ia sikap menjengkelkan Indra yang
kini seakan cuek bebek pada kehadiranya, mereka dekat secara wadag namun jauh
secara batin!.
Beberapa bulan sebelum
pertarungan yang mengakibatkan sang mantan cidera, ia sedang fokus mempelajari
kanuragan tingkat tinggi, ia akan gunakan menghajar Indra jika ada kesempatan
beradu tanding jurus di kegiatan sparing campuran antara pesilat putra melawan
pesilat putri, dan kini terbukti, Indra jatuh terlentang tanpa ampun!.
Ia tiba-tiba ingat ketika ia
setiap malam asyik menerima telpon dari seorang Indra Bayu Harimurti, cowok
yang mengisi hari-harinya dengan keindahan yang sulit terungkapkan kata-kata,
keindahan dunia asmaraloka, yang kini ia lukai dada kirinya dengan teknik
pamungkas pukulan maut segara geni.
Setiap ada telpon selalu ia
angkat dengan berbunga-bunga, bahkan sampi pagi betah mengobrol berdua sambil
cekikikan takut ketahuan orang tua masing-masing, makin malam bonus gratisan
telpon makin hangat bahan pembicaraan bagi yang sedang di mabuk cinta!!!!, luar
biasa sodara-sodara, mungkin ini mirip kisah panjenengan manakala berpacaran,
iya tidak pembaca yang baik!. (yang tersenyum berarti iya).
Ia sadar kembali, masa lalu ya
masa lalu, saatnya ia harus bangkit, move on! Dewi menepis bayang-bayang masa
lalunya dengan sang mantan, kini terbalaskan jengkelnya, Indra terjatuh telak
kena tonjokan mautnya.
Jauh sebelum hari pertarungan
maut itu terjadi, setiap pulang sekolah Dewi menemui seseorang yang di
panggilnya Mbah Kakung, seorang kakek sepuh yang menjadi tukang kebun ayahnya,
mengurus taman dan kebun keluarga yang penuh tanaman buah, lalu tak sengaja
sang Kakek menurunkan ilmu yang sudah sangat langka, ilmu yang sudah tidak
pernah lagi terdengar dan terlihat di jagad persilatan modern ini!, ilmu Segara
Geni!!!.
“sebentar mbah kung, apa tadi
doanya, saya catat dulu ya mbah!”
“Ia nduk, kamu catat saja,
setelah hafal kami bakar, agar tidak jatuh kepada tangan orang yang tidak
berhak mewarisi ilmu ini!”
“, sebentar-sebentar mbah, apa tadi…..niat
ingsun amatek ajiku segoro geni, diijabahi marang kang kuwasa nggada geni,
ingsun nyekseni jeneng siro kang kasebut ratuning geni, sira kang kasebut
jagade geni, siro kang kasebut segorone geni, RATU IRO RATUNING GENI, JAGAD IRO
JAGAD GENI, SEGORO IRO SEGORO GENI…dst”
“iya nduk, setiap akan melakukan
pukulan, doa itu kamu rapal dalam hati, makanya kamu harus hafal di luar
kepala!”
Lalu ia menuliskan lagi beberapa
kalimat pada bukunya, sementara suara sang kakek sepuh, tukang kebun ayahnya
dengan telaten dan sabar menuntun setiap kata-kata dengan jelas, tertata pola kalimat dan tata
bahasanya, lalu sang kakek sepuh banyak-banyak memberi arahan pada sang gadis
sampai dirasa cukup, lalu Dewi cepat pulang, mengambil jalan pintas, masuk
rumah lewat pintu belakang!.
Kini ia bukan hanya sekedar murid
biasa dari sebuah Sekolah SMK lagi, ia sering begadang, sampai jelang pagi
terkadang, sisa waktu sejam dua jam ia tidur, pasang alarm agar tak terlambat
masuk sekolah, ia paksakan membagi waktu untuk bersekolah, latihan silat di
halaman sekolahnya dan juga belajar kanuragan Segara Geni dengan arahan dan
bimbingan seorang kakek tua yang baru saja menjadi tukang kebun ayahnya,
walaupun kadangkala kena marah gurunya gara-gara tertidur di kelas!!.
Ia menjalani laku yang berat,
kesedihan hatinya akibat putus cinta membuatnya tahan tidak makan dan menahan minum,
ia menjalani laku mutih seminggu penuh, pada hari ke 4, 5 dan 6 ia selalu di
datangi sosok-sosok mengerikan ketika tertidur, di hari ketujuh ia melihat lautan
api yang menyala berkobar-kobar mengerikan, kobaran api yang maha dahsyat!.
Dari dalam kobaran api merah
menyala terang itu ia melihat munculnya sosok tinggi besar yang tubuhnya
terbentuk dari nyala api biru keputih-putihan, berkobar-kobar liar api itu di
sekujur tubuhnya, sosok yang selalu mendatanginya begitu ia kembali
tertidur, mendatanginya sampai menjelang
pagi, ia ketakutan, ia kepanasan yang luar biasa menyegat, sampai basah kasur
dan selimutnya akibat keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya, namun ia sudah
bertekad untuk tabah, tak goyah dan tak bangun dari tidur, fokus pada doa mantram
yang di rapalnya dalam hati dalam alam tidur mayanya.
” niat ingsun amatek ajiku segoro
geni, diijabahi marang kang kuwasa nggada geni, ingsun nyekseni, jeneng siro
kang kasebut ratuning geni, sira kang kasebut jagade geni, siro kang kasebut
segorone geni, RATU IRO RATUNING GENI, JAGAD IRO JAGAD GENI, SEGORO IRO SEGORO
GENI……dst……..lalu sigeg/berhenti di kalimat mantra, MANUNGGALO MRING JIWO
ROGOKU”
“ akhirnya sesaat sebelum fajar terbit, sosok itu
tubuhnya mulai mengecil, lautan api mulai padam, lalu sosok itu sempurna sirna
tak berbekas, menjelma menjadi setitik kecil cahaya putih menyilaukan, titik
putih kebiruan yang benderang terang berkilauan menyilaukan pandanagan mata
wadang, titik cahaya yang secepat kilat tak sampai satu kedipan mata melesat
masuk pada ubun-ubunnya, lalu ia terbangun.
Di sisa terakhir hari tirakat
mutihnya, buku berisi doa ilmu segara geni dari si kakek tukang kebun ia bakar,
sesuai pesan sang kakek agar menghancurkan tulisan doa wingit tersebut begitu
ia telah hafal agar tidak jatuh kepada orang yang salah, abunya ia larung/dihanyutkan
di pertemuan dua arus sungai kecil tak jauh dari rumahnya.
Sorenya sang gadis belanja
keperluan tebusan, pisang raja setangkep, seekor ayam jago beruleskan hitam
cemani, aneka macam jajan pasar dan bunga 7 rupa, dan beberapa ubo rampe
pelengkap lainnya, ia gelar di sudut kanan kamar tidurnya, ia menahan tidur
sampai kokok ayam jantan pertama menggema di malam akhir ia menjalani laku yang
berat, ia fokus pada niat sambil membaca doa mantram yang ia dapatkan dari sang
kakek tukang kebun, dan hasilnya di luar dugaan, ilmu itu seakan berjodoh
dengan dara ayu yang kini beranjak tumbuh mekar sebagai gadis dewasa, ilmu
mengerikan yang sudah nyaris punah dari khasanah kanuragan beladiri asli
nusantara!.
…………………………………………………
“baik, sampaikan salam kepada
orang tua, hati-hati di jalan, langsung pulang jangan keluyuran, kita bertemu
di hari Selasa sore dan Kamis sore serta Sabtu Malam di latihan calon warga di
waktu dan tempat yang sama, ajak kawan yang malas datang, lima bulan dari
sekarang kita sudah mulai seleksi dan fokus ke TC jelang Kejuaraan Porprov, dan
3 bulan lagi kita ada kenaikan tingkat siswa dan calon warga Purwa”
Lamunan Dewi buyar, pelatihnya
berteriak sesaat setelah memberi petuah dan nasehat, ia bahkan tak ingat
apa-apa saja yang dikatakan sang pelatihnya itu.
“wik, jangan pulang dulu, sini,
aku mau bicara denganmu sebentar”
Dewi urung menghidupkan motornya,
tiba-tiba sang pelatih sudah ada di dekatnya, ia batal pulang.
“ada apa kak”
“dari mana kau memperoleh pukulan
maut-mu itu, masak dada Indra sampai memar biru gosong gitu, padahal body
protektornya yang kualitas paling bagus, sanggup menahan pukulan terkuat dari
atlit kelas berat sekalipun”
“ah, belajar sama kakak kan,
pernafasan dasar itu saya pelajari tiap hari, saya ulang setiap pagi dan sore,
bahkan jelang tidur sampai sejam lebih kadang, persis sama yang kakak ajarkan
untuk materi sabuk Mori Kecil, bener kak, aku ndak bohong deh sama kakak”
“iya deh wik, kakak percaya saja,
namun jika kamu belum bisa mengatakan apa sesungguhnya yang ada dan apa yang
kau simpan, kakak hanya bisa berdoa yang terbaik, semoga Dewi tetap jadi anak
yang baik, apapun yang kau miliki jangan sampai menyakiti sesamamu wik, ingat
janji siswamu lho”
“hehhee…siap kak, dewi akan
selalu ingat deh pesen kakak”
“ok, sampi jumpa wik, kakak
duluan ya”
“sip kak!”
Lalu senyap, sang pelatih gagal
mengorek informasi penting, mengapa anak didiknya memiliki kanuragan sedemikian
tinggi, sangat jauh dari posisinya sebagai siswa tingkat akhir pemegang sabuk
mori kecil, sangat jauh dari ekspetasi seorang pra Warga, seorang calon warga
yang memiliki pukulan maut, teknik pukulan segoro geni, yang sang pelatihpun
hanya mendengar kisah kengerian ilmunya itu di padepokan pusat.
Sementara si gadis lega, ia
terpkasa berdusta, karena berjanji kepada guru misteriusnya, si kakek tukang
kebun dan juru taman, agar merahasiakan kegiatan penurunan ilmu terlarang itu,
kata sang guru misterius, ia merasa cukup memegang amanat itu, dan kini telah
menemukan garis penerus, pewaris yang ia anggap layak menerima ilmu sinengker/rahasia
itu, ia percaya pada Dewi, manakala sang gadis bisa menjawab setiap teka-teki
dan pertanyaan jebakan yang hanya sosok yang berhak akan ilmu itu yang bisa
menjawabnya dengan benar dan baik, bahkan kata sang kakek, tanda di garis
tangan kanan Dewi menunjukkan ia pewaris sah dari ilmu Segara Geni itu!!!!!!!!.
Diam-diam sang gadis menyesal, ia
merasa sangat berdosa, merasa sangat bersalah, Indra, sang mantan ia lukai
justru dengan ilmu kanuragan yang baru saja ia kuasi dasar-dasarnya, untung
bekas pacarnya itu menguasai dasar-dasar pernafasan tenaga dalam dari jalur
ilmu dan tata gerak kanuragan dasar yang sama-sama mereka pelajari di latihan
calon warga, apalagi dalam sparing itu mereka sama-sama mengenakan pelindung
terbaik, body protector standar IPSI Nasional.
Dewi terbakar cemburu, sesaat sebelum
terjadinya sparing tadi, sempat dilihatnya sekilas Indra membantu Sonia, kawan
satu angkatanya yang juga memegang sabuk mori kecil, calon warga penuh, Purwa
sama seperti Dewi dan Indra, Sonia yang terjatuh akibat Sparing melawan Yudi,
terpental jatuh pas dekat tempat Indra duduk, lalu dengan mesra Indra membantu
Sonia bangun, Sonia juga sangat manis sikapnya saat di bantu berdiri,
pemandangan itu yang memutuskannya di saat akhir jelang laga sparing latihan
rutin untuk mengeksekusi Indra dengan pukulan pamungkas, jurus pukulan maut
segoro geni!.
Ia ingat, betapa api cemburu
membakar jantung dan darahnya menggelegak tak terkendali, di tengah baku hantam
sengitnya sparing, sambil berdiri mantap dan dengan siap kembali kuda-kuda
pasangan metok, ia merapal mantram segoro geni.
“niat ingsun amatek ajiku segoro
geni, diijabahi marang kang kuwasa nggada geni, ingsun nyekseni jeneng siro
kang kasebut ratuning geni, sira kang kasebut jagade geni, siro kang kasebut
segorone geni, RATU IRO RATUNING GENI, JAGAD IRO JAGAD GENI, SEGORO IRO SEGORO
GENI, tak bandemke mring anggane musuh ingsun lebur tanpa dadi…dst”
Ia fokuskan kesadaran nalar budi
lahir batinnya pada-Nya, Tuhan seru sekalian semesta alam, ia mengunggah kuasa
panasnya daya cipta api, ia hanyut dalam alam maya meditasi sesaat sebelum
melepas ilmu wingit itu!!!.
Udara mendadak panas!, segenap
yang dudukmelingkari pertarungan wajahnya seperti terkena siraman udara panas
yang tak wajar yang tiba-tiba saja hadir di tengah-tengah sparing antara Dewi
dan Indra!.
Udara panas yang bahkan sempat
membuat sang pelatih yang menjadi wasit mundur selangkah dan menahan nafas
mengunggah kuasa cakra tenaga cadangannya untuk mengurangi sengatan panas tak
biasa yang seperti menyerap energi murni tubuhnya, ia atur nafas untuk
mengurangi dan melawan sengatan udara panas yang tiba-tiba saja seperti muncul
dari tubuh Dewi, sengatan yang sekaligus menguras dan menyedot tenaga sang
pelatih yang mendadak merasa lemas, bukan hanya lemas biasa, lemas seperti di
hisap sesuatu yang kasat mata, namun dalam situasi sengatan udara panas yang
tak wajar, sang pelatih waspada akan hadirnya sebuah kanuragan yang tak boleh
di anggap sepele dan remeh temeh, ia memejamkan mata membaca doa pagaran,
memusatkan nalar budi dan memusatkan konsentrasi pada kekuasaan sang maha
pemberi hidup, berharap kasih karunia-Nya, berharap tak terlambat
mengantisipasi situasi!.
Di saat detik jelang Indra kena
serangan, bahkan sang pelatih sempat memagari jasad wadag/tubuh Indra dari
jarak jauh, hal itu pula yang kiranya mengurangi keseriusan cidera luka dalam
akibat pukulan maut segoro geni dari Dewi, ya, benar, pagaran jarak jauh dari
sang pelatih secara tidak langsung menjadi dasar bisa selamtanya Indra dari
akibat kengerian ilmu langka yang sudah lama tidak muncul di dunia persilatan,
bahkan banyak yang menduga sudah punah, karena pewaris terakhir tidak pernah di
ketahui siapa yang memiliki teknik pukulan maut yang maha dahsyat dan sangat
mengerikan tersebut!.
Namun naas, Indra gagal
menyadari, ia anggap panas yang menyeruak bersamaan hantaman tangan kanan Dewi
adalah panas tubuh biasa yang justru berasal dari jasad wadagnya sendiri akibat
terpacunya detak jantung yang memicu suhu tubuhnya, namun panas itu membuatnya
seakan menyedot cakra murninya, ia merasa tak bertenaga secara mendadak, ia
terkulai lemas seketika, ia mati-matian berjuang sekuat kemampuannya untuk
bertahan di tengah sengitnya jual beli pukulan dan tendangan, namun udara makin
panas menyengat dan puncaknya, bersamaan pukulan Dewi, panas itu sekan
menyengat kuat di dada kirinya, dan tubuhnya seperti lemah tak bertulang tanpa
tenaga, habis tenga murni cakra pelindungnya!.
Pukulan kuat yang dilambari
teknik ilmu segara geni itu menemui sasarannya dengan mudah:
“desssshhkkkk!!!!”
Body protector Indra berguncang
dengan sangat hebat!
“arggkkhhhh!”
Indra memekik tertahan!
Lalu Indra jatuh, terpental
jungkir balik tanpa mampu bangkit, dadanya gosong biru memar kehitaman akibat
pukulan tangan kanan Dewi yang di lambari ilmu segara geni, pukulan maut yang
ia hantamkan telak di dada kiri sang mantan, sesaat sebelum Indra belum benar-benar
sadar untuk mengantisipasi teknik tipuan-tipuannya manakala menyerang.
Dewi meloncat panjang ke belakang, menyatukan
kedua tapak tanganya di atas kepala, lalu ia menghembuskan nafas pelahan dari
mulutnya, menghembuskan nafas dengan tenang dan sorot wajah tegangnya pelahan
menjadi biasa dan normal, tangannya yang meyatu di atas pelahan turun dan kini
sudah dalam posisi berdiri sempurna dengan tenang dan mata memandang hasil
pukulan mautnya!.
Udara panas di sekeliling lokasi
sparing itupun mendadak sirna bersamaan dengan sikap Dewi yang kini telah dalam
kondisi biasa, duduk tegak diam memandang ke depan dengan tenang!, wajah
manisnya nampak anggun dengan rambut hitam panjang sebahu yang nyaris terurai
akibat simpul talinya telah longgar, rambut sedikit acak-acakan oleh sengitnya
pertarungan, rambut yang sebagian menutupi wajahnya yang basah oleh keringat,
wajah tenang seorang gadis pendekar, wajah manis yang nampak anggun berwibawa!.
Sesaat tadi, Dewi menyerang
sangat cepat, Indra yang lengah karena menganggap remeh kekuatan seorang gadis
menemukan hari naasnya, ia berulang kali terkena tendang di perut, dada dan
sekujur tubuhnya menjadi samsak hidup, ia jungkir balik tersapu dengan rangkain
jurus tipuan dasar, variasi tendangan sapuan dan pukulan mantan pacarnya itu.
Indra yang terkecoh mentah-mentah
oleh gerakan dan tata gerak serangan mantan kekasihnya itu terbukalah
pertahanannya dengan nyata, telak pukulan Dewi menghantamnya tanpa ampun sampai
nyaris siup, hanya karena ketahanan jasad wadangnya saja Indra selamat, benar
sekali, hanya karena sering melatih diri di pernafasan dasar saja yang
meningkatkan kemampuannya manakala menerima hantaman telak, dan bukan tidak
mungkin jika penguasaan ilmu Segara Geni Dewi sudah naik dari tataran dasar,
kisahnya akan sangat lain, Indra bisa tewas terbakar kulit dagingnya akibat
kengerian teknik pukulan segoro geni tingkat tinggi, dan di lain pihak, pagaran
jarak jauh sang pelatih dari pukulan maut segara geni dewi membuat Indra
sedikit banyak terselamatkan, walau tidak dapat di pungkiri, luka dalam itu
tetap ada dan memerlukan pengobatan secara theraphy tenaga dalam dari jalur
ilmu yang sama!!!.
Bagaimanapun kisah kehidupan anak
manusia, Tuhan sudah mengaturnya sedemikan rupa, Indra yang terluka dalam, di
bawa sang pelatih menemui seniornya, agar benar-benar pulih, Sonia yang ingin
ikut mengantar di arahkan oleh pelatih untuk segera pulang, ia sedikit banyak
tahu, Sonia lama berusaha mendapatkan perhatian lebih dari Indra setelah
tersiar kabar Dewi dan Indra teah putus secara resmi, namun Indra dengan sikap
kukuhnya tetap bertekad tidak berpacraan selama menempuh pendidikan pra Purwa,
ia ingin lulus dengan predikat memuaskan.
Tekad Indra satu, ia ingin dasar-dasar
tata gerak pencak silat, jurus-jurus dasar dan dasar-dasar kanuragan dan tenaga
dalam benar-benar mapan ia kuasai di tingkat Purwa, agar ia bisa naik ke
tataran Madya di usia dewasanya kelak jika sudah bekerja, menikah dan memilki
istri dan anak.
Dan sang pelatihpun sedikit
banyak tahu, kenapa Dewi sampai tega sekejam itu menghajar Indra yang justri
setengah hati menghadapi mantan kekasihnya itu, keengganan yang bahakan hampir
merengut nyawa Indra, sang pelatih tahu betul tabiat anak didiknya, Dewi
cemburu akibat Sonia makin dekat dengan Indra, namun sesungguhnya yang terjadi,
pertemanan Indra dan Sonia itu hanya pertemanan sesama saudara seperguruan dari
jalur ilmu dan tata gerak pencak silat yang sama yang sama-sama mereka pelajari
selama gladian latihan rutin sepulang sekolah!.
Malam harinya, di kediaman warga
Madya yang malam itu sudah menyiapkan diri khusus di rumahnya, setelah di
hubungi adik angkatannya yang menjadi pelatih, memberitahukan ada yang luka
dalam akibat sparing, sparing yang sesuai aturan perguruan, selalu mengunakan
alat safety pelindung diri body protector, namun masih jebol juga sehingga anak
didiknya mengalami luka yang tak wajar!.
“silahkan masuk mas, sini-sini,
gimana-gimana kisahnya, ayo Ndra, kenapa ini, berantem sama Dewi yo kamu sampai
bonyok gini, aduh, anak lanang sing ganteng sendiri sekampung, sini saya lihat
dulu bekas luka pukulan itu”
Sang warga Madya yang ramah dan
senang berkelakar itupun segera memeriksa sekilas dada korban pukulan maut itu,
ia merasa takjub, dada siswa yang tergolek lemas itu benar-benar gosong, hitam
membiru sebesar genggaman tangan orang dewasa tepat di dada kiri atas, ia cek,
tidak ada tulang dadanya yang patah, selain body pelindung, ketahanan siswa
yang luka juga mempengaruhi serius tidaknya cidera akibat pertarungan antar
pesilat!.
Ia menggumam dalam hati:
“hmm..sungguh tak kuduga, ada kejadian seperti
ini, semoga pemegang pukulan maut ini kelak menjadi kesatria sejati yang
memegang panca setianya, tidak menggunakan anugerah ini untuk kejahatan, semoga
aku masih di beri kekutan batin untuk bisa mengarahkan adik-adik angkatanku ini
agar menjadi manusia yang purna berguna bagi sesamanya kelak, manusia kesatria
yang menjalankan darma panca setia yang utuh”.
“padahal tadi saya sudah pagari
jarak jauh, masih tembus juga mas, mungkin juga karena saya yang lengah atau
memang si Dewi yang memiliki ilmu wingit itu”
Sang pelatih sedikit menjelaskan
asal muasal luka di dada kiri nak didik mereka.
Sang warga Madya, segera
bertindak cepat, ia tidurkan korban pada sebuah amben yang terbuat dari bilah
bambu kuning yang telah di lapisi tikar pandan, ia memberi arahan agar Indra
fokus berkonsentrasi pada sebuah titik pandangan, mengatur nafas dan
mendengarkan detak jantungnya seraya mengendurkan segenap otot-otot tubuhnya,
lalu sang warga Madya mengusap sang murid dengan baluran cakra murni pengobatan
yang di lambari tenaga dalam penyembuhan yang bersumber dari daya cipat alam
semesta, ia balurkan mulai ubun-ubun sampai tapak kaki, lalu kembali ke dada
kiri korban yang menderita luka dalam dengan lebih lama dan intens, Indra
tertidur lelap, ia merasa sangat nyaman dan pulas dalam buaian nyamannya amben bambu
beralaskan tikar pandan itu!.
Setelah Indra meminum air doa, ia
duduk bersila, sang warga Madya memberinya Hypnotherapy, sehingga pelahan
berkurang panas dan nyeri di dada kirinya, ia mulai bisa bernafas dengan
lancar, lalu setelah membuka matanya dan meminum segelas air putih lagi,
benar-benar pulihlah cidera luka dalamnya akibat pertarunganya dengan gadis
yang sampai detik ini masih sangat ia cintai, hanya karena mereka masih siswa
saja ia terpaksa putus, ia berniat meneruskan hubungan kelak jika sama-sama
sudah naik tingkat menjadi warga penuh, sehingga ia bisa CLBK dengan sang
pujaan hati, Dewi, Dewi Rahayu Paramitha Silvyani!.
Ya, benar sekali, ia ingin Dewi
menjadi ibu dari anak-anaknya, anak-anak yang sehat dan lucu yang kelak
mewarisi ajaran pencak silat peninggalan leluhurnya, sekali lagi, Indra ingin
Dewi menjadi isterinya yang sah secara hukum syariat, sah secara hukum Negara
dan Pemerintah, dan sah secara hukum adat kearifan lokal leluhurnya!.
Di kediaman sang warga Madya,
Indra sedang dalam tahap penyembuhan, karena dasar-dasar tenaga cadangan yang
ia miliki sering terasah sampai tataran cukup mapan manakala latihan rutin,
baik latihan di sekolah maupun berlatih di rumah, maka proses penyembuhan itu
berjalan dengan baik sampai beberapa saat lamaya.
“ayo mas, di minum wedang
jahenya, lumayan menghangatkan badan, malam-malam dingin gerimis gini kalau
ndak ada istri ya mending minum wedang jahe mas buat ngangetin badan, ibunya
anak-anak lama betul ke Jawa, eee…kangen keluarga Jawa katanya, ya jadi jomblo
deh sayanya mas, ayo, kapan njenegan nikah, lha sudah kerja, sudah dewasa gitu,
apa enaknya sih malam-malam hujan gerimis gini tidur sendiri, kan ndak yahud,
lebih sip dan asyik tuh mas kalau ada isteri, heheheee”
“ah, mas Anjar bisa saja, saya
sih siap setiap saat mas, namun calonnya itu lho yang belum siap, masih skripsi
mas, insyaallah tahun depan di akhir tahun ia sudah lulus, insyaallah kulo
sarimbit sowan marak teng ndaleme mas Anjar sekalian mbakyu, kajengipun saged
tetepangan kalian calon kulo mas!”
(ah, mas Anjar bisa saja, saya
sih siap setiap saat mas, namun calonnya itu lho yang belum siap, masih skripsi
mas, jika Tuhan mengijinkan tahun depan di akhir tahun ia sudah lulus, jika
Tuhan mengijinkan saya berdua akan berkunjung di rumah mas Anjar dan mbakyu,
supaya bisa kenalan dengan calon istri saya mas).
“weee…lah dalah, wes duwe
pacangan kok di delikke to mase iki, hahaaaaa,,,,yayaaaa..yaaaa..yaaaa. kulo
dan istri si mamake genduk juga selalu berdoa, semoga njenengan segera punya
garwo mas, opo to enake mbujang, lha wes kerjo, wes dewasa, lha kurang opo,
arep nunggu opo, hheheee…leres nopo lepat mas Arif!”
(weeee…lah dalah, sudah punya
tunangan kok di sembunyikan to masnya ini, hahahaa,,, yayaaa..yaaa..yaaaa, saya
dan istri mamaknya si genduk juga selalu berdoa, semoga anda segera punya
istri, apa to enaknya membujang, lha sudah kerja, sudah dewasa, kurang apa,
akan menunggu apa, heheee…..benar atau salah mas Arif”
“leres saestu mas, nggeh sanget
lerese niku mas, amin, doa restu mas Anjar sekalian mbakyu senantiasa saya
minta mas”
(benar sekali mas, iya sangat
benar itu mas, doa restu mas Anjar dan Mabkyu senantiasa saya minta mas).
“amin mas, semoga senantiasa
berkah katresnan njenengan berdua kelak”
“amin..amin mas Anjar, sembah
nuwun..amin!”
Perbincangan dua pendekar di
rumah sederhana namun menentramkan jiwa itu kian hangat, membahas masalah
latihan, perkembangan ranting dan cabang, masalah murid yang bandel dan masalah
seputar perkembangan perguruan yang mereka rintis di perantauan yang mempertemukan
mereka sehingga keduanya berhubungan akrab lebih dari kekerabatan saudara
kandung, persaudaraan dari satu jalur ilmu yang sama, persaudaraan dua orang
dari perguruan Pencak Silat yang sama, walau mereka beda angkatan!.
Berbincang akrab di temeni
segelas wedang jahe yang hangat dan di temani singkong rebus yang masih panas
mengepul karena baru saja di masak, sengaja sang warga Madya yang di panggil
mas Anjar itu mencabut dua pohon singkong di kebun belakang rumahnya yang
sederhan namun tertata apik dan cantik tata ruangannya, berbincang sembari
menunggu Indra yang masih lelap tertidur setelah menjalani therapy pengobatan
tenaga dalam penyembuhan dari senior-seniornya!.
Malam sempurna memeluk bumi,
selimut kegelapan itu sesasat saja memberi temaram kelam, sesaat di timur hadir
sang purnama bersolek dengan manisnya, muncul bulan bulat sempurna di ujung
kaki langit timur, sinar rembulan sempurna itu mulai meremang ketika
segerombolan awan memintas dengan malas, angin bertiup lembut sejuk semilir, awan
berlalu, lalu sesaat terang benderang alam raya menyambut suka cita sang ratu
malam yang jelita, sang dewi malam bertahta
dengan anggunnya, juwita malam yang seronok di pandang mata wadag, dan di
langit kini penuh bintang berkerjap yang tiada dapat terhitung kerlipnya, bersanding
mesara bintang dan bundar bulat bulan di angkasa raya bumi nuswantara!!!.
Di waktu yang sama dan tempat
yang berbeda:
Dari sebuah rumah yang besar dan
megah, nampak sebuah candela kamar yang masih terbuka, dalam kamar yang lapang
itu nampak seoarang gadis yang sedang duduk serius, kadang ia menutup wajahnya,
lalu kembali memperbaiki duduknya, duduk gelisah, duduk di depan meja belajarnya.
Dewi gelisah di depan komputer,
menghapus satu persatu foto kenangannya saat masih pacaran dengan Indra, File-file
lama yang ia temukan segera di hapusnya, foto-foto yang ada wajah sang mantan
kekasih, wajah Indra, matanya sembab akibat air mata yang kadang menetes
menitik, ia hapus dengan telapak tangannya, ia tak perduli akan indah suasana
malam bulan purnama sempurna yang menghias mayapada!!!.
BHIRAWA HANORAGA WIRA YUDHA WICAKSANA
BalasHapus