Rabu, 13 September 2017

MUNCULNYA TEKNIK TERLARANG

SEGORO GENI

Cerita Pencak Silat Kekinian










Ibunya memanggil, menyuruh makan siang dulu, dijawabnya asal saja, namun tergesa ia berbalik meminta ijin sambil mencium tangan sang bunda yang keriput di makan sang waktu karena membesarkannya bersama kakak-kaknya 4 bersaudara, sang ibunda membekali dengan beberapa potong singkong rebus, serta sebotol air matang dalam botol aqua kotor akibat sering di bawa keladang, ia memakan singkong sambil berlari menuju kawan-kawannya yang menunggu untuk latihan Pencak Silat, diminumnya beberapa teguk air matang yang tawar saja rasanya!, sambil masih berlari ia menghabiskan potongan singkong rebus!, lalu tiba di perempatan kampung di bawah pohon Kantil dimana kawannya sudah menunggu!.

Banyak kawannya sudah berseragam, dengan cepat dikenakannya juga pakaian Pencak Silat yang setengah basah, warna hitam yang setengah kusam pucat akibat sering di cuci.
………………..
Sempat tergetar saat ia lihat seorang gadis yang telah masuk lokasi latihan, ia hanya terbengong saja tanpa mampu bertindak selain memperhatikan sang gadis yang mulai memimpin barisan, …
“kawan-kawan, cepat bentuk barian, ada info penting buat kita semua dari kak Angga”

Sesaat terperangah, ia tergesa masuk barisan, lalu si gadis kembali ke barisan pula, berdiri di sampingnya tepat!.

Setelah kompak dan tenang, seorang lelaki berpakaian pencak silat mengambil posisi di hadapan para siswa yang siap berlatih:

“pimpinan saya ambil alih, perhatikan semuanya……siaaapppppppp….gggrraaaakkk”

Lalu terdengar gerakan cepat dari para siswa yang berbaris rapi,:

“setengah lengan lencang kanaaaaaaaannnnn……..graaaakk!”

Semua mengikuti instruksi sang pelatih, lalu:

“Assalamualaikum WM Wb!, Salam Sejahtera buat kita semua, met sore semuanya, hari ini ada sparing campuran, pesilat putri melawan putra, sekarang buat lingkaran”

Tak lama terbentuk lingkaran besar, seratusan pesilat bersiap berlaga tarung dalam rangka latihan menghadapi kompetisi di Daerah tingkat II dan I, Ipul maju pertama kali, melawan Dewi!

“Pesilat, hanya boleh menyerang  area aman, ingat dilarang memukul wilayah terlarang, bisa dimengerti!” Ipul hanya mengangguk tanda mengerti, Dewi bersikap sembah silat, lalu mundur beberapa langkah, saat pelatih member aba-aba “mulai” keduanya hanya terpakau, “merapat silahkan segera menyerang!!!”





Lalu Dewi memukul cepat, walau seorang gadis namun ia juga komandan marching band yang cekatan dan rajin olahraga terutama jogging, nafasnya kuat dan tubuh wadagnya yang ramping namun padat sangat lentur, kekuatan dan kecepatan serangannya membuat Indra beberapa kali terkapar jatuh telak!.

Indra sendiri beberapa kali mewakili daerahnya di ajang Porprov, namun menghadapi mantan pacarnya yang baru putus beberapa bulan lalu ia mati langkah, namun rasa nyeri dan sakit akibat tendangan dan pukulan Dewi yang menggedor Body Protektornya memaksa ia membela diri, ia tangkap sebuah tendangan memutar, ia angkat tubuh sang mantan dan membantingnya tanpa ampun:

 “bukkk…!!!!”


Dewi terbanting keras di atas rerumputan lokasi latihan, tanpa ampun terjungkal terbanting, lalu terguling beberapa kali, ia jatuh dengan sangat telak, ia bangkit dengan cepat, kip dengan lincah langsung berdiri tegak, lalu memmasang kuda-kuda ringan, tangan kiri di silangkan di tengah dada, ujung jari jempol di tariknya ke dalam, tangan kanan ia buka memutar pelahan ke samping lalu berhenti di atas kepalanya, lutut ia buka sedikit, agak condong ke sisi kanan tubuh rampingya yang padat.

Aroma wangi karena mekarnya jajaran bunga-bunga mawar merah di halaman sekolah tercium lembut, terbawa semilir angin selatan, harum yang menenangkan jiwa dan membuatnya lebih mudah berkonsentrasi, wangi yang kini bercampur keringat yang berasal dari tubuhnya tak ia hiraukan, berusaha menetralisir rasa sakit akibat benturan-benturan manakala beradu jual beli pukulan dan tendangah dengah Indra, ia fokus pada detak jantungnya yang masih memburu, ia atur nafas pelahan, lalu bersiap, lalu nyeri dan sakit di sekujur tubuhnya sedikit berkurang, ia masih bersiap dalam posisi kuda-kudanya, suasana hening di lokasi sparing!.

Sanggul rambutnya sedikit wedar, menutupi sebagian wajahnya yang penuh keringat, semilir angin lembut mesra mengelus kulit wajahnya, ia memejamkan mata mencerna segala energi alam yang tiba-tiba saja seperti berpusar-pusar berkesiung memasuki sekujur tubuhnya, ia merasa segar berangsur-angsur pulih dan makin bertambah kuat tenaga murni dan cakra prana tenaga cadangannya, tenaga dalamnya mulai terunggah membuat dinding-dinding pertahanan baru, keringat yang menitik menetes di leher, dada, dan sekujur tubuhnya kian deras, sakralnya telah telah basah oleh keringat, wajah ayu namun kini berubah tegas berwibawa, ia bukan lagi gadis mayoret marching band sekolah yang seksi, kini ia menjelma menjadi sosok pendekar putri anggun, namun tangguh!.

Ia ubah posisi kuda-kuda ringan menjadi posisi pasang kembangan setengah mekar, lalu di susul perubahan pasang dengan sikap pasang kuda-kuda metok, walaupun sesak di dada ia tahan, ia mememjamkan mata sesaat, fokus pada nafas dan gemuruh detak jantungnya yang cepat terpacu, lalu di bukanya mata pelahan, ia siap menerima serangan Indra, Indra masih terpaku, ragu menyerang sang dara, Dewi tenang di posisi kuda-kudanya, ia tetap bersikap pasang metok, sunyi saja, pelatih memberi binaan karena keduanya terlalu lama diam tanpa ada yang mencoba membuka serangan:

“pesilat, pasang……mulai!!!”

Keduanya kembali mengubah sikap pasang, setelah sesaat jeda karena mengambil nafas untuk sekedar mengurai rasa sakit, karena hantaman yang mereka berdua terima bukan hanya serangan yang mengandalkan kecepatan tata gerak teknik silat, namun memasuki tahapan tata gerak olah pernafasan yang mengunggah energi cadangan, energi tenaga dalam yang mematikan!.

Selanjutnya Dewi tak mau menunggu lebih lama lagi, ia melompat sambil berteriak kecil sambil mengarahkan pukulan ke arah dada lawannya:

“Hiaattttt…!!!”

Indra ia serang cepat, lalu berulang kali jual beli pukulan bervariasai dengan tendangan dan sapuan bawah serta atas, pertarungannya dengan sang mantan seakan-akan pertarungan hidup mati!.

Keduanya sampai basah kuyup, keringat membasahi sakral pencak silat dua remaja yang beranjak dewasa itu, pakaian mereka yang kini tak rupa pakaian sakral yang menunjukkan ciri khas seragam pencak silat saking banyaknya kotoran, seragam yang penuh debu dan noda!.

Beberapa kali tangkapan dan sapuan Indra menyakiti tubuh sang gadis, namun Dewi bertarung seperti orang yang punya teknik kebal, jatuh bangun lagi , lalu jatuh lagi, bangun lagi cepat seperti tak merasakan sakit, ia memendam dendam dan gemas karena diputus lewat SMS, ia penasaran, apakah sang mantan telah punya kekasih yang lebih cantik darinya.

Ia akan lega jika pacar baru Indra lebih seksi, cantik dan digdaya, ia merasa kalah terhormat, namun sampai bulan ketiga setelah SMS putus cinta dari Indra, ia belum melihat tanda-tanda sang mantan ada pacar baru, ia gerah, ia sangat geram, seorang Dewi marah sejadi-jadinya, wajah manisnya memerah menahan gejolak amarah yang maha dahsyat, mendidih darahnya, menggelegak seakan gunung berapi yang menunggu detik-detik akhir jelang erupsi, letusan emosi yang menggumpal sekian lama!.

“cukuuuuup…..berhentiiii…!!!”

Sang pelatih menengahi saat Dewi memusatkan segenap tenaga di genggaman tangannya, energi pernafasan tingkat tinggi sangat berbahaya jika digunakan untuk menyerang, bagi pesilat yang kena pukulan tersebut bisa terluka dalam, apalagi bagi yang bertenaga dalam pas-pasan, bisa fatal akibatnya, mengakibatkan luka dalam, jantung bisa pecah jika terkena teknik pukulan tenaga dalam yang mapan!.

Namun terlambat, kecepatan sang gadis pesilat telah melampaui peringatan sang pelatih yang menjadi wasit sparing sore itu, ia menyerang dengan sangat cepat, sangat sulit di tangkap oleh mata wadag, dan di puncak serangannya itulah Indra terpental beberapa langkah ke belakang, dadanya terhantam pukulan telak Dewi, ia merasa dada kiri atasnya bagaikan tersengat bara api yang membara, mendadak panas dan nyeri menyeruak kesadaran jiwanya, sesaklah nafasnya seketika, panas dan serasa terbakar api dadanya makin menjadi-jadi, ia kesakitan, rasa sakit yang membuat ia kesulitan bangkit lagi…….


”arghkkhh..uhukk,uhukk”

Terhuyung-huyung ia berusaha salto kip untuk bangkit, namun jatuh lagi, jatuh terjerembab dengan memelas dan mengenaskan, ia terdiam, hening seketika suasana di lokasi latihan, sangat hening, sejenak yang hadir sekan sulit bernafas, suasana mendadak berubah menjadi sangat tegang sodara-sodara!!!.

Sang pelatih mendatangi Indra, dibaringkanya yang cidera, dilepasnya Body prtektor, dibukanya  lalu memeriksa dada kiri sang pemuda yang terkena hantaman…….menghitam bersemburat biru urat-urat darahnya seperti terbakar!, kulit daging yang nampak jelas telah biru kehitam-hitaman, menunjukkan ada luka dalam, kulit yang gosong!, memar parah, tanda pukulan tenaga dalam, body protector Indra yang di lambari energi cakra tenaga dalam pertahanan diri telah tembus oleh pukulan maut seorang gadis belia yang beranjak dewasa!!!.

Nampak benar sang gadis mengeluarkan puncak kekuatan pukulan tenaga dalamnya, pukulan terlarang dalam aturan resmi IPSI!.

Sang pelatih menempelkan telapak tangannya ke dada korban pukulan tenaga dalam, ia memejamkan mata dan mulutnya bergetar seakan merapalkan sebuah mantram doa, Indra menyeringai kesakitan, dadanya seakan terbakar bara api kian panas manakala ada aliran energy dingin yang menyusup pelahan-lahan ke pusat rasa sakit di dada kiri atasnya, benturan panas dan dingin membuat Indra nyaris pingsan saking nyerinya sengatan sakit……ia menggeliat menahan sakit yang menyengat sampai ke ulu hati!.

“arkghh..akhh,,,huukkgg!!!”

Sang korban pukulan maut merintih memilukan!!.

“hmmm….segoro geni, dari mana anak gadis ini mendapatkan jurus terlarang mematikan ini”

Sang pelatih bergumam dalam hati, takjub dan heran melihat muncul kembalinya ilmu pukulan segoro geni yang lama tidak di turunkan oleh padepokan pusat, dan kini siswanya yang baru mori kecil menguasai teknik mematikan itu, gegabah, sungguh gegabah orang yang , memberi ilmu sekejam ini pada anak gadis yang beranjak dewasa, yang kestabilan emosi dan jiwanya belum dalam tataran mapan, tataran di mana ia berhak memiliki “mainan” yang sedemikian berbahaya bahkan mematikan jika salah dalam penggunaannya.

Sesaat hening, lalu sang korban bangkit dan terhuyung masuk menempatkan dirinya di lingkaran kembali, cideranya nampak tidak terlalu parah, karena ia memiliki energi cakra pelindung yang sudah lumayan mapan, walupun sempat tembus oleh gedoran maha dahsyat pukalan tangan kanan Dewi yang telah di lambari energi tenaga dalam tataran tinggi, kalau saja situasi Indra masih kosong dan belum menguasai teknik pertahanan diri yang bersumber pada dasar tata gerak oleh pernafasan dasar tenaga dalam, ceritanya akan sangat lain, bisa gosong jantung dan ulu hatinya, tewas mengenaskan dengan dada hangus terbakar, ih, ngeri!!!.

 Dewi duduk tak jauh darinya, cuek saja ia melihat Indra terbatuk-batuk berusaha bernafas secara normal!.

“pesilat….ambil posisi push up, ambil jatah 100 kali!”

Walau Dewi sedikit  yang ngedumel jengkel karena dihukum, ia taat melaksanakan perintah pelatih, 100 kali push up lakukannya dengan cepat, termasuk Indra, walau dadanya masih nyeri, ia selesaikan juga push upnya ke 100 sampai badanya bergetar hebat kelelahan plus menahan sakit dan nyeri di dada kirinya!.

“sudah saya bilang, fokuskan pada speed, jangan gunakan power berlebihan pada lawan sparing, kita berlatih bukan berperang”

Sang pelatih memberi binaan dan arahan kepada anak didiknya, semua mendengarkan dengan serius, Indra dan Dewi duduk dengan pandangan mata kosong!, seakan jiwa dan kesadarannya melayang ke negeri antah berantah!!!.


Dewi merasa seperti linglung, belahan jiwanya baru saja ia lukai, ia merasa bersalah, namun api amarah masih membelengu hati dan nuraninya, ingat benar ia sikap menjengkelkan Indra yang kini seakan cuek bebek pada kehadiranya, mereka dekat secara wadag namun jauh secara batin!.

Beberapa bulan sebelum pertarungan yang mengakibatkan sang mantan cidera, ia sedang fokus mempelajari kanuragan tingkat tinggi, ia akan gunakan menghajar Indra jika ada kesempatan beradu tanding jurus di kegiatan sparing campuran antara pesilat putra melawan pesilat putri, dan kini terbukti, Indra jatuh terlentang tanpa ampun!.

Ia tiba-tiba ingat ketika ia setiap malam asyik menerima telpon dari seorang Indra Bayu Harimurti, cowok yang mengisi hari-harinya dengan keindahan yang sulit terungkapkan kata-kata, keindahan dunia asmaraloka, yang kini ia lukai dada kirinya dengan teknik pamungkas pukulan maut segara geni.

Setiap ada telpon selalu ia angkat dengan berbunga-bunga, bahkan sampi pagi betah mengobrol berdua sambil cekikikan takut ketahuan orang tua masing-masing, makin malam bonus gratisan telpon makin hangat bahan pembicaraan bagi yang sedang di mabuk cinta!!!!, luar biasa sodara-sodara, mungkin ini mirip kisah panjenengan manakala berpacaran, iya tidak pembaca yang baik!. (yang tersenyum berarti iya).

Ia sadar kembali, masa lalu ya masa lalu, saatnya ia harus bangkit, move on! Dewi menepis bayang-bayang masa lalunya dengan sang mantan, kini terbalaskan jengkelnya, Indra terjatuh telak kena tonjokan mautnya.

Jauh sebelum hari pertarungan maut itu terjadi, setiap pulang sekolah Dewi menemui seseorang yang di panggilnya Mbah Kakung, seorang kakek sepuh yang menjadi tukang kebun ayahnya, mengurus taman dan kebun keluarga yang penuh tanaman buah, lalu tak sengaja sang Kakek menurunkan ilmu yang sudah sangat langka, ilmu yang sudah tidak pernah lagi terdengar dan terlihat di jagad persilatan modern ini!, ilmu Segara Geni!!!.

“sebentar mbah kung, apa tadi doanya, saya catat dulu ya mbah!”

“Ia nduk, kamu catat saja, setelah hafal kami bakar, agar tidak jatuh kepada tangan orang yang tidak berhak mewarisi ilmu ini!”

“, sebentar-sebentar mbah, apa tadi…..niat ingsun amatek ajiku segoro geni, diijabahi marang kang kuwasa nggada geni, ingsun nyekseni jeneng siro kang kasebut ratuning geni, sira kang kasebut jagade geni, siro kang kasebut segorone geni, RATU IRO RATUNING GENI, JAGAD IRO JAGAD GENI, SEGORO IRO SEGORO GENI…dst”

“iya nduk, setiap akan melakukan pukulan, doa itu kamu rapal dalam hati, makanya kamu harus hafal di luar kepala!”

Lalu ia menuliskan lagi beberapa kalimat pada bukunya, sementara suara sang kakek sepuh, tukang kebun ayahnya dengan telaten dan sabar menuntun setiap kata-kata dengan  jelas, tertata pola kalimat dan tata bahasanya, lalu sang kakek sepuh banyak-banyak memberi arahan pada sang gadis sampai dirasa cukup, lalu Dewi cepat pulang, mengambil jalan pintas, masuk rumah lewat pintu belakang!.

Kini ia bukan hanya sekedar murid biasa dari sebuah Sekolah SMK lagi, ia sering begadang, sampai jelang pagi terkadang, sisa waktu sejam dua jam ia tidur, pasang alarm agar tak terlambat masuk sekolah, ia paksakan membagi waktu untuk bersekolah, latihan silat di halaman sekolahnya dan juga belajar kanuragan Segara Geni dengan arahan dan bimbingan seorang kakek tua yang baru saja menjadi tukang kebun ayahnya, walaupun kadangkala kena marah gurunya gara-gara tertidur di kelas!!.


Ia menjalani laku yang berat, kesedihan hatinya akibat putus cinta membuatnya tahan tidak makan dan menahan minum, ia menjalani laku mutih seminggu penuh, pada hari ke 4, 5 dan 6 ia selalu di datangi sosok-sosok mengerikan ketika tertidur, di hari ketujuh ia melihat lautan api yang menyala berkobar-kobar mengerikan, kobaran api yang maha dahsyat!.

Dari dalam kobaran api merah menyala terang itu ia melihat munculnya sosok tinggi besar yang tubuhnya terbentuk dari nyala api biru keputih-putihan, berkobar-kobar liar api itu di sekujur tubuhnya, sosok yang selalu mendatanginya begitu ia kembali tertidur,  mendatanginya sampai menjelang pagi, ia ketakutan, ia kepanasan yang luar biasa menyegat, sampai basah kasur dan selimutnya akibat keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya, namun ia sudah bertekad untuk tabah, tak goyah dan tak bangun dari tidur, fokus pada doa mantram yang di rapalnya dalam hati dalam alam tidur mayanya.

” niat ingsun amatek ajiku segoro geni, diijabahi marang kang kuwasa nggada geni, ingsun nyekseni, jeneng siro kang kasebut ratuning geni, sira kang kasebut jagade geni, siro kang kasebut segorone geni, RATU IRO RATUNING GENI, JAGAD IRO JAGAD GENI, SEGORO IRO SEGORO GENI……dst……..lalu sigeg/berhenti di kalimat mantra, MANUNGGALO MRING JIWO ROGOKU”


 “ akhirnya sesaat sebelum fajar terbit, sosok itu tubuhnya mulai mengecil, lautan api mulai padam, lalu sosok itu sempurna sirna tak berbekas, menjelma menjadi setitik kecil cahaya putih menyilaukan, titik putih kebiruan yang benderang terang berkilauan menyilaukan pandanagan mata wadang, titik cahaya yang secepat kilat tak sampai satu kedipan mata melesat masuk pada ubun-ubunnya, lalu ia terbangun.

Di sisa terakhir hari tirakat mutihnya, buku berisi doa ilmu segara geni dari si kakek tukang kebun ia bakar, sesuai pesan sang kakek agar menghancurkan tulisan doa wingit tersebut begitu ia telah hafal agar tidak jatuh kepada orang yang salah, abunya ia larung/dihanyutkan di pertemuan dua arus sungai kecil tak jauh dari rumahnya.

Sorenya sang gadis belanja keperluan tebusan, pisang raja setangkep, seekor ayam jago beruleskan hitam cemani, aneka macam jajan pasar dan bunga 7 rupa, dan beberapa ubo rampe pelengkap lainnya, ia gelar di sudut kanan kamar tidurnya, ia menahan tidur sampai kokok ayam jantan pertama menggema di malam akhir ia menjalani laku yang berat, ia fokus pada niat sambil membaca doa mantram yang ia dapatkan dari sang kakek tukang kebun, dan hasilnya di luar dugaan, ilmu itu seakan berjodoh dengan dara ayu yang kini beranjak tumbuh mekar sebagai gadis dewasa, ilmu mengerikan yang sudah nyaris punah dari khasanah kanuragan beladiri asli nusantara!.
…………………………………………………

“baik, sampaikan salam kepada orang tua, hati-hati di jalan, langsung pulang jangan keluyuran, kita bertemu di hari Selasa sore dan Kamis sore serta Sabtu Malam di latihan calon warga di waktu dan tempat yang sama, ajak kawan yang malas datang, lima bulan dari sekarang kita sudah mulai seleksi dan fokus ke TC jelang Kejuaraan Porprov, dan 3 bulan lagi kita ada kenaikan tingkat siswa dan calon warga Purwa”

Lamunan Dewi buyar, pelatihnya berteriak sesaat setelah memberi petuah dan nasehat, ia bahkan tak ingat apa-apa saja yang dikatakan sang pelatihnya itu.

“wik, jangan pulang dulu, sini, aku mau bicara denganmu sebentar”

Dewi urung menghidupkan motornya, tiba-tiba sang pelatih sudah ada di dekatnya, ia batal pulang.

“ada apa kak”

“dari mana kau memperoleh pukulan maut-mu itu, masak dada Indra sampai memar biru gosong gitu, padahal body protektornya yang kualitas paling bagus, sanggup menahan pukulan terkuat dari atlit kelas berat sekalipun”

“ah, belajar sama kakak kan, pernafasan dasar itu saya pelajari tiap hari, saya ulang setiap pagi dan sore, bahkan jelang tidur sampai sejam lebih kadang, persis sama yang kakak ajarkan untuk materi sabuk Mori Kecil, bener kak, aku ndak bohong deh sama kakak”

“iya deh wik, kakak percaya saja, namun jika kamu belum bisa mengatakan apa sesungguhnya yang ada dan apa yang kau simpan, kakak hanya bisa berdoa yang terbaik, semoga Dewi tetap jadi anak yang baik, apapun yang kau miliki jangan sampai menyakiti sesamamu wik, ingat janji siswamu lho”

“hehhee…siap kak, dewi akan selalu ingat deh pesen kakak”

“ok, sampi jumpa wik, kakak duluan ya”

“sip kak!”

Lalu senyap, sang pelatih gagal mengorek informasi penting, mengapa anak didiknya memiliki kanuragan sedemikian tinggi, sangat jauh dari posisinya sebagai siswa tingkat akhir pemegang sabuk mori kecil, sangat jauh dari ekspetasi seorang pra Warga, seorang calon warga yang memiliki pukulan maut, teknik pukulan segoro geni, yang sang pelatihpun hanya mendengar kisah kengerian ilmunya itu di padepokan pusat.

Sementara si gadis lega, ia terpkasa berdusta, karena berjanji kepada guru misteriusnya, si kakek tukang kebun dan juru taman, agar merahasiakan kegiatan penurunan ilmu terlarang itu, kata sang guru misterius, ia merasa cukup memegang amanat itu, dan kini telah menemukan garis penerus, pewaris yang ia anggap layak menerima ilmu sinengker/rahasia itu, ia percaya pada Dewi, manakala sang gadis bisa menjawab setiap teka-teki dan pertanyaan jebakan yang hanya sosok yang berhak akan ilmu itu yang bisa menjawabnya dengan benar dan baik, bahkan kata sang kakek, tanda di garis tangan kanan Dewi menunjukkan ia pewaris sah dari ilmu Segara Geni itu!!!!!!!!.

Diam-diam sang gadis menyesal, ia merasa sangat berdosa, merasa sangat bersalah, Indra, sang mantan ia lukai justru dengan ilmu kanuragan yang baru saja ia kuasi dasar-dasarnya, untung bekas pacarnya itu menguasai dasar-dasar pernafasan tenaga dalam dari jalur ilmu dan tata gerak kanuragan dasar yang sama-sama mereka pelajari di latihan calon warga, apalagi dalam sparing itu mereka sama-sama mengenakan pelindung terbaik, body protector standar IPSI Nasional.

Dewi terbakar cemburu, sesaat sebelum terjadinya sparing tadi, sempat dilihatnya sekilas Indra membantu Sonia, kawan satu angkatanya yang juga memegang sabuk mori kecil, calon warga penuh, Purwa sama seperti Dewi dan Indra, Sonia yang terjatuh akibat Sparing melawan Yudi, terpental jatuh pas dekat tempat Indra duduk, lalu dengan mesra Indra membantu Sonia bangun, Sonia juga sangat manis sikapnya saat di bantu berdiri, pemandangan itu yang memutuskannya di saat akhir jelang laga sparing latihan rutin untuk mengeksekusi Indra dengan pukulan pamungkas, jurus pukulan maut segoro geni!.

Ia ingat, betapa api cemburu membakar jantung dan darahnya menggelegak tak terkendali, di tengah baku hantam sengitnya sparing, sambil berdiri mantap dan dengan siap kembali kuda-kuda pasangan metok, ia merapal mantram segoro geni.

“niat ingsun amatek ajiku segoro geni, diijabahi marang kang kuwasa nggada geni, ingsun nyekseni jeneng siro kang kasebut ratuning geni, sira kang kasebut jagade geni, siro kang kasebut segorone geni, RATU IRO RATUNING GENI, JAGAD IRO JAGAD GENI, SEGORO IRO SEGORO GENI, tak bandemke mring anggane musuh ingsun lebur tanpa dadi…dst”



Ia fokuskan kesadaran nalar budi lahir batinnya pada-Nya, Tuhan seru sekalian semesta alam, ia mengunggah kuasa panasnya daya cipta api, ia hanyut dalam alam maya meditasi sesaat sebelum melepas ilmu wingit itu!!!.

Udara mendadak panas!, segenap yang dudukmelingkari pertarungan wajahnya seperti terkena siraman udara panas yang tak wajar yang tiba-tiba saja hadir di tengah-tengah sparing antara Dewi dan Indra!.

Udara panas yang bahkan sempat membuat sang pelatih yang menjadi wasit mundur selangkah dan menahan nafas mengunggah kuasa cakra tenaga cadangannya untuk mengurangi sengatan panas tak biasa yang seperti menyerap energi murni tubuhnya, ia atur nafas untuk mengurangi dan melawan sengatan udara panas yang tiba-tiba saja seperti muncul dari tubuh Dewi, sengatan yang sekaligus menguras dan menyedot tenaga sang pelatih yang mendadak merasa lemas, bukan hanya lemas biasa, lemas seperti di hisap sesuatu yang kasat mata, namun dalam situasi sengatan udara panas yang tak wajar, sang pelatih waspada akan hadirnya sebuah kanuragan yang tak boleh di anggap sepele dan remeh temeh, ia memejamkan mata membaca doa pagaran, memusatkan nalar budi dan memusatkan konsentrasi pada kekuasaan sang maha pemberi hidup, berharap kasih karunia-Nya, berharap tak terlambat mengantisipasi situasi!.

Di saat detik jelang Indra kena serangan, bahkan sang pelatih sempat memagari jasad wadag/tubuh Indra dari jarak jauh, hal itu pula yang kiranya mengurangi keseriusan cidera luka dalam akibat pukulan maut segoro geni dari Dewi, ya, benar, pagaran jarak jauh dari sang pelatih secara tidak langsung menjadi dasar bisa selamtanya Indra dari akibat kengerian ilmu langka yang sudah lama tidak muncul di dunia persilatan, bahkan banyak yang menduga sudah punah, karena pewaris terakhir tidak pernah di ketahui siapa yang memiliki teknik pukulan maut yang maha dahsyat dan sangat mengerikan tersebut!.

Namun naas, Indra gagal menyadari, ia anggap panas yang menyeruak bersamaan hantaman tangan kanan Dewi adalah panas tubuh biasa yang justru berasal dari jasad wadagnya sendiri akibat terpacunya detak jantung yang memicu suhu tubuhnya, namun panas itu membuatnya seakan menyedot cakra murninya, ia merasa tak bertenaga secara mendadak, ia terkulai lemas seketika, ia mati-matian berjuang sekuat kemampuannya untuk bertahan di tengah sengitnya jual beli pukulan dan tendangan, namun udara makin panas menyengat dan puncaknya, bersamaan pukulan Dewi, panas itu sekan menyengat kuat di dada kirinya, dan tubuhnya seperti lemah tak bertulang tanpa tenaga, habis tenga murni cakra pelindungnya!.

Pukulan kuat yang dilambari teknik ilmu segara geni itu menemui sasarannya dengan mudah:

“desssshhkkkk!!!!”

Body protector Indra berguncang dengan sangat hebat!

“arggkkhhhh!”

Indra memekik tertahan!

Lalu Indra jatuh, terpental jungkir balik tanpa mampu bangkit, dadanya gosong biru memar kehitaman akibat pukulan tangan kanan Dewi yang di lambari ilmu segara geni, pukulan maut yang ia hantamkan telak di dada kiri sang mantan, sesaat sebelum Indra belum benar-benar sadar untuk mengantisipasi teknik tipuan-tipuannya manakala menyerang.

Dewi  meloncat panjang ke belakang, menyatukan kedua tapak tanganya di atas kepala, lalu ia menghembuskan nafas pelahan dari mulutnya, menghembuskan nafas dengan tenang dan sorot wajah tegangnya pelahan menjadi biasa dan normal, tangannya yang meyatu di atas pelahan turun dan kini sudah dalam posisi berdiri sempurna dengan tenang dan mata memandang hasil pukulan mautnya!.

Udara panas di sekeliling lokasi sparing itupun mendadak sirna bersamaan dengan sikap Dewi yang kini telah dalam kondisi biasa, duduk tegak diam memandang ke depan dengan tenang!, wajah manisnya nampak anggun dengan rambut hitam panjang sebahu yang nyaris terurai akibat simpul talinya telah longgar, rambut sedikit acak-acakan oleh sengitnya pertarungan, rambut yang sebagian menutupi wajahnya yang basah oleh keringat, wajah tenang seorang gadis pendekar, wajah manis yang nampak anggun berwibawa!.

Sesaat tadi, Dewi menyerang sangat cepat, Indra yang lengah karena menganggap remeh kekuatan seorang gadis menemukan hari naasnya, ia berulang kali terkena tendang di perut, dada dan sekujur tubuhnya menjadi samsak hidup, ia jungkir balik tersapu dengan rangkain jurus tipuan dasar, variasi tendangan sapuan dan pukulan mantan pacarnya itu.

Indra yang terkecoh mentah-mentah oleh gerakan dan tata gerak serangan mantan kekasihnya itu terbukalah pertahanannya dengan nyata, telak pukulan Dewi menghantamnya tanpa ampun sampai nyaris siup, hanya karena ketahanan jasad wadangnya saja Indra selamat, benar sekali, hanya karena sering melatih diri di pernafasan dasar saja yang meningkatkan kemampuannya manakala menerima hantaman telak, dan bukan tidak mungkin jika penguasaan ilmu Segara Geni Dewi sudah naik dari tataran dasar, kisahnya akan sangat lain, Indra bisa tewas terbakar kulit dagingnya akibat kengerian teknik pukulan segoro geni tingkat tinggi, dan di lain pihak, pagaran jarak jauh sang pelatih dari pukulan maut segara geni dewi membuat Indra sedikit banyak terselamatkan, walau tidak dapat di pungkiri, luka dalam itu tetap ada dan memerlukan pengobatan secara theraphy tenaga dalam dari jalur ilmu yang sama!!!.

Bagaimanapun kisah kehidupan anak manusia, Tuhan sudah mengaturnya sedemikan rupa, Indra yang terluka dalam, di bawa sang pelatih menemui seniornya, agar benar-benar pulih, Sonia yang ingin ikut mengantar di arahkan oleh pelatih untuk segera pulang, ia sedikit banyak tahu, Sonia lama berusaha mendapatkan perhatian lebih dari Indra setelah tersiar kabar Dewi dan Indra teah putus secara resmi, namun Indra dengan sikap kukuhnya tetap bertekad tidak berpacraan selama menempuh pendidikan pra Purwa, ia ingin lulus dengan predikat memuaskan.

Tekad Indra satu, ia ingin dasar-dasar tata gerak pencak silat, jurus-jurus dasar dan dasar-dasar kanuragan dan tenaga dalam benar-benar mapan ia kuasai di tingkat Purwa, agar ia bisa naik ke tataran Madya di usia dewasanya kelak jika sudah bekerja, menikah dan memilki istri dan anak.

Dan sang pelatihpun sedikit banyak tahu, kenapa Dewi sampai tega sekejam itu menghajar Indra yang justri setengah hati menghadapi mantan kekasihnya itu, keengganan yang bahakan hampir merengut nyawa Indra, sang pelatih tahu betul tabiat anak didiknya, Dewi cemburu akibat Sonia makin dekat dengan Indra, namun sesungguhnya yang terjadi, pertemanan Indra dan Sonia itu hanya pertemanan sesama saudara seperguruan dari jalur ilmu dan tata gerak pencak silat yang sama yang sama-sama mereka pelajari selama gladian latihan rutin sepulang sekolah!.


Malam harinya, di kediaman warga Madya yang malam itu sudah menyiapkan diri khusus di rumahnya, setelah di hubungi adik angkatannya yang menjadi pelatih, memberitahukan ada yang luka dalam akibat sparing, sparing yang sesuai aturan perguruan, selalu mengunakan alat safety pelindung diri body protector, namun masih jebol juga sehingga anak didiknya mengalami luka yang tak wajar!.

“silahkan masuk mas, sini-sini, gimana-gimana kisahnya, ayo Ndra, kenapa ini, berantem sama Dewi yo kamu sampai bonyok gini, aduh, anak lanang sing ganteng sendiri sekampung, sini saya lihat dulu bekas luka pukulan itu”

Sang warga Madya yang ramah dan senang berkelakar itupun segera memeriksa sekilas dada korban pukulan maut itu, ia merasa takjub, dada siswa yang tergolek lemas itu benar-benar gosong, hitam membiru sebesar genggaman tangan orang dewasa tepat di dada kiri atas, ia cek, tidak ada tulang dadanya yang patah, selain body pelindung, ketahanan siswa yang luka juga mempengaruhi serius tidaknya cidera akibat pertarungan antar pesilat!.

Ia menggumam dalam hati:

 “hmm..sungguh tak kuduga, ada kejadian seperti ini, semoga pemegang pukulan maut ini kelak menjadi kesatria sejati yang memegang panca setianya, tidak menggunakan anugerah ini untuk kejahatan, semoga aku masih di beri kekutan batin untuk bisa mengarahkan adik-adik angkatanku ini agar menjadi manusia yang purna berguna bagi sesamanya kelak, manusia kesatria yang menjalankan darma panca setia yang utuh”.
“padahal tadi saya sudah pagari jarak jauh, masih tembus juga mas, mungkin juga karena saya yang lengah atau memang si Dewi yang memiliki ilmu wingit itu”

Sang pelatih sedikit menjelaskan asal muasal luka di dada kiri nak didik mereka.

Sang warga Madya, segera bertindak cepat, ia tidurkan korban pada sebuah amben yang terbuat dari bilah bambu kuning yang telah di lapisi tikar pandan, ia memberi arahan agar Indra fokus berkonsentrasi pada sebuah titik pandangan, mengatur nafas dan mendengarkan detak jantungnya seraya mengendurkan segenap otot-otot tubuhnya, lalu sang warga Madya mengusap sang murid dengan baluran cakra murni pengobatan yang di lambari tenaga dalam penyembuhan yang bersumber dari daya cipat alam semesta, ia balurkan mulai ubun-ubun sampai tapak kaki, lalu kembali ke dada kiri korban yang menderita luka dalam dengan lebih lama dan intens, Indra tertidur lelap, ia merasa sangat nyaman dan pulas dalam buaian nyamannya amben bambu beralaskan tikar pandan itu!.

Setelah Indra meminum air doa, ia duduk bersila, sang warga Madya memberinya Hypnotherapy, sehingga pelahan berkurang panas dan nyeri di dada kirinya, ia mulai bisa bernafas dengan lancar, lalu setelah membuka matanya dan meminum segelas air putih lagi, benar-benar pulihlah cidera luka dalamnya akibat pertarunganya dengan gadis yang sampai detik ini masih sangat ia cintai, hanya karena mereka masih siswa saja ia terpaksa putus, ia berniat meneruskan hubungan kelak jika sama-sama sudah naik tingkat menjadi warga penuh, sehingga ia bisa CLBK dengan sang pujaan hati, Dewi, Dewi Rahayu Paramitha Silvyani!.

Ya, benar sekali, ia ingin Dewi menjadi ibu dari anak-anaknya, anak-anak yang sehat dan lucu yang kelak mewarisi ajaran pencak silat peninggalan leluhurnya, sekali lagi, Indra ingin Dewi menjadi isterinya yang sah secara hukum syariat, sah secara hukum Negara dan Pemerintah, dan sah secara hukum adat kearifan lokal leluhurnya!.

Di kediaman sang warga Madya, Indra sedang dalam tahap penyembuhan, karena dasar-dasar tenaga cadangan yang ia miliki sering terasah sampai tataran cukup mapan manakala latihan rutin, baik latihan di sekolah maupun berlatih di rumah, maka proses penyembuhan itu berjalan dengan baik sampai beberapa saat lamaya.

“ayo mas, di minum wedang jahenya, lumayan menghangatkan badan, malam-malam dingin gerimis gini kalau ndak ada istri ya mending minum wedang jahe mas buat ngangetin badan, ibunya anak-anak lama betul ke Jawa, eee…kangen keluarga Jawa katanya, ya jadi jomblo deh sayanya mas, ayo, kapan njenegan nikah, lha sudah kerja, sudah dewasa gitu, apa enaknya sih malam-malam hujan gerimis gini tidur sendiri, kan ndak yahud, lebih sip dan asyik tuh mas kalau ada isteri, heheheee”

“ah, mas Anjar bisa saja, saya sih siap setiap saat mas, namun calonnya itu lho yang belum siap, masih skripsi mas, insyaallah tahun depan di akhir tahun ia sudah lulus, insyaallah kulo sarimbit sowan marak teng ndaleme mas Anjar sekalian mbakyu, kajengipun saged tetepangan kalian calon kulo mas!”

(ah, mas Anjar bisa saja, saya sih siap setiap saat mas, namun calonnya itu lho yang belum siap, masih skripsi mas, jika Tuhan mengijinkan tahun depan di akhir tahun ia sudah lulus, jika Tuhan mengijinkan saya berdua akan berkunjung di rumah mas Anjar dan mbakyu, supaya bisa kenalan dengan calon istri saya mas).

“weee…lah dalah, wes duwe pacangan kok di delikke to mase iki, hahaaaaa,,,,yayaaaa..yaaaa..yaaaa. kulo dan istri si mamake genduk juga selalu berdoa, semoga njenengan segera punya garwo mas, opo to enake mbujang, lha wes kerjo, wes dewasa, lha kurang opo, arep nunggu opo, hheheee…leres nopo lepat mas Arif!”

(weeee…lah dalah, sudah punya tunangan kok di sembunyikan to masnya ini, hahahaa,,, yayaaa..yaaa..yaaaa, saya dan istri mamaknya si genduk juga selalu berdoa, semoga anda segera punya istri, apa to enaknya membujang, lha sudah kerja, sudah dewasa, kurang apa, akan menunggu apa, heheee…..benar atau salah mas Arif”


“leres saestu mas, nggeh sanget lerese niku mas, amin, doa restu mas Anjar sekalian mbakyu senantiasa saya minta mas”

(benar sekali mas, iya sangat benar itu mas, doa restu mas Anjar dan Mabkyu senantiasa saya minta mas).

“amin mas, semoga senantiasa berkah katresnan njenengan berdua kelak”

“amin..amin mas Anjar, sembah nuwun..amin!”



Perbincangan dua pendekar di rumah sederhana namun menentramkan jiwa itu kian hangat, membahas masalah latihan, perkembangan ranting dan cabang, masalah murid yang bandel dan masalah seputar perkembangan perguruan yang mereka rintis di perantauan yang mempertemukan mereka sehingga keduanya berhubungan akrab lebih dari kekerabatan saudara kandung, persaudaraan dari satu jalur ilmu yang sama, persaudaraan dua orang dari perguruan Pencak Silat yang sama, walau mereka beda angkatan!.

Berbincang akrab di temeni segelas wedang jahe yang hangat dan di temani singkong rebus yang masih panas mengepul karena baru saja di masak, sengaja sang warga Madya yang di panggil mas Anjar itu mencabut dua pohon singkong di kebun belakang rumahnya yang sederhan namun tertata apik dan cantik tata ruangannya, berbincang sembari menunggu Indra yang masih lelap tertidur setelah menjalani therapy pengobatan tenaga dalam penyembuhan dari senior-seniornya!.

Malam sempurna memeluk bumi, selimut kegelapan itu sesasat saja memberi temaram kelam, sesaat di timur hadir sang purnama bersolek dengan manisnya, muncul bulan bulat sempurna di ujung kaki langit timur, sinar rembulan sempurna itu mulai meremang ketika segerombolan awan memintas dengan malas, angin bertiup lembut sejuk semilir, awan berlalu, lalu sesaat terang benderang alam raya menyambut suka cita sang ratu malam yang jelita, sang dewi  malam bertahta dengan anggunnya, juwita malam yang seronok di pandang mata wadag, dan di langit kini penuh bintang berkerjap yang tiada dapat terhitung kerlipnya, bersanding mesara bintang dan bundar bulat bulan di angkasa raya bumi nuswantara!!!.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda:

Dari sebuah rumah yang besar dan megah, nampak sebuah candela kamar yang masih terbuka, dalam kamar yang lapang itu nampak seoarang gadis yang sedang duduk serius, kadang ia menutup wajahnya, lalu kembali memperbaiki duduknya, duduk gelisah, duduk di depan meja belajarnya.


Dewi gelisah di depan komputer, menghapus satu persatu foto kenangannya saat masih pacaran dengan Indra, File-file lama yang ia temukan segera di hapusnya, foto-foto yang ada wajah sang mantan kekasih, wajah Indra, matanya sembab akibat air mata yang kadang menetes menitik, ia hapus dengan telapak tangannya, ia tak perduli akan indah suasana malam bulan purnama sempurna yang menghias mayapada!!!.

1 komentar:

Trisula Kembar

Sepasang Trisula Kembar, senjata yang menjadi lambangIkatan Pencak Silat Indonesia