Jumat, 03 November 2017

TC DI PSCP Ranting Melak Kubar-Kaltim
..............
BUK..!!!!




Sampai juga hari yang ditunggu, malam Minggu baru saja menyapa, seluruh alam merayakan dengan sukacita, hujan angin semalam-malaman yang biasa hadir beberapa malam belakangan ini telah usai, alam bergembira ria, cahaya keemasan bulan separuh mulai rata menyusup di antara pucuk-pucuk nyiur yang melambai di terpa semilir angin malam yang mulai menyebarkan energi dingin.


Dengan tergesa ia merapikan sabuk morinya, bau harum dari kain kematian yang kuat menyebar kesekeliling, pos V dimana ia bertugas benar-benar pekat dalam selimut kegelapan, rimbunnya pepohonan di kanan kiri jalan setapak membuat sinar bulan tiada mampu menembus kerimbunan kanopi tajuk daun yang sempurna menyelimuti.


Namun setelah mengheningkan seluruh konsentrai dan fokus pada energi lahir batin pada satu titik terang, maka pelahan bola matanya mulai beradaptasi dengan gelap di sekelilingnya, malah beberapa langkah dan meter ke sekeliling ia mulai mengenal bentuk-bentuk yang semula tiada nampak sama sekali.


Ada sms masuk, hapenya bergetar lemah, sengaja ia silent, agar memudahkan pergerakannya saat menyergap mangsa yang sebentar lagi akan lewat.


Sms yang membuatnya muak, sms dari mantan, sms yang mengusik ketenangan hari-harinya dengan kenangan yang sengaja ia ingin cepat hapus dan lupakan, dan malam ini sms ini kembali masuk ke nomor hapenya, padahal baru saja ia ganti nomor sore tadi, busyet, siapa juga yang membocorkan nomor barunya, nekat banget itu gadis, menyesal juga ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan seniornya.


Teknik Terlarang ia pergunakan untuk mainan, hanya karena rasa gengsi, taruhan dengan siswanya tentang ilmu pengasihan, gadis yang menjadi target kini benar-benar mabuk kepayang kepadanya, padahal sang senior di perguruan pencak silatnya dulu sudah mewanti-wanti, mantram itu hanya di gunakan untuk sesama siswa seperguruan saja, karena itu bukan untuk mainan, jika di gunakan pada gadis lain yang tidak memiliki dasar kanuragan dari jalur ilmu yang sama maka akan lain sekali akibatnya.


Mantram pengasihan yang semula di turunkan sang senior, di berikan oleh warga tua padanya untuk mengikat siswi-siswi yang malas latihan agar fokus datang setiap sesi berlatih, kini menjadi bumerang, ia gunakan untuk memikat kembang sekolah di mana ia melatih pencak silat, untuk ajang taruhan yang iseng, cewek yang diidolakan seluruh cowok-cowok di sekolahnya itu ternyata sangat over protektif, setelah berhasil ia tundukkan dengan teknik terlarang malah ia yang repot, kemana-mana, setiap saat ia selalu di pantau, dengan alasan ia sangat sayang dan cinta, padahal sebagai pemuda di masa pertumbuhan jiwa, ia menghendaki kebebasan bergerak dan berekspresi sebelum membulatkan tekat menikahi seorang gadis secara sah secara hukum Agama, Hukum Adat dan Hukum Negara serta Pemerintah, maka seminggu lalu ia putus sang cewek, bukannya menerima sang cewek malah makin tergila-gila, sungguh repot, mau lapor minta solusi kepada warga tua, malah gak berani, dengan warga yang lebih senior ia takut karena bersalah melanggar aturan!!!!.


Ia off-kan hape, ia masukkan ke dalam sebuah tas ransel yang ia gantung di ranting sebatang pohon perdu tak jauh dari posisinya berdiri, dari jauh samar-samar ia mendengar suara:


"jangan berpencar, kita barengan saja, toh tadi kita masuk kuburan dan sparing dengan pelatih sama-sama, masak kalian tega ninggalin aku", terdengar samar-samar terbawa semilir angin suara seorang gadis, suara setengah berbisik!!!.


lalu senyap, sepi.


Lalu beberapa sosok bayangan nampak makin mendekati pos dimana ia menunggu dengan telaten dan sabar. Sendirian ia menunggu siswa yang baru saja keluar dari lokasi pemakaman kampung, nampak beberapa sosok mendekat dengan takut-takut.


Cepat ia kenakan kain hitam menutupi separuh wajahnya, seragam sakral hitam-hitam, dan kini di tambah cadar hitam menyembunyikan separuh raut wajahnya, menyempurnakan kamuflasenya dengan suasana gelap pekat di bawah rimbunya pepohonan.


Ia hafal di luar kepala, sosok-sosk itu adalah siswinya, ya, benar sekali ia meyakini bahwa gadis-gadis yang akan segera lewat itu siswinya yang sering bolos latihan dengan beribu alasan, maka saatnya ia balas dendam.


.............................................................................................................
.....................................


"bukkk...bukkk'


Beberapa siswi yang terkena sapuan dan tendangan jatuh dan beberapa lagi berlompatan dengan cekatan, mereka segera berdiri merapat, memasang kuda-kuda, mengepungnya dari empat penjuru mata angin, di pos sebelumya mereka bertarung dengan cara yang sama menghadapi senior pelatih yang menyerangnya tanpa ampun.


Sosok hitam-hitam bercadar itu kembali melompat menyerang dengan pukulan yang cepat ke arah titik mematikan, keempat gadis remaja itu kini nekat, membalas dengan sengit, tidak hanya menangkis dan mengelak, namun balas menyerang dengan sekuat tenaga, menguras batas terakhir kemampuan yang mereka miliki untuk mempertahankan diri dari serangan senior pelatihnya.


Dalam hati sang senior kagum, keempat siswinya itu ternyata telah sedemikian pesat kemampuannya, beberapa kali tendangan dan pukulan serta tipuan serangan mereka menyusup dan mengenai beberapa bagian tubuhnya yang tidak terlindungi dengan mapan.


Namun, malu rasanya jika ia berteriak mengaduh, di kerahkannya energi pertahanan dari tenaga cadangan yang ia gunakan meredam rasa sakit akibat serangan yang masuk, maka perlahan namun pasti,pertarungan antara pelatih dan keempat siswinya yang terkenal suka absen saat latihan itu makin sengit, makin cepat dan penuh dengan energi tenaga dalam yang mulai di unggah dari tataran dasar menuju ke tingkatan yang lebih tinggi secara pelahan.
................................
......................................................
Keempat gadis itu terus menerus menyerang dari keempat penjuru, serangan dengan sekuat tenaga, tiba-tiba sosok bercadar hitam itu melenting bersalto ke belakang, lalu tiba-tiba saja seorang gadis terkapar, lalu semuanya terjatuh, seperti tak berdaya, kehilangan tenaga dengan tiba-tiba, mereka hanya mampu terdiam, berbaring dengan pasrah di atas jalanan setapak yang gelap.


Keempatnya telah terkena kontakan jarak jauh, terkunci dengan bumi, maka sosok bercadar itu mendekat, makin dekat dan membuka cadar yang ,menutup separuh wajahnya, mengamati hasil tangkapannya.


"apa yang akan terjadi seandainaya aku adalah pemerkosa, penjahat yang menyalah gunakan ilmunya, yang suka mencari mangsa gadis-gadis manis seusia kalian, kalian telah jatuh dalam kuncian bumi, kalian telah lemah, tak berdaya, kalian telah aku kuasai, kenapa kalian sering absen saat latihan pernafasan dasar, tenaga dalam kalian teramat lemah, maka inilah akibatnya, kalian berempat tidak mampu membebaskan diri dari pengaruh serangan teknik kuncian jarak jauhku"


Keempatnya berusaha untuk tenang dan fokus pada pernafasan, menarik nafas pelan, menyimpannya di dada dan lambung, berusaha mengurai ikatan tenaga kuncian yang seakan membelitnya dari ujung kaki sampai kepala, makin kuat mereka berontak, makin kuat ikatan itu menekan hingga serasa sesak untuk bernafas, bagai tubuh dililit tali yang kuat, mereka berempat kini telah bagaikan menempel di atas tanah, tiada mampu menggerakkan tubuh barang sedikitpun, hanya mampu pasrah, menunggu apa yang akan di lakukan pelatihnya pada mereka berempat yang tergeletak tanpa daya di atas jalanan yang gelap dan senyap!!!!!


"Dian..." sosok itu bergumam, saat mendekatkan tubuh sambil berjongkok pada sisi tubuh seorang gadis manis berhidung mancung, yang kini ikatan rambutnya telah terurai akibat sengitnya pertarungan, malah sebagian menutupi wajahnya yang berpeluh, sisa harum wangi parfumnya meyeruak memasuki indera penciuman sang pelatih,wangi parfum bercampur bau keringat gadis remaja, dua bau yang bercampur, wangi parfum dan keringat, bau yang menggoda darah muda sang senior pelatih!!!!.


"maaf kak, tolong bebaskan kami, kami berempat kapok absen latihan jika tahu akan menerima hukuman seperti ini, gatal kak badanku kena semut api, aduh, bebaskan kami kak..."


Sosok gadis yang di panggil Dian oleh pelatihnya itu merengek dan merintih tertahan bagai sesak dan kesulitan berbicara, ia minta di lepaskan, namun sang senior masih saja bungkam, lalu dengan pelan ia berucap:


"aku dulu juga nakal, suka absen, dan hampir sama dengan yang kalian alami saat ini, namun itulah yang menyadarkan aku, betapa ilmu di dunia pencak silat itu bagaikan luasnya samudera raya, dalam tak bertepi, semakin kita belajar, semakin kita banyak tidak tahu, maka warna hitam sebagai simbol pengendalian diri ini selalu di kenakan oleh semua pendekar dari semua perguruan pencak silat yang menyadari jati dirinya sebagai sosok pengemban ilmu warisan leluhurnya dahulu kala, namun aku sedikit bangga pada kalian berempat, tata gerak dari jurus-jurus dan semua yang aku ujikan kepada kalian terus terang sudah sangat pesat aku amati dan uji secara langsung barusan tadi, namun sayangnya, kalian malah sering absen saat materi terpenting aku turunkan kepada siswa, maka inilah akaibatnya, kalian tidak mampu membebsakan diri dari serangan teknik kuncian yang aku pergunakan mengakhiri pertaruangan di pos V ini"




"jaman sekarang, banyak manusia berilmu tinggi yang sesat dan mempergunakan kemampuannya untuk berbuat jahat, andai saja aku orang jahat tukang perkosa, maka malam ini habis kalian menjadi korban-korbanku, hanya karena kalian tidak tuntas belajar ulah kanuragan, pencak silat itu bukan hanya sparing atlit, bukan hanya teknik jurus dan tata gerak wadag yang bisa di nalar dan di indera, namun inti sari pencak silat itu banyak yang kalian belum ketahui, dan kalian begitu jumawa meninggalkan sesi latihan pernafasan dasar yang menjadi kunci pembuka kanuragan yang sesungguhnya".


Sesungguhnya, di relung hati sang senior, mengakui dengan segenap kebanggaan, kebanggaan seorang guru akan keberhasilan dan ketangguhan siswa pencak silatnya, kebanggaan yang jujur dan tulus akan jalan panjang pengabdian demi sebuah cita-cita yang ditempanya bersama saudara-saudara seperguruan yang kini menyebar ke segenap penjuru bumi guna berdharma bhakti demi perdamaian sejati.


Namun, entah kapan sang pelatih muda itu terlambat menyadari, Dian adalah salah satu dari sekian banyak siswinya yang paling tangguh, siswi yang diam-diam memberinya sebuah getaran halus , getaran seorang pemuda kepada sosok gadis idamannya!!!!.


Namun, jauh di relung hatinya, sang senior hanya mampu menyimpan, hanya mampu berdiam, walau saat-saat berlatih dan saat-saat hanya berdua terbuka kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya itu, namun semua ia anggap hal yang lumrah saja, hal yang lumrah bagi pemuda seusianya melihat dan menikmati wajah manis keibuan seorang gadis yang bahkan itu ia telah anggap adalah Guratan Karunia Tuhan yang terindah yang pernah ia temui selama hidupnya!.


Cara gadis itu tertawa, tersenyum bahkan berteriak semua indah, namun sebagai pelatih, pantang baginya untuk berpacaran dengan siswinya, lain masalahnya jika sang siswi telah menjadi warga, telah sama tataran denganya!.




...................................................................
.........................................................................................................
Setelah di bebaskan sang senior, keempat gadis itu menyadari,bahwa dunia persilatan begitu luar biasa, mereka paham dan sadar, Pencak Silat bukan hanya teknik bertarung, bukan hanya teknik sparing, bukan hanya teknik mencari angka saat menjatuhkan lawan, memukul dan menendang maupun teknik kuncian, bantingan , sapuan maupun telikungan, bukan hanya teknik jurus wadag yang baik saja, itu hanya kunci-kunci dasar yang akan mengantarkan mereka menuju kunci yang lebih tinggi lagi, kunci menuju tataran yang lebih tinggi dari jurus wadag, tataran Kanuragan sejati yang hanya sedikit pendekar yang mampu menguasainya dengan mapan dan baik.


Apalagi, tata gerak Pencak Silat dan olah jiwa kebatinan dari Padepokan Gunung Lawu, sedemikian luas dan dalam, Pencak Hadiran dan olah pernafasan, teknik theraphy, teknik-teknik tenaga dalam yang rumit dan tinggi, tidak serta merta setahun dua tahun seorang pendekar akan mampu menguasainya, maka keempat gadis itu telah membulatkan tekatnya untuk rajin menempa diri dari tataran yang paling dasar sabagi pondasi membangun tingkat tataran kanuragan yang lebih tinggi dan mapan.


Sang senior pun berharap banyak, melepas keempatnya dengan puas, berharap esok akan bersua kembali dengan sang pujaan hati, biarlah kini sang bunga jiwa, tambatan rindu, pembuluh jantung, perindu jiwanya masih siswa, tentu sang waktu dan Tuhan-pun jika berkenan akan menjodohkan dengan segala jalan, seberapa berlikunya akan ia hadapai, itu pasti.


Penantian yang harus ia jalani dengan tabah dan tulus, ibarat orang menanam benih, ia harus sabar menunggu sang benih tumbuh dan menghasilkan bunga, lalu menikmati buahnya.


Baru saja tersenyum sendiri dalam gelap, saat membuka hape, ia terperanjat waduh...ada 27 sms menumpuk, semua isinya sama, sang mantan yang masih terkena Teknik Terlarang Pengasihan!!!....besok pagi akan berkunjung ke tempatnya bekerja, pagi-pagi betul ........wadooouuhhhhhhhhh!!!!!!!!.

EKSPEDISI JAWADWIPA


EKSPEDISI JAWADWIPA

..........

Seorang gadis berpakaian Sekolah Menengah Kejuruan dengan tergesa memasuki kelasnya yang masih sepi, ia gelisah memeriksa hapenya, nomor yang ia hubungi tidak satupun yang nyambung, lalu:
“haloo..ini Dewi, tolong pinjem catatan tugas praktikum ya, ..”
“emang ada apa Put?”
“kelompokku berantakan , tidak dapat hadir presentasi karena tidak praktek kemarin,..”
“lho, pada kemana si Arum, Ninis, Ema dan genk pinky Girls-nya itu?”
“mereka sedang ada audisi Girl Band, jadi ijin sama sekolah”
“ooo…tak kira bubar kelompokmu itu, ngapain kamu gak ikutan mereka”
“waduh, aku ini pesilat, masak disuruh berpakain pinky-pinky gitu, bukan aku dong…yang biasa kuat berwibawa ayu namun lembut heheh”
“oo..dasar kamunya saja yang tomboy Put..lembut ayu apaaan hahahaha..!”
“nanti harus segera kubaca lalu presentasi kilat dan secepatnya bikin makalah singkat  agar dapat nilai praktek, kelompokku hari ini tidak siap, mereka nyerahin semua ke aku, tolong Wi, kamu lain kelompok, ntar aku bikin beda argumennya, biar aku bisa presentasi praktek hari ini?..pliisss..!”
“ya…entar aja Put, setelah jam pertama aku berikan di kantin saja ya karena jam pertama usai jam kedua aku kosong, kamu nanti kan ada materi outbond  olahraga pencak silat di lapangan deket kantin kan?”
“ok, thanks banget ya Wi, untung ada kamu, hehehe…”
“itulah gunanya teman dan segala kebaikannya, ntar semua yang kamu butuhkan aku kasih deh Put..sampai jumpa ya, aku masih di jalan ne, sampai ketemu di kelas.. bye..bye..”
“bye..bye,,makacie ya Wi!”
“ok”
Sebatang pohon cempaka putih sarat bunga,bunganya harum, orang jawa bilang kembang  kanthil,  yang semerbak harum wanginya, subur tegak menjulang rindang di pojok parkiran rimbun daunnya membuat sejuk parkiran sekolah, bau wangi semerbak terbawa semilir angin sampai ke ruang-ruang kelas yang ada, wangi bunga cempaka putih yang membuat nyaman bagi siapa saja yang mencium keharumannya!.
Putri, anak kelas Satu SMK itu sedang rehat sejenak setelah keras berlari mengelilingi lapangan, ada ujian fisik dalam bentuk outbond bagi para atlit silat yang akan mewakili sekolah mereka memperebutkan piala bergilir dan tetap dari gubernur  di ajang bergengsi Pekan Pencak Silat Remaja Tingkat I Propinsi Jawa Timur!.
Sementara , kawan-kawan sekelasnya yang tidak mengikuti ajang silat, sibuk dengan bidang olahraga masing masing, mereka berlatih berkelompok di bawah asuhan pak Sugeng, yang juga guru olah raga mereka!.
SMK I Magetan, hari ini sangat sibuk sekali, semua siswa sedang antusias dengan kehidupan pra dewasa mereka, kehidupan remaja yang sedang berbunga, bak mekarnya kuncup bunga di musim semi yang elok seronok sedap dipandang mata!.
Dari 50 atlit pencak silat siswa-siswi, limabelas terpilih mewakili, ia masuk di kelompok 5 untuk seni beregu perempuan, disana ada beberapa pesilat dari berbagai perguruan yang ada di sekitar Karesidenan Madiun, dan Putri salah satu diantaranya, ada Enggar yang garang dari Psht, Wiwin yang berkerudung dari Pagar Nusa, Hepy centil dari IKS PI, juga ada Widya gadis PSHW yang suka pakai batik, dan dia sendiri satu-satunya atlit yang kebetulan dari perguruan PSCP yang berpusat di Panekan, Magetan, ia terpaksa pindah sekolah di Magetan, Jawa Timur, karena harus menemani neneknyha, jadi kini ia terbiasa dengan kehidupan pedesaan, di Panekan ikut neneknya, lama-lama budaya pencak silat yang kental bagi masyarakatnya ikut melekat hingga mendarah daging di jasad dan sanubari gadis remaja ini, juga didikan silat semenjak kecil  dari sang ayah, karena didikan ayahandaya yang seniman sekaligus pesilat di Kalimantan Timur menempanya bahkan ketka ia belum berumur setahun!.
Sering jika libur panjang kawan-kawannya nginap, apalagi kawan-kawan dari Magetan, jika sedang musim buah suka sekali mereka berhari-hari tidak pulang ke Magetan, pindah dari satu rumah teman ke rumah teman yang lain, tentu dengan ijin orang tua, walaupun sering mereka dimarahin ortunya yang khawatir melepas anak mereka yang di luar rumah, takut terjerat kehidupan anak muda remaja yang kadang kebablasan!.
Dulu, saat baru datang di Panekan, kebetulan ia mengenal  Mbah Wagiman secara langsung, yang ternyata guru ayahandanya saat muda dulu kala belajar Pencak Silat Di Padepokan saat Pscp belum sebesar sekarang ini, dan selesai latihan menurut ayahandanya Mbah Man selalu memberi bekal agar nanti di jalan jika ada yang berbuat onar, ngajak sparing plus keroyokan bisa selamat, karena awal membuka latihan, mbah Kusdi adik Mbah Man juga sering menghadapi gangguan dari para pesilat perguruan lain yang gatal ingin menjajal kedalaman kedung jurus dan ngelmu para pendiri Pscp kala itu!.
Pertama bertemu beliau, sang Guru dari ayahandanya, ketika tak sengaja saat berebut buah asam di jalan desa menuju padukuhan Pondok dekat rumah neneknya, di sebelah barat Panekan, ada lelaki sepuh berkendara Vespa butut terpaksa berhenti di tengah jalan karena genknya sedang berebut buah asam yang ia goyang dahannya, dan buahnya berjatuhan di tengah jalan, yang kala itu ia sebagai gadis remaja SMP yang baru lulus dan suka memanjat pohon asam di siang bolong!.
“nduk medun…ono cah wedok kok awan-awan penekan, medun!/nduk turun…ada anak perempuan kok siang-siang memanjat pohon, turun!” mbah Man berkata pelan, dan bagi Putri yang sibuk menggoyang dahan yang penuh pohon asam, seperti ada orang yang berkata dekat sekali dengan telinganya, ia celingukan menengok jauh ke arah bawah, ada kakek-kakek sedang berhenti memperhatikan dia di atas pohon asam jawa!.
“kowe cah ngendi, wedok kok awan-awan clingkrikan menek wit asem, mengko nek jeglok lho/kamu anak mana, anak perempuan kok siang-siang manjat pohon asam, nanti jatuh lho”
“ia mbah, maaf, saya anak Pondok saja mbah, sedang liburan sekolah dan kawan-kawan sekolahku main ke sini mbah, saat ini banyak kawanku main kemari karena sedang musim buah asam mbah”
“oo..kamu bukan anak sini saja tho, siapa nama ayahmu nduk”:
“Jatmiko mbah”
“apa yangkerja di Kalimantan”
“lho..kok panjenengan tahu mbah” ia heran seheran-herannya, sang kakek tahu ayahandanya yang bekerja di Kalimantan.
“ya, kalung yang kamu pakai itu dulu dariku nduk, aku berikan pada dik Jatmiko sebagai kenangan saat ia merantau ke Kalimantan”
Lalu ia tahu, bahwa kalung jimat yang ayahnya berikan semenjak ia kecil itu adalah dari seorang guru silat sekaligus tokoh pendiri Pencak Silat Cempaka Putih. Kalung yang selalu ia bawa kemanapun ia bepergian, kalung wasiat dari ayahandanya, sederhana, namun entah kenap selalu saja ia merasa tenteram dan tenang saat mengenakannya!.
Dari ayahandanya juga ia pernah mengetahui, isi di dalam kalung itu hanya rajah keselamatan dari sebuah ilmu pencak silat kuno yang semenjak Nusantara berbentuk kerajaan sampai sekarang turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi terutama bagi mereka yang hidup sebagi seorang prajurit, kalung yang memberikan daya kekuatan amat diluar masuk akal saat ayahnya merantau sampai jauh di pedalaman bumi Borneo Timur.
Setelah kejadian pertemuan itu ia ceritakan pada ayahnya, malah oleh sang ayah ia diserahkan secara resmi oleh sang ayah untuk berlatih pencak silat di Padepokan Pscp, maka tiap minggu pagi ia sudah nongkrong di padepokan menunggu kedatangan kawan-kawanya dari berbagai desa di sekitar Panekan!, tak jarang ia pulang jalan kaki sepanjang 3  km untuk menguji kesabaran dan ketahan fisik dan kakinya, motor ia titipkan di rumah kawan di Panekan, setelah sampai di rumah neneknya baru ia minta motornya diantar, lalu balik lagi ia antar kawan ke Panekan, lalu pulang lagi ke Manjung, hilir mudik demi sebuah Pencak silat, Panekan Manjung ia hilir mudiki tiap hari minggu sampai kelas I SMK ini!.
Bertarung
Dua-duanya sama-sama kuat, salah satu mengambil inisiatif menyerang terlebih dahulu, serangan tipuan itu hampir masuk sasaran, namun sang lawan tahu siasat serangan lawannya, ia memblok dengan dengan teknik tangkapan yang cepat merapat, lalu membanting kearah kanan, buangan energi itu walaupun masih dalam tahapan sedang, namun cukup membuat penyerangnya terhuyung-huyung goyah keseimbangannya, jeda waktu sepersekian detik itu ia tak menyadari sapuan kombinasi jatuhan samping membuatnya jatuh terjengkang, “blukkk”, di atas matras ia telentang, pening dan nenar pandangannya membuat ia tertatih duduk, wasit bertanya apakah ia masih sanggup melanjutkan pertarungan, ia menyembah hormat, membungkuk kearah wasit lalu meloncat-loncat lincah tanda tidak ada cidera akibat serangan sapuan lawan yang membuatnya roboh telak!.
Ia benahi ikat kuncir rambut sebahunya, sisa rambut ikal yang tidak masuk ikatan, tergerai menjuntai di depan matanya, ia biarkan rambut-rambut itu menghalangi pandangan matanya terhadap posisi lawan, ia bersiap, lawannya yang berkerudung itu memasang kuda-kuda depan, mendekat ke arahnya dengan pandangan mata tajam, ia mengambil nafas fokus pada posisi pasangnya yang ia buat ringan saja, beberapa saat keduanya tidak ada inisiatif menyerang, wasit menegur, keduanya membungkuk hormat dengan posisi tangan menyembah, lalu pasang kembali saat wasit memberi aba-aba untuk mulai menyerang!.
Naluri dan pengalamannya mengatakan lawan yang dihadapinya bukan pesilat kemarin sore, ia bisa mengantisipasi setiap serangan dan taktik tipuan untuk mencuri nilai, ia tenangkan diri, tidak mau lagi terpancing emosinya, ia kembali pasang, lalu menendang kecil kearah dada lawan, lawan menangkap, namun gagal, saat merapat itulah ia pukul ulu hati lawan dengan sebuah kombinasi pukulan lurus “buk”, body protektornya tergetar hebat, serangan masuk, lawan agak kaget ketika ia memberi tendangan B memutar dan telak menghantam lambungnya “bukkk”….masuk dua serangan, ia kembali pasang, lawan agak emosi terpancing siasatnya untuk merapat!, ia tersenyum memandang tepat di mata manik mata lawannya yang ngos-ngosan mengatur nafas!.
Keduanya berhadapan kembali, wasit memberi aba-aba menyerang, ia menunggu inisiatif lawan yang mulai emosi, pertarungan di atas matras memperebutkan posisi jawara makin memanas, telinganya terasa pekak oleh teriakan suporter lawan yang membahana bagaikan merubuhkan Gelanggang olahraga dimana ia berlaga membela nama daerahnya, Pesilat asal Surabaya lawannya benar-benar tangguh!.
Ia tetap menenangkan diri, tidak secuilpun terprovokasi suasana pertandingan yang memanas, sekilas ia melirik pelatihnya di sudut biru, sang pelatih memberi kode genggaman tangan mengepal di depan dada, tahu sudah selisih nilai masih imbang, ia harus mencari poin sebanyak banyaknya jika ingin menang, lawan masih tangguh untuk di KO, ia mengatur nafas, kuda-kuda ringan ia perberat saat lawan mulai mendekat dan berinisiatif menendang langsung ke lambungnya, ia mengelak ke kanan dengan sangat cepat, tangan kirinya memukul dada lawan , masuk, lalau kembali ia memutar tubuh, dalam waktu sepersekian detik dihajarnya lambung lawan dengan tendangn C, masuk telak, 2 nilai ia kantongi, lawan terhuyung-huyung, mulai merah wajahnya emosi tinggi, ia tersenyum, sukses, senyuman itu justru menjadi kunci kemenangannya, saat lawan kembali mengejar langsung ia tangkis pukulan bertubi lawan dengan legan kanan kiri berganti, ada jeda sangat sempit ia gunakan menendang A, masuk, lawan agak goyah, selangkah terjengkang ke belakang, ia pukul dadanya sekali “buk”, masuk, saat lawan belum sadar ia memutar tubuh kembali menghajar lambung lawan dengan tendangn C keras penuh tenaga, lawan jatuh terduduk!, gelanggang olahraga mendadak senyap!.
Saat wasit memberi isyarat bahwa pesilat cidera rusuk dan menghentikan pertarungan, otomatis ia memenangkan pertandingan secara telak, penonton terpaku tidak menyangka Pesilatnya roboh oleh gadis yang belum begitu di kenal di arena pertarungan Pencak silat Tingakat Propinsi Jawa Timur!.
Ia memeluk lawannya erat-erat, memberi hormat pada wasit, juri dan penonton, lalu berlari menghambur jatuh di pelukan kawan-kawanya yang bersorak kegirangan karena Magetan hari ini mendapat juara umum di pekan olahraga Pelajar Propinsi, Pak Dhe Karwo gubernur Jawa Timur dan Wakilnya, Gus Ipul, bergantian menyerahkan tropy bergilir dan medali pada peserta, juara dua di rebut peserta dari kabupaten Pemekasan, Madura, Tempat ke tiga ditempati tuan rumah kota Surabaya!, sejarah baru, dalam 10 tahun terselenggaranya ajang pekan  Pencak Silat Remaja, Magetan menempati juara umum!.
Sang gadis menangis saat menerima ucapan selamat dari segenap pelatih dan jajaran ofisial, panitia juga pejabat daerah, pak Dhe Karwo menepuk-nepuk bahunya memberi empati atas keperkasaan Magetan di ajang Pekan Pencak silat Pelajar propinsi Jawa Timur yang sukses, para pesilat dari kabupaten yang biasa mendulang medali dan trophy tergeser para pendatang baru, terutama Magetan, Kabupaten terkecil di ujung paling Barat Jawa Timur itu meluluhlantahkan kekuatan para jawara lama, sehingga semua cabang yang dipertandingkan dimenangkan dengan sempurna, semua tidak menduga, karena para atlit yang mewakili berasal dari berbagai perguruan Pencak silat yang di berikan kondisi siap tempur alias pemusatan latihan hanya sebulan saja!.
Mbah Sumantri, Bupati Magetan dengan suka cita menyambut sendiri kedatangan para atlit pencak silat remaja yang telah mengharumkan nama kabupaten di tingkat propinsi Jawa Timur, beliau menerima secara resmi para pesilat dengan segenap ofisial pelatih dan kontingen seluruhnya tanpa kecuali di Surya Graha, pendopo kebanggaan warga Magetan yang bergagrak Ngayogyakartan dengan Pendopo Agung penuh motif ukiran Jati tulen!.
Saat menyalami jajaran atlit remaja itu, sang Kepala Daerah dibisiki salah satu staf, dan beliau berhenti saat menyalami seorang gadis remaja berperawakan semampai, anggun dengan senyum teduh namun sorot mata yang tajam kuat saat memandang lawan bicaranya:
“ooo…ini ya yang merobohkan Pesilat dari Surabaya di detik penentuan sehingga Magetan juara umum”
“inggih pak, bukan saya tapi kami semua yang berjuang dan berusaha semampu kami pak”
“namanu siapa”
“Putri”
“kamu sekolah di mana”
“SMK I Magetan pak”
“ya..ya, nanti saya instruksikan agar olahraga pencak silat menjadi kegiatan ekstrakurikuler utama di semua sekolah mulai SD sampai perguruan tinggi, kalian yang akan menjadi kader penerus kesuksesan hari ini, tularkan semangat dan virus pantang menyerah untuk mencetak bibit atlit pencak silat yang berprestasi dan menjadi teladan pemuada magetan ya Putri….Putri siapa namamu”
“Putri Astika pak”
“bagus namamu nduk, tetap semangat dan semoga ke depan bisa lebih sukses ya”
“siap pak!,.. terimaksih banyak pak”
Seluruh kontingen di jamu makan siang bersama dengan jajaran staf pegawai pemerintah daerah Tingkat II Kabupaten Magetan, semuanya tanpa kecuali menikmati ucapan selamat, namun di balik hingar-bingar hari itu, awal perjuangan Putri dan kawan-kawannya makin berat penuh dengan tantangan yang luar biasa telah di mulai!.

Tawuran
Sepulang sekolah, saat sedang menstarter motor maticnya, Putri di panggil dewi:
“oi,,tunggu dulu Putri, aku ikut ya, hari ini motorku dibawa kakak ke Solo, baru nanti sore dikembalikan”
“lha tadi kamu sama siapa berangkat”
“aku minta jemput Budi Put”
“wah cinta lokasi di Surabaya berlanjut juga ya hihihihi…”
“yaa..begitu deh….Budi dengan senangnya mengantar tuan putri calon permaisuri kerajaan cintanya pagi betul, padahal busyet deh, tadi pagi tuh dinginnya sampai tembus tulang tahu”
“ya itulah, demi cinta udara dingin jadi hangat, apalagi ada kamu di jok motor si pangeran cinta,,,hihiihh…anget banget tuh Wi”
“anget apaan, lha wong si Budi ngebut sampai berantakan seragam dan rambutku, malah masuk angin aku tadi, tak marahin tuh anak, minta maaf tak cuekin, sms dan telponya gue diemin, mau jemput aku tak bilang ndak usah, aku udah di antar Heri”
“”wah cari masalah kamu Wik, kamu tahu kan Heri naksir kamu setengah pingsan hampir mati malah, kalau mereka berantem gara-gara salah paham gimana, dan ternyata kamu sudah jadian sama Budi, Heri yang gak tahu apa-apa bisa kena batunya, mana kedua Perguruan mereka baru saja didamaikan di polres sehabis tawuran tadi malam”.
Setelah mengantar Dewi, Putri langsung menyusul neneknya yang berjualan nasi pecel dan menjaga parkiran dekat SMP Panekan, setelah ganti pakaian ia segera membantu neneknya untuk mencuci perabotan yang belum sempat di bereskan mbah Dinem, orang tua yang membantu neneknya saat berjualan setiap harinya.
“piye nduk sekolahmu, lancar to/bagaimana nduk sekolahmu lancar kan?”
“Inggih mbah, wau dalem wangsul kalian Dewi/ia nek, tadi saya pulang dengan Dewi”
“lho kenapa nduk”
“si Dewi motornya di bawa kakaknya belanja di Solo mbah”
“oo..ya sudah, sana makan dulu, biar simbah yang ngurus dapur, tadi papahmu sempat telepon menanyakan bagaiman apakah kamu sudah libur dan bisa ke Balikpapan nduk”:
“wah, tumben papah telpon nanyakan keadaanku mbah, kan lagi di hutan ayah mbah”
“ia, ia khawatir saat membaca berita lewat internet ada tawuran massal dua perguruan Pencak silat di kota Magetan tadi malam nduk, menghubungi nomormu ndak nyambung katanya nduk”
“ooo..hapeku emang tak off mbah, akan ada kejuaraan Nasional di Bandung dan Jakarta, jadi Putri harus fokus ke persiapan laga mbah, urusan sekolah sudah ada kebijaksanaan home scooling dari sekolah, jadi Putri ndak mau lagi konsentrasi terganggu dengan adanya suara hape yang tat tit tut berisik sejak pagi sampai malam mbah”
“lha hape kok tat tit tut itu siapa to nduk yang telpon”
“biasa mbah, teman-teman ngajak keluar keluyuran, ndak tahu kalau aku ini atlit yang harus konsen di pertandingan yang sebentar lagi di mulai”
“oooo..baguslah nduk, kamu bisa mengatur waktu, ayahmu pesan agar kamu selalu menghubungi mamahmu yang selalu kangen sama kamu nduk, adikmu sebentar lagi lulus SD, katanya kalau libur mau ke Panekan sama Papah Mamahmu nduk”
“ia mbah, sendika, masalah tawuran tadi malam sudah damai mbah di polres dan pak bupati sendiri turun tangan, tadi malam mbah Man juga hadir mbah mendamaikan anak-anak Psht dan IKS yang hampir saja saling bantai”
“bagus nduk, jadi keadaan ndak kacau, kasihan orang tua mereka menyekolahkan di kota kok malah tawuran niru anak-anak Jakarta yang *mrusal/(*tak tahu aturan) susah diatur”
“inggih mbah”

Putri segera makan siang, udara sejuk pelahan membuat matanya terasa ngantuk, puncak Lawu yang menjulang Biru Nampak dari beranda warung simbahnya, tak jauh dari warung yang sekaligus tempat usaha sewa parkir motor anak-anak SMP itu berada, ia melamun, seandainya padepokan tempat ia berlatih ada gapura berbentuk gerbang belah Bentar bercakrik gaya Majapahitan dengan diorama seekor Harimau Putih mengaum lantang di apit dua orang pesilat yang berdiri gagah dengan sikap pasang, dan satunya bersedakep memandang depan, dengan latar tulisan besar Wiro Yudo Wicaksono, di pintu gerbang utama temapt ia dan Pesilat  memasuki Padepokan Pencak Silat Cempaka Putih yang menjadikannya seorang pesilat handal yang tetap tenang dan sabar menghadapi situasi dan kondisi tersulit apapun, seperti malam tadi di mana ia terjebak di area tawuran dua perguruan silat, PSHT dan IKS PI di alun-alun agung kota!.
Namun biarlah, padepokan tercintanya masih tetap sederhana dan rapuh, ia bertekad untuk kelak bisa memberikan sumbangsih buat padepokan yang ia cintai, padepokan tempat ia di tempa di kawah candradimuka untuk menjadi kesatria perwira yang bijaksana!, ia meneruskan makan siangnya, sesaat lamunanya kembali ke tawuran tadi malam di alun-alun ibukota Magetan!.
Saat tadi malam ia ingat benar, sampai tergetar kembali serasa degup jantungnya berdetak dengan kencang, saat dua orang pemuda remaja bertubuh tinggi besar menghantamnya dari belakang terlempar ke belakang beberapa meter jauhnya dan menghantam pot taman kota sehingga pecah berantakan, karena ia disangka laki-laki dari anggota Psht, karena kebetulan ia memakai Celana hitam dan jaket hitam dan rambut ia masukkan dalm topi jaketnya sehingga seperti cowok tulen, padahal jaket yang ia kenakan ada gambar kelopak Bunga Cempka Putih di dada kanan dengan tulisan besar Wiro yudo wicaksono, mereka yang sedang berkelahi menyangka ia anak Psht yang langsung saja di serang membabi buta, ia segera rol depan 3 kali dan merapal mantram pagaran badan, tenaga dalam ia aktifkan, saat penyerang merapat ia tahan nafas kuat-kuat di perut dan para penyerangnya terpental jauh saat kakinya ia hentakkan kuat-kuat ke tanah, mereka pingsan karena kepalanya menghantam tanah dengan telak!.
Tak lama, aparat tiba mengamankan area tawuran, tidak main-main, aparat siaga satu dengan senjata api terkokang!
Di Kantor polisi ia bertemu mbah Wagiman sebagai sesepuh IPSI Magetan, ia dengan cepat keluar dari interogasi polisi karena jaminan beliau, ia berkisah saat tawuran terjadi sedang pulang latihan Pencak silat jelang pertandingan di Jakarta dan Bogor, saat di Tanya sang Dwija kapan berangkat, ia jawab, bulan depan, dan Ia hanya bisa meminta maaf atas kekacauan yang timbul akibat salah paham kawan-kawannya di Magetan yang ia kenal juga saat pemusatan latihan di GOR kota Magetan, buat menghadapi ivent Pencak Silat Nasional bulan depan.
Ya…, akibat salah paham yang berakibat fatal, akibat kreatifitas berlebih para siswa sepulang latihan, mencoret dinding pagar sekolah dengan semboyan dan lambang perguruan masing-masing, salah satu oknum siswa Psht merusak lambang perguruan IKS PI, anak IKS yang tahu marah, meraka bertengkar dan berantem brutal, ada yang melapor ke teman-temanya yang masih di nongkrong santai di alun-alun Magetan sehabis latihan rutin, akibatnya massa segera terkonsentrasi di ibukota Magetan, dan kedua belah pihak merapatkan barisan massa masing-masing, up date status perang di akun jejaring social Facebook segera di respon seluruh anggota mereka di wilayah Karisidenan Madiun dan sekitarnya,  hal dan keadaan gawat yang mengganggu keamanan  dan ketentraman masyarakat, hanya karena ulah provokasi oknum siswa yang iseng menyebarkan kebencian lewat coretan dinding pagar sekolah.
Untung, Magetan ibukotanya para kesatria prajurit, seluruh prajurit di Markas Besar Pendidikan Calon Tantama TNI AD segera menetralisir jalur utama masuk kota, semua petugas Kepolisian bertindak tegas, prajurit Angkatan Udara di  Lanud Iswahyudi, Maospati Magetan menswiping aliran massa yang berusaha merembes ke kota Magetan dari arah timur Magetan, terutama Pusat PSHT dan IKS PI, yakni di Madiun, Polres Ngawi di dukung penuh Aparat dari Kodim dan Koramil bertindak cepat mengamankan jalur kecil sampai utama, menangani rembesan massa yang berusaha masuk Magetan lewat jalaur utara, di selatan Polres Ponorogo dan para prajurit TNI AD siaga satu, semua kendaraan di periksa, sajam dirampas semua atribut pencak silat diamankan di pos petugas, Polres Karanganyar, Solo juga Sragen dan tak lupa dukungan penuh pasukan dari Kodam V Diponegoro mengamankan jalur barat, mencegh aliran massa dari barat masuk kota Magetan!.
Seperti fenomena bola salju, hal sepele berubah menjadi situasi siaga satu, sebelum tengah malam semua sesepuh dan pimpinan perguruan yang bertikai dikumpulkan untuk menandatangani kesepakatan damai, remaja biang kerok provokator segera di keluarkan dari organisasi beladiri pencak silatnya, dan diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, semua kembali aman terkendali, Bupati Magetan sangat menyesalkan peristiwa yang membuat Magetan masuk berita utama Televisi Nasional di semua stasiun, live lagi!. Terlalu!.
Ke Jakarta
Satu bulan berlalu, Putri telah 2 malam ini konsentrasi menghadapi kejuaraan Pencak Silat, 2 malam ini ia menginjakkan kaki di bumi Jakarta, ibukota Negara Republik Indonesia yang ia cintai!
Sore setelah mandi, mengenakan jeans dan kaus santai, berjalan keluar asrama pondokan atlit sendirian saja, kawan-kawannya masih sibuk dengan urusan mandi dan cuci, berjalan ia menuju kedai kecil yang menjual nasi goreng special kesukaannya sejak SD!.
Pulangnya ia merasa aneh, ada dua orang pemuda berambut gondrong mengikutinya, lalu tiba-tiba menepuk pundaknya sambil menyapa:
“mbak, boleh minta tolong ndak”
“apa mas”
“hehehe…..mas….kamu dari mana, jawa ya”
“ya iyalah, jawa mas-mas, dipeta kan Jakarta juga dipulau Jawa mas, aneh saja sampeyan ini”
“hehehe,,kamu cakep mbak…beleh ndak hapemu dan dompetmu tak pinjam sebentar saja!”
Lalu salah satu pemuda berambut gondrong itu menepuk kecil kembali lengannya, ia merasa pening, bersamaan dengan itu, kalung di lehernya tiba-tiba terasa bagaikan bara api yang membakar kulit, sangat panas, ia tersadar ada sesuatu yang tidak beres!.
“kalian penjahat ya, ngaku saja mas, kalu minta duir seribu dua ribu ada, kalau minta barang berharga maaf anda salah orang, saya bukan gadis sembarangan mas” Putri tiba-tiba saja menjadi sangat gusar dan berkata tegas seperti tidak mengenal rasa takut secuilpun, ditatapnya manic mata kedua pemuda itu bergantian, bak tatapan harimau luka ingin menghabisi mangsanya, menyeramkan terasa sehingga dada sang penjahat berhenti berdetak beberapa saat lamanya, mereka sulit bernafas, menelan ludah juga susah, seperti pahit kelu lidah rasanya
“kamu nantang ya!” suara pemuda berambut gondrong terdengar tergetyar kurang mantap.
“ia, lalu mau apa kalian” Putri menjawab sinis, jemarinya terkepal dengan kuat, nafas ia tahan sekuatnya, seluruh energy ia pusatkan di genggaman telapak tangannya”
“wussss” tangan pemuda yang merasa dilecehkan terayun deras ke wajah Putri yang berdiri tegak, sang gadis hanya bergerak selangkah maju lalu menghantam telak dada sang pemuda dengan teknik sandal pancing, namun akibatnya luar biasa, sang pemuda terjungkal ke belakang, sulit bernafas, dada terasa terbakar, kawannya yang berdiri terbengong-bengong” lalu ia mendekati Putri yang masih tegak bagaikan batu karang!.
“wah..kamu bukan gadis sembarangan, tahu kami gendam tidak mempan, malah kau balas pukulan kawanku sampai ia jatuh, keparat!!”
“kalian yang bangsat keparat, beraninya sama anak gadis, coba kalau kalian mampu, hadapi aku, ini mungkin kalian bertemu gadis yang salah di waktu dan tempat yang salah” Putri berkata datar tanpa ekspresi, namun membuat kedua pemuda itu untuk kedua kalinya berdebar-debar, dadanya berdetak makin kencang, jantung berdenyut tak teratur, seperti ada ketakutan yang tertahan, tegang dan menakutkan tiba-tida sosok di depannya bukan lagi gadis remaja, namun berubah menjadi sosok menyeramkan yang sulit di gambarkan lewat untaian kalimat!.
“cukup kamu jangan banyak bacot, kamu cewek ndak usah melawan, saya tembak kepalamu entar” tergetar si gondrong mengeluarkan sepucuk Pistol dari balik jaket hitamnya!.
Putri tidak mau ambil resiko, dengan tenang ia mundurkan kaki kanan selangkah, lalu secepat kilat ia tendang tangan yang memegang gagang senjata api itu, tangan  kanan si pemuda berpistol ia sambar dengan tendangan A!.
“plak…..doorrr”
Pistol mencelat jauh, membumbung tinggi ke udara dan sempat meletus dan mendesing sebutir peluru dekat pinggangnya, sepersekian detik si pemuda tertegun, Putri ndak menyia-nyiakan kesempatan, lalu
“hukk….”..Blekkk!”
Pistol yang teronggok dekat kakinya ia tending jauh-jauh sampai jatuh di got yang penuh air comberan!.
Si Pemuda murka, maju menyerang dengan garang, Putri dengan tangkas dan mantap member tendangan papakan, satu tendangan memutar menghajar keras dagu pemuda
Pemegang pistol saat baru mendekat, jatuh terjengkang wajahnya nyungsep di got jalanan, kawannya maju langsung Putri kasih tendangan T kuat-kuat, menghajar telak dadanya dan sama saja nasib sang berandal, jatuh berdebam menyusul nyungsep di got jalan yang kotor, tubuhnya menimpa kawannya yang berusaha bangun, wajah-wajah mereka penuh kotoran akibat air got yang tergenang, air got yang busuk baunya, air comberan itu telah membuat mereka basah kuyup, mereka marah menyerang bersamaan, namun dengan tenang Putri memberikan teknik sapuan bawah berbareng dengan jatuhnya mereka dengan belakang kepala menghantam aspal jalan, pingsan!.
Saat orang-orang datang, mereka kagum akan kehebatan seorang gadis yang tenang dan mampu merobohkan dua orang pemuda tinggi besar hanya dengan teknik tendangan dan sapuan yang terkontrol dan tepat sasaran!, setelah menjawab beberapa pertanyaan petugas Kepolisian patroil yang kebetulan lewat, Putri minta ijin kembali ke asrama atlit, sang berandal apes telah menganggap remeh tubuh langsing seorang gadis pesilat yang ternyata merobohkan mereka hanya dalam beberapa gerakan saja, tidak sampai 2 jurus mereka keok!.
Sampai di kamar, ia telah mendapati kawan-kawanya tidur, padahal baru jam 8 malam, dan yang aneh lagi, semua pintu dan jendela belum terkunci, sedangkan kamar atlet cowok tertutup semua karena mereka belum pulang dari kegiatan keliling kota Jakarta, karena bergiliran, kemarin grup cewek sudah seharian keliling sudut ibukota melihat kemegahan Jakarta kebanggaan NKRI!.
Ia mencium bau harum bunga melati, hmmm….rasa kantuk yang menyerangnya membuat otak kecilnya berfikir cepat kalua ada sesuatu yang tidak beres, kalung yang terlilit di lehernya kembali terasa panas membara, menyadarkan kembali keadaan bahaya di sekelilingya, segera ia menahan nafas, memusatkan segala energi kebathinan yang pernah ia peljari di padepokan, ia melawan pengaruh kantuk yang luar biasa berat yang tiba-tiba menyerangnya!.
“sedulur-sedulurku sing sejati….kakang kawah adi ari-ari kang ngayomi lakuku…dst” ia rapal dalam hati, kemudian ia menghembuskan nafas kuat kuat namun lembut, kesadarannya telah pulih, kalung jimat yang bergantung di lehernya perlahan terasa hangat, tidak lagi membara, sangat kontras dengan perbawa dingin yang menyertai bau harum diseratai suasana kantuk yang menyengat, ia waspada!, tongkat rotan hutan sebesar lengan ia ambil dari sandaran.
Dan tiba-tiba seorang bertopeng hitam bak ninja melesat dari pintu kamarnya, ia bergegas lari saat tahu ada seorang gadis yang gagal ia sirep sedang waspada akan keberadaanya, ia mengendap-endap, ingin melumpuhkan gadis itu secara kasar jika ilmu sirepnya tidak mempan!.
“siapa kamu, ada apa malam-malam masuk kamar, kamu pencuri ya”
Ia kaget, tiba-tiba si gadis telah berdiri di belakangnya memegang tongkat, ia kaget setengah mati!, lalu menyerang si pemegang tongkat dengan parang yang ia selipkan di pinggang, tak mau berpanjang, ingin segera menghabisi korbannya yang gagal ia lumpuhkan dengan aji penyirepan, “tak”, Winda berhasil menangkis sekaligus mengelakkan terjangan parang yang deras meluncur ke arahnya, lalu ia bersiap pasang saat si maling kembali mengayunkan parang!.
Set…ia bergeser ke kanan, parang deras berayun di sisi tubuhnya, lalu ujung tongkat yang bebas ia gunakan menyodok kepala maling, ia mengaduh merasakan sodokan tongkat si gadis pesilat, lalu ia berbalik dengan cepat akan membacok dari sisi kanan, namun Winda tak kalah cerdik, sebelum parang itu terayun, ia dahului lawan dengan mengayunkan ujung tongkat ke arah ulu hati dengan gerak sandal pancing, berhasil dengan baik, orang bertopeng ninja itu terhuyung ke belakang mendekap dadanya yang nyeri, sodokan tongkat Winda bukan sodokan tenaga wadag, namun dilambari pernafasan yang menghasilkan energi tenaga dalam yang kuat terlatih!.
Beberapa saat rasa nyeri di ulu hatinya memaksanya untuk berfikir ulang agar segera mengahkiri perkelahian bersenjata ini, namun melihat gelagat sang lawan yang hanya seorang gadis semampai langsing memegang tongkat rotan yang sangat tangguh membuat ia ragu untuk mengambil keberanian menyerang, ia segera loncat dan menghilang di kegelapan depan asrama yang rimbun oleh tanaman hias dan pepohonan yang rimbun menjulang sehingga sinar lampu hanya sedikit memberi cahaya remang saja pada luasnya asrama!.
Ia bangunkan kawan-kawanya dengan totokan di bahu, mereka sadar dan tak tahu kenapa bisa tertidur sedemikian cepat:
“wah…ada apa Win, kamu apakan bahuku kok sakit sekali”
“aduh-aduh non, kalian tadi tak sadar ya”
“emang ada apa, kan aku tadi mandi ganti baju, makan malam lalu tidur”
“masak tidur pakai jeans kayak mau ke mall”
Lalu keempat kawannya baru tahu kejadian yang sebenarnaya, pelatih dan ofisial tim juga tahu kalau ada kejahatan yang menyerang asrama pemondokan atlit, bukan sembarangan maling, namun maling yang menguasai mantram terlarang, mantram penyirepan!.
Malam itu mereka waspada!, petugas asrama yang baru datang juga diinstruksikan siaga!, ada penyusup yang sengaja memasuki kamar atlet!.
Gempar
Pagi buta Putri bangun, banyak wartawan mencarinya untuk wawancara, stasiun televise antri di depan pintu gerbang asrama atlit, pak Sugeng memberitahu singkat kalau reporter dari televisi, Koran dan tabloid ingin wawancara tentang sepak terjangnya meringkus 2 orang penjahat kambuhan yang jadi buronan kepolisian DKI Jakarta Raya!.
Gempar segempar-gemparnya, seorang atlet pencak silat mewakili propinsi Jawa Timur sedang diwawancara secara langsung oleh stasiun Televisi dari berbagai chanel, lokal dan nasional, dirumah  ayahandanya, pagi itu mamahnya sedang menyiapkan sarapan buat sang ayah yang akan berangkat bekerja, lalu secara tak sengaja ia mendengar dari ruang tamu ada suara penyiar televisi yang sedang siaran live:
“Saat ini saya  sedang mewawancararai  seorang Pesilat Perempuan yang melumpuhkan 2 orang buronan polisi DKI Jakarta”
“Pah..pahhhh…anak kita masuk tipi!”
Sang ayah yang sedang menyemir sepatu lari ke ruang tamu
“Itu kan Putri mah!” kaget sang bapak melihat anak gadisnya masuk televisi Nasional, live lagi!
“Iya pah”
“sstt…diam mah”
Lalu kedua suami isteri itu tegang menatap layar televisi 21 inci di ruang tamu mereka!:
“Putri, bisa anda kembali ceritakan kronologi kejadian kemarin malam saat 2 orang penjahat merampok saudara di jalan semeru dekat asrama atlet Pencak Silat?”
“ya, bagaimana ya mbak, saya pulang dari kedai nasi goreng, lalu 2 orang itu minta hape dan dompet, untung saya siap jadi tidak jadi kerampokan mbak”
“kabarnya mereka mengeroyok anda, dan anda langsung melumpuhkan mereka padahal salah satu dari mereka menodongkan senjata api”
“ia mbak, mereka menggendam saya dengan teknik sentuhan, lalu bisa saya mentahkan dengan teknik ajaran guru,  sehingga mereka marah dan memaksa minta hape dan dompet saya, ya gitu deh mbak, kami bertarung mereka jatuh pingsan saya kasih tendanganh dan sapuan bawah”
“ya ya, sangat berani dan aksi yang sangat luar biasa dari seorang gadis pesilat, Putri dari Magetan Jawa Timur berlatih silat sejak kecil ya”
“ya mbak, saya dari SMK I Magetan dan berlatih silat sejak usia 5 tahun”
“5 tahun..wah,,,, lalu seperti apa kisah anda belajar silat sejak 5 tahun sampai mewakili Propinsi Jawa Timur di ajang Nasional Pencak Silat di Jakarta hari ini, tolong bisa anda ceritakan”
“ya,,karena ayah seorang pesilat dari Kaltim, lalu melatihku sejak aku belum  genap setahun, karena menemani nenek di Jawa, lulus SMP saya ke Magetan”
“lalu kenapa bisa sampai Jakarta?”
“saat SMP, saya diserahkan ke guru ayahku saat muda dulu di Padepokan Pusat Pencak Silat Cempaka Putih, pernah satu kali ikut kejurda mewakili Kabupaten Magetan mengikuti Turnamen Pencak Silat Kategori Seni Tunggal Baku Remaja di Bali dan dapat juara 1, 2 bulan yang lalu ikut kompetisi Turnamen Pencak Silat Kategori Beregu dan tunggal untuk kategori tanding di piala Gubernur jatim dan juara 1 sampai ke Jakarta hari ini”
“luar biasa, jadi memang anda ini seorang atlit sejati berprestasi, lalu apakah jurus pencak silat bisa melawan kejahatan”
“di pencak silat, kami belajar dari dasar fisik yang kuat dan berat, juga kami diajarkan untuk berbudi pekerti luhur serta menjadi pemuda pemudi yang patriotis mbak!”
“jadi semua pencak silat mengajarkan itu ya”
“benar, bahkan jugaada ilmu untuyk pengobatan penyakit jasmani dan rohani mbak!”
“kenapa bisa begitu, dapat sedikit anda ceritakan”
“karena di pencak silat, bukan hanya melatih  kekuatan teknik dan jurus, serta kelenturan, ketahanan dan tak lupa keindahan gerak saja yang kita latih, namun juga kesabaran dan pengendalian diri, ibarat ilmu padi, kita diajarkan untuk makin merunduk saat makin berisi mbak”
Banyak sekali wawancara yang ia jalani hari itu, sementara sang ayah dan ibundanya terharu melihat putrid kecilnya yang 17 tahun lalu masih bayi mungil, sekarang telah menjelma menjadi Seorang Srikandi sejati, menjunjung tinggi nama perguruan, sekolah, daerah dan tentu saja orang tua.
Ke Istana Negara
Kompetisi selesai, Putri dan atlit dari Jawa timur gemilang meraih prestasi, mereka menjadi juara umum dan para kader terbaik di pusatkan untuk fokus ke ajang Sea Games, pesta olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara, malam setelah penyerahan medali dan hadiah, ketua kontingen menerima sebuah amplop putih berisi undangan dengan cap resmi RI I, lalu ia memberikan undangan tersebut kepada Putri , ternyata itu adalah undangan untuk menjadi tamu kehormatan Presiden dan ibu Negara di acara jamuan makan malam, karena namanya mendadak di kenal luas masyarakat, mulai dari petani, buruh bangunan, penjual nasi bungkus, sampai Presiden karena kepahlawananya menginspirasi segenap anak bangsa, kepahlawanan yang memenuhi siaran berita televisi di semua stasiun negeri ini!.
Sejak hari itu, pencak silat sangat populer dan terasa familiar di masyarakat, banyak ibu-ibu lebih suka memasukkan anak-anaknya ke perguruan Pencak Silat daripada less dan kursus lain yang ternyata tidak mampu menjadi benteng tangguh saat putra putrinya jauh dari rumah dan mengahadapi bahaya, Putri menjadi remaja yang menginspirasi segenap orang tua, pemuda kalangan awam baik akademisi, swasta maupun pemerintah untuk kembali ke dalam jati diri bangsa Indonesia, Pencak Silat!, manakala terjadi krisis moralitas, ternyata pencak silat kembali hadir menyelamatkan para pemuda NKRI untuk menjadi insan tangguh yang berbudi pekerti luhur!.
Pulang beberapa hari di Magetan, Putri harus menjalani Home Scooling karena tidak sempat masuk kelas, ia ikut ujian dengan memakai seragam IPSI, karena beberapa hari lagi harus terbang ke Brunai Darussalam bersama kontingen Indonesia mengikuti ajang pesta olahraga bangsa-bangsa Asia tenggara, Sea Games!.
Ketika akan berangkat sempat ia berpamitan pada Mbah Wagiman di Panekan, meminta restu beliau, rumah guru besar Pencak Silat Cempaka Putih itu mendadak ramai oleh kunjungan mobil Jawa Timur I, Magetan I dan beberapa ofisial atlet yang ingin melihat langsung sang guru dari atlit yang telah menghrumkan nama daerahnya, lebih terkenal dari selebrity tanah air!, mengharumkan nama daerah bahkan Negara!.
Membangun Padepokan
Atas permintaan khusus dari Putri, pengurus daerah dan juga IPSI Jawa Timur membantu secara langsung biaya untuk merehap total padepokan yang sudah rapuh, sumbangan biaya pembangunan juga deras mengalir dari seluruh cabang saat tersiar kabar di pugarnya padepokan lama, maket perguruan ditangani secara langsung oleh arsitek ahli dari Bali, dengan tidak meninggalkan ciri kearifan Indonesia, kental sekali gaya arsitektur nusantara, bangunan joglo yang lama dibongkar dan diperluas lagi, tiang dari kayu beton cor     diganti jati dengan ukiran Jepara, seniman yang juga warga Padepokan dari cabang Jepara ikut serta membantu!.
Setelah sekian lama padepokan sedarhana itu berdiri, kini telah berganti dengan bangunan baru yang megah, gerbang belah gaya Bentar Majapahit berdiri gagah, ada diorama harimau putih mengaum lantang diapit dua orang pesilat berdiri gagah. Salah satu patung sikap berdiri tegak dengan tangan mengepal  memandang depan, salah satunya lagi sikap hormat silat dengan kedua tangan menyembah di dada dan pandangan menunduk, sebagai lambang seorang pendekar kesatria harus senantiasa siap,tegak dan tegar membela tanah air dan bangsanya namun tetap rendah hati dan senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan tulisan di kaki monumen “ WIRO YUDO WICAKSONO”, ada air mancur di depan monumen dan kanan kirinya ada hiasan bunga cempaka putih dengan hiasan motif ukiran bali!.
Ketika konggres nasional Pencak Silat Cempaka Putih berlangsung, Dwija Wagiman Wasana, sang guru besar membuka jalannya konggres sekaligus meresmikan Padepokan Baru tersebut, seluruh perwakilan Pencak Silat Cempka Putih dari berbagai cabang di Indonesi dan Luar negeri datang menjadi saksi diresmikannya bangunan megah yang membuat bangga segenap dada kesatria perguruan Pencak silat Cempaka putih!.
Salam satu jiwa!
Wiro Yudo Wicaksono!!
Cerita Fiksi Pencak Silat Kesatria Berkerah Putih
Menyambut Konggres Nasional Keluarga Besar Pencak Silat Cempaka Putih yang digagas Mbah Kusdi Wasana, Guru Besar Pscp Pusat!.

EXSPEDISI JAWADWIPA


EXSPEDISI JAWADWIPA



Di sebuah perkampungan suku Dayak Kalimantan, seorang dara remaja berlari menaiki lamin, rumah khas adat suku bangsa Dayak Kalimantan, ia masuk ke kamar dengan agak terengah-engah, lalu berbenah dan merapikan semua pakaian dan keperluan yang di butuhkannya untuk menempuh perjalanan jauh, beberapa benda peninggalan leluhurnya ia bawa serta, ada juga sebuah kalung bermata berlian merah delima dengan hiasan bulu Elang dan bulu Enggang ia simpan dalam kantong kulit kecil lalu ia selipkan di tas pakaiannya, tak lama berbenah lalu ada beberapa sms masuk dan ia balas dengan cepat, siang itu langit agak mendung dan gerimis menitik sejak lepas tengah hari, pucuk nyiur dan pohon karet bergoyang, rimbunnya kampung sebuah pedalaman Kalimantan sangat melekat dengan lalu lalang masyarakatnya yang keluar masuk hutan dan kebun, dipinggang mereka tergantung Mandau, punggung ada tas dari anyaman rotan berisi bekal selama mereka bekerja, setelah beberapa saatny berkemas lalu si gadis remaja mohon pamit kepada kedua orang tuanya, adiknya yang baru umur 2 tahun ia ciumi berulang tanda akan berpisah untuk waktu yang lumayan lama!.
tak lama berselang......
sebuah motor kebun yang rodanya berlumpur memasuki halaman rumahnya, di atasnya seorang gadis remaja sebayanya turun dari motor, gadisnya tomboy, lalu ia segera naik ke Lamin, dipunggungnya ada tas ransel besar, gadis remaja yang menjemput berbasa-basi sejenak dengan orang tua si gadis, setelah berpamitan dan meminta doa restu, maka mereka meluncur menyusuri jalanan kampung yang aspalnya setengah hancur akibat dilewati alat berat juga mobil tambang yang hilir mudik memintasi kampung mereka 24 jam tiada hentinya!.
“sudah bereskah semua bawaan kau Wie”
“sudahlah, semua sudah aku cek ulang”
“baguslah, 1 jam lagi kita akan berangkat”
“ya, aku sudah tak sabar naik pesawat untuk pertama kalinya Pin”
“ya, akupun tak sabar naik besi terbang yang tiap kali aku lihat bergaung gemuruh suaranya di atas kebun karet mamakku”
“petinggi kampung sudah ngasih ijinkah”
“sudah beres semua, yang akan ke jawa sudah dapat ijin pak Suniq, jadi tidak ada masalah jika sebulan dua bulan kita tinggalkan kampung semua urusan dengan karang taruna sudah selesai semua!”
“baguslah, kita akan lebih tenang mengikuti kegiatan dan juga pelatihan di jawa, bertemu saudara seperguruan dari seluruh Indonesia!”
“sudah lama ingin pergi ke jawa, belum ada kesempatan juga, untung ada juga saatnya kita kesampaian ikut ke jawa”.
“ya, beruntung kita dapat kesempatan ke Jawa, itupun setelah nabung 3 tahun ini, busyeetttt”
Hari yang dinantikan telah tiba, beberapa orang dan juga pemuda serta pemudi berkumpul di pelabuhan sungai Mahakam, mereka menunggu jam keberangkatan, Kapal Motor Surya Kencana tujuan Samarinda sedang berlabuh, sibuk menaikkan penumpang dan barang, jam 5 sore Wita lewat beberapa menit, udara sangat cerah di Mahakam Ulu, Melak, sebuah kampung pelabuhan tradisional yang puluhan tahun meyeberangkan para penumpang dari sebuah daerah pedalaman Kalimantan Timur menuju Kota Samarinda, ibukota propinsi terluas di Indonesia. Hari perlahan-lahan mulai merangkak temaram, bola bulat keemasan terbenam pelan namun pasti, para penumpang telah semuanya naik KM Surya Kencana, kapal motor itu mulai sibuk dengan hiruk pikuk penumpang yang menempati tempat sesuai tiket yang mereka bawa, rombongan 20 orang berseragam jaket hitam dengan beberapa lambang dan simbul didadanya bersiap pula, termasuk seorang bayi perempuan yang belum genap setahun nampak digendong ibunya, salah satu diantara mereka sedang sibuk menelpon:
“ok, terimakasih mas, saya sudah akan mulai meluncur ke Samarinda untuk bergabung dengan kontingen Kaltim yang lain”
Setelah beberapa saat lamanya menyelesaika percakapan melalui telpon selulernya , ia memasukkan handphonenya ke saku jaket, ada beberapa logo dan lambang yang menghiasai wajah depan pakaian yang ia kenakan, tertera cukup jelas “KONGGRES NASIONAL PENCAK SILAT CEMPAKA PUTIH I” lalu di bawah lambang sebuah Kabupaten tertera “KONTINGEN PSCP CABANG KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR”..
.

di waktu dan saat yang sama namun dengan tempat yang berbeda....

..... di ibukota propinsi dengan luas wilayah terbesar di Indonesia tersebut, di sebuah rumah, beberapa orang pemuda sibuk menyiapkan tas-tas yang lumayan banyak dan berat, mereka Nampak sibuk memeriksa ulang segala alat kelengkapan yang nampaknya sudah di buat daftarnya, mereka cek ulang satu persatu agar di tempat tujuan tidak ada sebuah pun yang tertinggal:
“aman, semua lengkap”
“tali asih dan cinderamata khas Kaltim untuk Guru besar dan Pusat sudah semua masuk pakingan”
“ok, semua siap, tinggal breafing dan absen kontingen yang akan berangkat ke Jawa besok”
“aku tadi menghubungi Mas Wanto dan mas Yusuf dari Kubar, rombongan mereka sudah meluncur lewat pelabuhan sungai, mau pesan tiket pesawat mahal, mengingat terbatasnya anggaran, terpaksa berangkat seharian lebih cepat meninggalkan pelabuhan sungai Melak”
“memang ada berapa kontingen total yang berangkat dari Melak”
“ada duapuluh, termasuk para ketua ranting dan beberapa perwakilan dari pengurus serta warga senior kubar juga seorang bayi peremuan”
“hmm…luar biasa semangat mereka ya” ”
“memang, karena semua sudah lama persiapannya, dari Bontang, Tenggarong, Samarinda sendiri, Balikpapan, Samboja dan beberapa kawan lain di Berau, Tarakan, Mahakam Hulu serta Penajam hanya bisa mewakilkan sedikit orang saja, daerah lain juga sudah ada konfirmasi mengirimkan, total dari seluruh kabupatern dan kota yang akan ke jawa hampir 200 orang”
“ya, untung kita sudah jauh-jauh hari mengantisipasi harga tiket, sehingga bisa boking Garuda untuk dua penerbangan, penumpang plus barang bisa terangkut semua”
“ya, bubuhan kita di Maskapai sangat membantu prosesnya kali ini, sehingga 200 kontingen plus barang bisa dua peawat bersamaan terbang hanya jeda 2 jam penerbangan saja, sehingga Surabaya-Magetan tinggal enak, sudah ada bus carteran yang lumayan nyaman untuk kita naiki menghadiri Konggres nasional Pscp pertama di padepopkan pusat”...

Beberapa saat kemudian, semua kontingen sudah mulai masuk kota samarinda dari berbagai daerah di Kalimantan Timur, tak lama, rumah itu kedatangan berbagai rombongan, ada yang naik kendaraan pribadi, carteran dan kendaraan umum, bahkan ada yang minta di jemput di terminal dan pelabuhan Samarinda karena bingung mencari rumah base camp sebelum berangkat ke Bandara sepinggan tengah malam nanti.

ke Padepokan Pencak Silat Cempaka Putih.......
(sebuah fiksi perjuangan menegakkan panji kebesaran Padepokan Macan Putih...)
BAGIAN 2
Prolog..
(Bagian 1 mengisahakan perjalanan Dewieq dan Ipin, 2 orang Gadis Remaja dari suku Dayak yang akan ke Jawa guna mengikuti rombongan kontingen PSCP KALTIM dalam rangka KONGGRES NASIONAL PSCP I,....bagaimana kisah kedua remaja ini di bumi asal perguruan silat yang selama ini mereka bela, perjuangkan dengan segenap mata hati, jiwa dan raganya walaupun mereka tinggal jauh di pedalaman kaltim berbatasan dengan Malaysia, jauh dari padepokan yang telah menyadarkan, mengobarkan geletar gelegar semangat cinta tanah air, kerendahan hati dan pantang menyerah berjuang di medan tempur kehidupan)

......
Paginya sebuah mobil masuk, beberapa penumpang turun, seorang lelaki muda bertubuh tegap nampak menggendong balita yang masih tertidur di pelukannya, rombongan yang masuk mengenakan jaket hitam bertuliskan Kontingen Kutai Barat, mereka Nampak penat namun sorot mata masih setajam mata elang, setelah berjabatan tangan dengan para penghuni rumah tersebut, mereka segera meyerahkan semua barang bawaan untuk di cek list ulang sebelum keberangkatan nanti malam ke Bandara Sepinggan Balikpapan untuk selanjutnya terbang ke Surabaya, JawaTimur, ke padepokan Pscp pusat, menghadiri Konggres Pencak Silat Cempaka Putih yang pertama sejak kelahirannya 40 tahun yang silam, dan menjelang setengah abad berdirinya perguruan bari di tahun 2013 ini bisa dilaksanakan, bertepatan dengan pelantikan warga Purwa di Padepokan pusat di bulan Desember yang mewisuda ribuan kesatria pendekar dari berbagai pelosok nusantara dan perwakilan luar negeri.
......
Pagi dini hari baru usai, hari baru datang juga, dinginnya udara masih menggigit tulang, pelahan Bandara udara Sepinggan mulai nampak, satu dua lampu telah dipadamkan, remang matahari terbit perlahan semakin memerah saga kekuningan, cahaya keemasan menyiram sepanjang pesisir kota Balikpapan, pucuk nyiur melambai-lambai seakan ramah menyambut dua rombongan bus yang membawa 200 orang peserta yang tergabung dalam kontingen Konggres Pscp I mewakili Kaltim, mereka teratur turun dari kendaraan, barang bawaan segera di bongkar, seorang pemuda keluar dengan memakai seragam lapangan , ia adalah staf manager Garuda, Maskapai penerbangan terbesar dan menjadi Kompetitor Penerbangan Internasional, karena pelayanan dan harga tiketnya sangat memuaskan para pemakai jasa penerbangan tersebut.
Ia menyalami ketua rombongan dengan jabat tangan komando, semua rombongan, baik pemuda, pemudi perempuan dan pria dewasa mengenakan seragam dan menyempatkan foto bersama di depan spanduk besar terbentang dengan tulisan Kontingen Pscp Cabang Kalimantan timur 2012, lalu ada logo Pscp dan tulisan Konggres Nasional I Pencak Silat Cempaka Putih, Magetan Jawa Timur.
seorang pemuda menyambut rombongan yang baru merapat di Sepinggan pagi itu, dan saat bertemu dengan seseorang yang menggendong bayi, ia tertawa lebar, bersalaman dengan sangat erat, juga menyalami seorang prempuan yang berjalan beriringan di samping si penggendong balita tersebut.
“wahh…..Keponakanku sudah besar ya, waahh,,mau naik pesawat terbang ya ,,,aduh cuantiknya pakai seragam pendekar kamu cantik….., piye mas, kanggo dulur-dulur karo wong pusat wes mbok gowo/bagaimana mas, untuk saudara-saudara dan orang pusat sudah kamu bawa”
“wes, malah jatah kanggo Mbah Man barang tak gawakne pisan/sudah, malah jatah buat Mbah Man saya bawakan sekalian”
“titip slam kanggo kabeh wae, aku kepekso ga iso melu, cutiku lagi wae entek, nek tak undur gak iso ,mergo benturan karo karyawan liyo mas/titip salam buat semua saja ya, saya terpaksa tidak ikut karena cutiku baru saja habis, kalau saya undur tidak bisa karena berbenturan dengan jadwal cuti karyawan lain”
“yo, tahun ngarep nek enek kegiatan wae usahakno ijin kantor ben iso endang mulih/ya, tahun depan kalau ada kegiatan lagi usahakan ijin kantor biar bisa pulang kampung”
“sip, putri, nderek om yuk/sip, putri. Ikut om yuk””
Seorang bayi mungil yang belum genap setahun yang memakai seragam pencak silat warna hitam berkerah putih nampak memandang tajam pada pemuda yang ingin menggendongnya, nampak asing karena jarang bertemu, ia hanya diam saja merespon ajakan si pemuda, lalu ia nyegir saat di cium pipinya yang montok menggemaskan!.
Seorang perempuan menghampirinya, lalu menyerahkan sebuah foto, di mana tertera sebuah nama dan nomor telepon:
“ini lho Dik gadisnya, jika kalian jodoh siapa tahu, dia anak Melak, siswa Pscp , yang nglatih juga masmu, nanti ikut pelantikan sekitar bulan tiga, gadis ini keturunan Jawa juga”
“thanks mbak, ntar saya hubungi dia, siapa tahu ada waktu bisa copy darat biar makin dekat biar adinda melawat ke Melak City hehehe..”
“dasar kau playboy cap krupuk ..hehehe, siapa tahu ia cocok sama kamu dan mau dijajak serius, karena usia makin dewasa kalu asyik kerja lupa urusan menikah, padahal waktu akan terus berlalu, kamu kerja dan tabungan cukup kenapa tidak menikah saja secepatnya dik’
“ya mbak, doakan saja yang terbaik ya mbak”
“amin, mbak doakan dik agar kamu secepatnya bertemu jodohmu, ini aku sama Putri mau main ke rumah nenekya, doakan ia kerasan selam di jawa ya dik”
“tentu aku selalu doakan mbak, biar nanti ia menjadi kesatria srikandi yang hebat, bisa betemu langsung dengan segenap guru besar padepokan di pusat mbak”
“amin dik, Mbak berangkat dulu ya”
“ok, hati-hati dan salam buat semua ya mbak”
Lalu seluruh rombongan mulai memisahkan diri sesuai dengan kelompok terbang dan kursi masing-masing, semua barang bagasi sudah mulai masuk pesawat, pagi beranjak dengan cepat, udara kota Balikpapan mulai hangat, langit sangat cerah, udara pantai yang menghembuskan segarnya aroma lautan, luas terbentang memisahkan jarak antara Borneo dan pulau-pulau nusantara yang sejatinya satu jiwa, NKRI!.
Jam 8,14 Wita, pesawat lepas landas, semua berjalan dengan lancar, dua jam berikutnay menyusul lagi, kini di udara telah mengangkasa para manusia yang sedang mengadakan sebuah perjalanan mulia, betemu untuk menghasilkan sebuah kesepakatan, menjadi manusia Panca Setia, bersua dengan seluruh keluarga besar yang selama ini tercerai berai oleh jarak dan waktu walaupun sejatinya satu jiwa satu rasa dalam medan perjuangan mengisi kemerdekaan nusa dan bangsanya, merekalah kesatria tanpa pamprih berkerah putih!.
keajaiban mengiringi lepas landasnya pesawat pertama yang membawa rombongan kesatria Pscp Kaltim, laut seakan terdiam tenang tanpa riak, pucuk nyiur di sepanjang pesisir pantai diam terpekur seakan memanjatkan doa puja puji keselamatan, matahari menghangatkan segenap alam semesta..........

Padepokan Macan Putih


PADEPOKAN MACAN PUTIH


...............
......,.........,,,,,,,,
beberapa saat lamanya, ia mendengar dengan takjub cerita kakeknya,:
"lalu mengapa padepokan itu lebih terkenal dengan sebutan Padepokan Pasmatih kek!?"
......lalu, sang kakek tidak serta merta menjawab pertanyaan cucu kesayangannya, diusapnya kepala sang bocah yang belum genap sepuluh tahun itu dengan kelembutan dan kasih soerang kakek terhadap cucunya. "...hehehehehhh.....nanti cerita kakek akan berlanjut, namun sebaiknya kamu makan dulu, kau cium tidak bau harum masakan nenekmu itu..heheheeee"
"yyaaaa..nanggung kek...kan lagi seru....cerita tentang para pendekar Gunung Lawu lagi ya kek nanti...aku penasaran lho kek.....mana ada manusia yang mampu berubah menjadi banyak saat dalam bahaya.....wuaaaaaahh...tentu hebat betul ya kek para pendekar itu!!!"
"yaaa..nanti kakek tentu lanjutkan, bagaimana para kesatria pendekar itu dalam menumpas kejahatan yang merajalela di muka bumi ini...namun kamu jangan menunda makan, nanti nenekmu ngomel sama saya lagi gara-gara asyik cerita malah kamu lupa makan malam lhoohh  hehehehehhhhh"
sang cucu segera berdiri dari tempatnya duduk bersial di perapian halaman rumah sang kakek, waktu liburnya tinggal seminggu lagi, tak terasa libur begitu cepat jika ia habiskan dikampung sang kakek!.

sementara itu, di waktu yang bersamaan namun di tempat yang berbeda:
..........................................


Udara beku semakin terasa menyiksa, di tepian sebuah kolam seorang pemuda nampak berendam, hanya sebatas leher ke atas saja bagian tubuhnya yang nampak, sampai lewat tengah malam ia belum menyelesaikan kegiatan “anehnya”…..”aku harus kuat, sampai air kolam ini terasa hangat”
…..
Informasi dari seniornya, jika ia kuat berendam melewati tengah malam, atau bahkan sampai kokok ayam terahkir menggema di dinihari, pertanda ia siap mendalami teknik “terlarang” dari perguruan yang ia setahun lebih belajar bela diri, pencak silat!.
Malam selasa Kliwon, saat ada liburan, ia berpamitan pada keluarga, ada kegiatan latihan rutin pencak silat sampai pagi, kenaikan tingkat, di kampung atas, beberapa kilometer dari rumahnya, tetangga desa yang agak ke atas lagi lebih sedikit dan akhir tahun menjelang, ia tak khawatir lagi akan tidak punya pasangan seperti tahun-tahun sebelumnya, di sekolah ia hanya anak remaja yang serba pas-pasan saja, dikatakan sederhana jauh dari cukup, memang ia anak dusun saja, sederhana baik ekonomi maupun wajah, gak kaya namun orang tuanya gak miskin-miskin amat, dibilang cakep juga ndak, jadi sampai kelas 2 SMK dia tetep saja sorangan wae alias jomblo militan!.
Di kawananya dia juga gak keren amat, maklum sebagai anak dari sebuah padukuhan di lereng gunung Lawu, ia hanya seorang anak pencari daun jati dan di besarkan sejak kecil oleh kakek dan neneknya, kakak kakaknya ada 3 adiknya-pun ada 3, jadi seluruhnya 7 bersaudara, karena jaman ada KB, orang tuanya tidak ikut program 2 anak cukup, alasan bapak dan simboknya “banyak anak banyak rejeki”…malah kini yang ia rasa, banyak saudara menderita, jatah sandang pangan minim sekali, karena itu kakek neneknya memelihara dia sejak sekolah SD.
Tak terasa, kaki dan badannya mati rasa, lalu tengah malam lewat, air kolam yang dekat dengan hutan itu semakin hangat……aneh, bahtinnya bergumam, ia merasa nyaman, perasaan tenang, sangat tenang malahan, jasad wadagnya juga terasa ringan, tidak lagi menggigil seperti sore lepas matahari tenggelam tadi, jadi dihitung sampai lewat tengah malam sudah 8 jam lebih ia berendam, karena sejak jam 4 sore ia sudah nyemplung kolam…….lalu sesosok bayangan mendekat:
“masih kuat Min?”
“masih mas”
“sudah nyerah saja kalau gak kuat”
“tidak ah,,kuat kok, air kolam hangat lho sekarang”
“ya sudah, kalu kamu kuat, aku pulang dulu, nanti jam 3 aku naik lagi ya”
“ya mas”
…..bayangan yang baru saja mendekat lalu menghilang di turunan tajam, masuk persawahan, di lembah bawah sinar lampu dari rumah penduduk dan jalan nampak berkelip, ribuan, indah, bagai ribuan mutiara berkedap kedip, udara makin dingin di lereng lawu, namun anak remaja itu masih berendam, tekadnya kuat…..mendapatkan kepercayaan pelatihnya belajar kebatinan!.
..................
sementara itu, di tempat yang berbeda....

di rumah sederhana itu, seorang kakek sepuh bersama neneknya menghabiskan masa tua tanpa anak dan cucu, masa tua di pedesaan yang tenang dan damai.....sesaat lamunannya melayang saat masih seusia cucunya, sering mendengar cerita pendekar dari kakeknya juga:

"wuahhh hebat ya kek para pendekar itu saat turun gunung dan menjadi bagian dari kekuatan prajurit Mataram!!!"
"Benar Le.....……. Panembahan Senopati-pun menyatukan tanah jawa dengan bantuan para kesatria pendekar di jamanya, wilayah monco negari wetan merupakan yang paling sulit ditaklukkan lewat perang, karena pertempuran kedua belah pihak berkepanjangan dan prajurit Mataram terdesak hebat maka sang pemimpin Mataram meminta petunjuk kepada Yang Maha Agung,  petunjukpun turun lewat mimpi sang Senopati, dengan penuh kesadaran dan ketulusan sang Kesatria Mataram itupun maju di palagan tanpa mengenakan pusaka kebesaran keraton, karena menghadapi kedigdayaan senopati wanita, prajurit perempuan Monconegari Wetan yang ternyata seorang gadis jelita putri adipati Madiun, Kangjeng Raden Ayu Retno Dumilah, yang ditangannya mememgang keris Pusaka leluhur Majapahit “Kyai Tundung Mediun, Sang Panembahan Senopati-pun jaya, Mataram-pun menjadi besar dan kuat dengan dukungan dan pengorbanan para kesatria pendekar le”


dan era baru dunia persilatan telah berubah haluan mengikuti zaman dan peradaban nuswantara!, manakala Mataram telah terpecah menjadi kerajaan kecil yang lemah, para prajurit yang berjiwa kesatria pendekar telah dilemahkan sedemikian rupa oleh kelicikan penjajah kolonial Belanda!.
Sejak masuknya bangsa eropa di tanah pertiwi, bangsa Belanda khususnya, gerak kehidupan para kesatria pendekar sangat dibatasi, karena di tangan mereka terkandung kandungan kekuatan keprajuritan yang menggetarkan!.
Karena tekanan serta ketakutan kolonialisme terhadap kekuatan para kesatria pendekar itulah maka perguruan pencak silat dilarang berkembang di nusantara……..hanya satu dua yang bertahan, dan itupun merahasiakan keberadaan mereka dari mata-mata penjajah asing!

Maka para kesatria pendekar bagai tertidur di ayunan alam mimpi yang maha panjang…

sang kakek bercerita......panjang namun ia sangat antusias, seantusias cucunya sekarang ini.....
"lalu di Gunung Lawu, munculah sang kesatria pingitan le"
"apa itu kek kesatria pingitan"
sang kakek-pun melanjutkan kisah dongengnya......

Hingga pada suatu senja di lerang gunung Lawu, mengiring sang waktu yang terus berganti, sang waktu yang berlalu, sang waktu yang berlari. ,,,,..bahkan terkadang merangkak,  berjalan, pelahan….membawa suasana  pelan namun pasti……, suatu hari manakala senja di lembah gunung Lawu yang menjulang biru, diantara hijaunya pepohonan, hutan, ladang dan kebun serta bentangan areal persawahan yang subur ijo royo-royo, dua orang sepuh berjalan beriringan, ……..sayup terdengar percakapannya terbawa desir angin selatan yang membawa udara beku di lereng yang makin temaram itu,,,!


"....nanti akan tiba dimas saatnya darah prajurit itu akan dibangkitkan kembali"
"kapan itu rakamas"
"manakala di lembah gunung lawu muncul sebuah padepokan, dimana umbul-umbul dan panji panji kejayaan nusantara kan kembali berkibar gagah, sebuah padepokan kecil yang melahirkan kesatria besar di zamannya sang kesatria pingitan, yang piningit oleh misteri zaman dimas"

.......lalu kedua sesepuh yang membawa pusaka  Mataram itu melanjutkan perjalanan mereka menyusuri hutan Ngrayudan....lalu lereng lawu agak benderang oleh remang bulan sabit, di sebuah belik kecil mereka berhenti sejenak untuk melepaskan lelah, fajar sebentar lagi akan merekah!.
setelah beristirahat sejenak, kedua orang yang berusia sepuh itu melanjutkan perjalanan mereka, menyusuri jalanan setapak yang samar-samar makin kelihatan memerah, di timur fajar pecah, semburat saga membuat langit terbangun dari lelapnya dekapan sang malam!

Lalu, saat menjelang pecah fajar di kaki langit timur, di dekat kedua orang itu, pada dinding batu yang ditumbuhi semak dan ganggang lumut hutan muncullah sinar benderang yang seakan lorong panjang yang mengarah kepada sebuah jalan yang diapit dua buah gerbang dimana berdiri gapura raksasa…..kedua sesepuh itu masuk dan menghilang, seiring musnahnya kedua sosok itu, lenyap pula sinar benderang dan gapura raksasa yang menjulang itu!, lalu senyap, dinding batu itu kembali membisu seakan tidak pernah ada kejadian yang maha hebat yang pernah terjadi, tak lama fajar tiba, alam raya bangkit terbangun dari mimpi lelahnya……….!!!

beberapa lamanya, kesunyian menyelimuti tempat itu…………..
, hingga pada suatu hari............
.............
Senja baru saja tiba, sang malam sebentar lagi merajai suasana yang kian meremang sempurna seiring munculnya kerlip bintang yang bertabur merata di wajah langit, udara perlahan-lahan menjadi semakin sejuk dan dingin. Lembah gunung Lawu makin remang, puncaknya menjulang biru gagah di langit yang semakin pekat, selimut dewi malam membawa udara makin beku namun segar!. Lalu kumpulan awan menutup langit,suasana seketika pekat sempurna!.

Di sebuah jalan setapak, seorang anak muda berlari-lari kecil menyusuri  jalanan yang berdebu akibat musim kering, di atas sebuah batu besar  yang bentuknya bagaikan seekor  gajah tidur ia meloncat naik, padukuhan di sepanjang lembah gunung Lawu nampak berkerlip dari bias lampu rumah penduduk,  ia berdiri tegak, matanya tajam memandang ke lembah dibawahnya, ia melihat, di atas puncak gunung Lawu, bulan sabit telah hadir, menggantung bagai senyum bidadari yang menyambut datangnya sang malam.

Lalu dari arah lembah di depannya,  nampak seberkas cahaya yang berkedip beberapa kali. Lalu mati, berkedip menyala lalu mati kembali dengan cepat  membentuk pola sandi cahaya, ia segera mencoret-coret beberapa kata di selembar kertas kecil, lalu melipatnya kembali, setelah selesai ia segera berlari menuruni perbukitan yang kanan kirinya rimbun oleh rerumputan dan semak yang mengeluarkan harum bunga liar, musim bunga liar menghias wajah lereng gunung lawu, yang penuh pepohonan besar berseling semak dan rimbunnya perdu berbunga warna-warni, musim mekarnya bunga liar menambah seronok jika siang hari!.

Memasuki sebuah tanah yang datar agak lapang, ia berhenti, meneriakkan suara mirip burung malam, lalu ada sahutan dengan suara serupa, sahut menyahut beberapa kali, dari arah yang gelap beberapa sosok bayangan melompat mendekat,  suasana pekat, gelapnya sempurna,  ia bersama sosok-sosok yang tadi mendekat bersama-sama  menuju sebuah pondok sederhana, lalu menyerahkan tulisan yang ia bawa, seseorang menerimanya dengan cepat,… lalu  mereka, para pemuda yang nampak seusia itu memasuki sebuah ruangan yang diterangi nyala lampu kecil, nyalanya tenang, menerangi ruangan yang tanpa perabot dan hanya beralaskan tikar pandan.

“hmmmm…baiklah kawan-kawan, perintah telah berjalan mulai malam ini, tugas pertama kita adalah mengadakan patroli dan penyergapan buat para pendekar muda yang akan masuk daerah kita ini lewat tengah malam tepat!”
Nampak seorang pemuda seaparuh baya, duduk bersila sambil membaca sebuah kertas yang bertuliskan beberapa kata sandi!. Seragam pakainnya hitam-hitam dengan ikat kepala gadung melati.

“lalu berapa personel kekuatan kita ketua”
Seorang yang duduk disamping kanannya menyela, ia berpakaian serupa namun dengan ikat kepala yang berbeda corak batikya.

“pos I diujung kampung,  10 orang menjaganya, di pertengahan perempatan kampung 10 orang dan beberapa orang lagi yang memiliki kanuragan lebih di antara kalian akan menyertai berjaga,  dan seluruh kekuatan  yang tersisa menjaga di markas, pos III dan di tengah aku sendiri yang akan memimpin bersama beberapa yang sudah senior, total semua pos telah terisi kurang lebih 100 orang, bisa dimengerti kawan-kawan?”

“ bisa….!!!!!”
Serempak yang hadir, yang nampaknya para pimpinan dari kelompoknya menyahut cepat.

“ada yang ditanyakan”

Segenap yang hadir terdiam sejenak, hening mewarnai ruangan itu, lalu…..

“bagimana jika pendekar muda yang naik ke kampung ini berkemampuan diatas rata-rata dan mengejutkan kami yang di pos I ketua?”
Seorang pemuda berkumis dan berbadan tegap menyela memecah keheningan suasana pondokan.

“baik,,,,biar dimas Rajawali Langit warga tingkat II akan mengawal di pos satu untuk menghadapi perlawanan para pendekar muda”

“mengerti, terimakasih ketua!”

Ia menyahut, nampak guratan puas di sudut bibirnya yang tersenyum, bak kembang tak jadi, senyum sekilas saja, rata-rata yang hadir di ruangan itu semua nampak tegang!.

Lalu lima orang yang nampaknya para pimpinan di kelompoknya masing-masing telah mengambil kata sepakat untuk tindakan yang akan diambil untuk menyambut masuknya para pendekar muda di lokasi pertahanan mereka di lereng Lawu malam itu!.

Malam merangkak dengan cepat, tengah malam tiba juga …..ujung kampung yang pintu gerbangnya di apit dua batang pohon kantil gelap pekat, lokasi di lereng gunung lawu itu benar-benar terpisah dari padukuhan dan desa-desa yang nampak berkerlip benderang oleh pijar lampu  yang berkerlip nampak indah di sepanjang ngarai dan lembah, di tempat ini hanya beberapa kerlip nyala lampu minyak saja yang datang dari beberapa pondok sederhana, malam makin beku, beberapa kelompok manusia yang rata rata masih muda beranjak dewasa telah berjalan tergesa dan  lalu bersiaga di tepi jalanan tanah yang berdebu karena kemarau panjang!.

Seseorang nampak menyalakan sebatang rokok lintingan, dengan bara  dari sisa kayu yang menyala, bekas unggun membuat pekatnya suasana mendadak benderang menyilaukan.

“petzzz…..”

Tiba-tiba saja nyala bara  padam, sebuah angin berkesiur membawa udara dingin , cahaya bara sampai padam akibat kuatnya hembusan angin dingin seakan mengandung air lembab beku tersebut, ia terkejut lalu sesosok tubuh tiba-tiba saja telah berada di dekatnya
“jangan bikin api, biarkan kegelapan ini melatih indera kita lebih tajam”
“oh..maaf  ketua, saya khilaf”
“baiklah, bertugaslah dengan baik, aku akan ke pos satu melihat suasana”
Sebelum ada yang menyahut, ia telah berkelebat meninggalkan tempat tersebut, menghilang di kegelapan.
“hmmm……sepi angin, nampaknya ketua mengusai juga teknik langka tersebut”
“mengapa kita tidak diajarkan guru saat pendadaran dulu”
“karena tidak sembarang orang boleh memilikinya, nanti akan disalahgunkan untuk tindakan kejahatan yang merugikan orang lain, walau sekarang kelompok kita diaanggap menyalahi aturan perguruan, namun di tangan ketua dan dukungan kita, yakinlah kita akan keberhasilan perjuangan kelompok ini!”
“luar biasa, ketua baru saja bicara denganku, tiba-tiba saja sekali loncat ia telah menghilang…luar biasa, dan sepenuh jiwa ragaku aku akan mengabdi pada ketua demi perjuangan kita ini!”
“makanya, kita harus tekun berlatih biar bisa sampai tataran utama”
Bisik bisik itu berhenti manakala, dari ujung  jalan nampak sesosok tubuh berkelebat sangat cepat berlari ke arah mereka yang bersembunyi di kanan kiri jalan
……………………..
“mereka datang, rombongan pertama berjumlah 3 orang saja, namun pos satu gagal menghentikan laju mereka, kita harus bisa meringkus mereka di pos dua ini”

“lha kakangmas Rajawali Langit kemana” 

“ia juga gagal menghentikan laju ketiga pendekar muda itu”

“mana mungkin 10 arang pendekar pilihan dan seorang Rajawali Langit  gagal menghentikan 3 orang saja, kan jumlah mereka hanya 3 saja, masak jumlah segitu banyaknya kalah…mana bisaaa…”
“ya begitulah kenyataanya kawan, aku juga tidak paham mengapa bisa terjadi seperti itu!”
“Bagaiman dengan ketua…..?”
“beliau tidak ada, entahlah dimana berada sekarang, yang jelas ketiganya akan tiba sesaat lagi disini, bersiaplah!!”
……….ketiga  pendekar muda yang disebut-sebut beberapa orang itu  telah membuat bergetar dada mereka di malam yang pekat di lereng lawu, ketiganya ternyata sangat digdaya usianya yang masih sangat belia!.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Malam merangkak perlahan, lereng gunung Lawu yang dingin semakin bertambah bekunya, desir angin menggoyangkan pucuk-pucuk cemara gunung yang menjulang ke angkasa malam, satu dua kerlip bintang bertaburan, awan tersingkap oleh semilir angin, membawa udara malam yang beku bagai menembus tulang!.
Suasana senyap,namun terpecah seketika,  terkoyak oleh bunyi berdebam, ada benda berat yang seakan jatuh dari langit, disusul beberapa teriak kesakitan!.
Di kegelapan nampak tiga sosok yang bertarung dengan sangat sengit menghadapi lima belas orang yang berpakaian serba hitam bercadar, ketiganya dengan tenang menyambut setiap serangan dengan elakan dan kadang membalas dengan cekatan dan sangat cepat, akibatnya beberapa pengepungnya jatuh berdebam menghantam tanah kering berdebu di lereng gunung Lawu malam itu.

Tak berapa lama beberapa penyerang mengeluarkan senjata berbagai jenis, pisau, tombak bermata ganda di kedua ujungnya dan beberapa trisula, ketiga orang yang dikeroyok itu hanya bermodalkan tongkat pendek belaka!, namun mampu memunahkan setiap serangan yang datang bergelombang menusuk titik mematikan, huncaman ujung senjata mengarah langsung ke jantung!.

“menyerahlah, tinggalkan tempat ini, dan kalian tidak akan mati dengan penderitaan dan kesakitan menghadapi kami yang tiada ampun degan cara apapun meminta kalian membatalkan misi apapun yang kalian bawa dari Padepokan”

“tidak bisa, kalian yang harus segera meninggalkan tempat ini, kalian tidak berhak lagi tinggal disini, guru sendiri tidak ingin mengotori tangannya dengan darah kalian, karenanya beliau mengutus kami untuk menghukum kalian yang telah memalukan nama perguruan jika benar-benar sudah tidak bisa kami ajak turun gunung dengan baik-baik”

“haaaaa ahaaahahahaaahahaaa……”
Segenap yang mengepung ketiga sosok muda tersebut tertawa…tertawa yang sangat luar biasa keras, bagi telinga wadag manusia kebanyakan akan kesakitan, karena suara tawa yang dilepaskan dengan tenaga dalam tingkat tinggi tersebut akan merusak gendang telinga, namun tidak berdampak buruk bagi indera pendengaran ketiganya, walau masih belia namun menguasai teknik serupa yang tak kalah dahsyat!. 

“hmmm….Gelap Ngampar….”
Bisik salah satu dari ketiganya, kedua temannya mengangguk, lalu mereka mengatur jalan nafas , melapisi setiap pori dan nadi dengan tenaga dalam agar tidak terkena pengaruh teknik  yang kejam tersebut….
Marah sejadi-jadinya sang pimpinan penyerang yang mengeroyok ketiga pemuda tersebut, menyerang dengan tombak pendek bermata ganda, namun ketiganya bukan pendekar ingusan yang baru belajar mengenal jurus, serangan bergelombang dari para pengeroyoknya yang berkemampuan tinggi mereka hadapi dengan tenang dan terukur!

Sang pemimpin yang mengeroyok ketiga pemuda pendekar itu bahkan telah mendapatkan luka lebam memar akibat pukulan tongkat pendek yang memutar deras seakan berdengung menangkis setiap serangan senjata berbagai jenis, saat batang tombak bermata ganda sang pimpinan bisa dielakkan, salah satu dari ketiga pemuda itu balas menyerang dengan cepat,  tak ampun sodokan tongkat yang telak menghantam dadanya!.

Nyeri yang disertai panas membara bagai membakar isi dadanya,……..pukulan tongkat yang telah dilambari teknik tenaga api dari ilmu terlarang “Segara Geni”………

“sialan…..anak muda ini memiliki kemampuan di luar dugaanku, siapa mereka sebenarnya, bahkan aku sendiri tidak bisa mengalahkan ketiganya….”…disela rasa sakit yang menyengat, ia meyumpah-nyumpah ketiga lawanya yang teramat tangguh, bahkan menguasai ilmu legendaris yang telah lama hilang dari dunia persilatan, teknik pukulan segara geni yang berdaya api yang mengahanguskan target pukulan tiada ampun, yang bahkan mampu diarahkan secara terukur lewat senjata tongkat!.

“menyerahlah andika sekalian, jangan sampai jatuh korban diantara kita yang tidak perlu….”

“bangsat,,,,!”

Baru saja salah satu dari ketiga pemuda pendekar itu berbicara….sesosok bayangan tiba-tiba saja masuk ke dalam arena pertarungan……..”kalian yang harusnya menyerah untuk aku hukum, berani sekali kalian naik kesini wahai anak muda!”
Seorang laki-laki berjubah hitam setengah umur berbadan tegap dan tinggi telah berdiri tegak dengan kedua tangan mengepal……udara telah berubah menjadi hangat lalu perlahan panas…..makin panas bahkan sampai keringat orang-orang yang ada di arena pertarungan menitik makin deras…….udara yang
 Telah dipanaskan oleh ilmu kanuragan tataran tingkat tinggi, ……..

“kalian cepat urus dimas Rajawali Laangit, aku sendiri yang akan menghadapi mereka, cepat tinggalkan tempat ini, karena sebentar lagi para pendekar padepokan lembah Lawu akan membanjiri tempat ini untuk meringkus kita”

“baik kakangmas”

Maka semua orang bercadar hitam itu serempak melompat mundur dan meninggalkan gelanggang pertarungan, menghilang di balik kegelapan, salah satu dari ketiga pemuda itu akan mengejar, namun segera urung manakala ada hantaman udara panas menuju tepat di depan wajahnya…pukulan jarak jauh yang dilambari tenaga dalam yang sangat mapan!.

Ia bersalto melenting ke samping dengan gesit……maka terbebaslah dari keadaan yang mengancam keselamatannya, kedua kawannya segera bersiaga, memasang kuda-kuda, tangannya meraih sebuah gagang keris dari sisi lambung kanannya, ia lolos dan acungkan keris itu kepada lawannya yang berdiri beberapa depa di hadapannya:

Lalu, perlahan namun pasti, berkesiur desir-desir lembut dan halus angin sejuk lalu makin dingin dan beku, seketika suasana panas membara berubah sebaliknya, udara mendadak beku, dari ujungkeris yang diacungkan tegak ke udara itu memancar pendaran cahaya putih berkilau yang membawa pengaruh di luar nalar…..mendatangkan angin dingin beku yang seketika merubah suasana membara menjadi sejuk, dingin lalu bahkan perlahan menjadi atis, dingin dan beku!.

……….
Sementara itu, di tempat lain, di sebuah pendopo sebuah padepokan sederhana yang lumayan luas, seorang lelaki sepuh berpakaian serba hitam dan ikat kepala gadung melati sedang duduk bersila di kelilingi beberapa orang yang berpakaian serupa namun dengan ikat kepala yang berbeda coraknya yang nampaknya menunjukkan tingkatan tataran dari sebuah perguruan bela diri!.

“guru,,,,,ananda mendapat titipan salam dari kangjeng Pengeran Diponegoro, beliau mengucapkan ribuan ucapan terimakasih atas kiriman 10 siswa Padepokan Lembah Lawu, sehingga pertahanan Belanda di Semarang kocar-kacir akibat tambahan pasukan dari 10 pendekar pilihan siswa padepoakn lembah Lawu yang guru pimpin”
“..hmm…rupanya anakmas Ontowiryo telah menetapkan pilihan hati nuraninya, bahkan telah merubah gelar bangsawannya…”
“benar guru”…seorang lelaki setengah umur yang duduk di sebelah sisi dari orang yang di panggil guru menyahut gumaman itu dengan sahutan pelan dan lembut namun berkesan tegas, lalu ia melanjutkan:
………..
“bahkan beliau telah mendirikan Mataram baru dan bergelar Sultan Ngabdul Hamid Erucakra Sayidin Panetep Agama Khalifatullah ing Tanah Jawa ingkang Jumeneng kang sepisan”
“ucapan terimakasih anakmas Ontowiryo telah aku terima, dan bahkan beliau telah menyerang semarang sebagai pusat kedudukan Kompeni Belanda, juga aku mendukung sepenuhnya perjuangan beliau sebagai raja tandingan Mataram yang makin lemah di kuasai Belanda!”
“lalu bagaimana kekuatan kalian 10 siswa yang aku ijinkan bergabung dengan pasukan Gunung Selarong menggempur kekuatan belanda di bumi Mentaram yang dulu berdaulat ini wahai Suryopati?”
“kami semua selamat walau ada juga menderita luka akibat ledakan meriam Belanda yang terlambat kami atasi dengan kanuragan yang guru pernah ajarkan jika berlaga mengdapi senjata bangsa Belanda yang menakutkan, yakni Meriam, namun sekarang beberapa luka kecil akibat pecahan mesiau meriam itu telah sembuh seperti sedia kala guru”

Percakapan itu terhenti sejenak manakala beberapa cantrik mengeluarkan singkong rebus dan wedang jahe, walaupun makanan sederhana dan minuman yang sederhana pula, namun cukup memberi tenaga dan kekuatan baru, udara dingin di lembah lawu, dimana sebuah padepokan rahasia berdiri menempa para kesatria pendekar kini menjadi hangat, hangat akibat perbincangan serius sekaligus hidangan wedang jahe panas dan singkong rebus yang masih mengepul pula!.


Trisula Kembar

Sepasang Trisula Kembar, senjata yang menjadi lambangIkatan Pencak Silat Indonesia