TC DI PSCP Ranting Melak Kubar-Kaltim
..............
BUK..!!!!
Dengan tergesa ia merapikan sabuk morinya, bau harum dari kain kematian yang kuat menyebar kesekeliling, pos V dimana ia bertugas benar-benar pekat dalam selimut kegelapan, rimbunnya pepohonan di kanan kiri jalan setapak membuat sinar bulan tiada mampu menembus kerimbunan kanopi tajuk daun yang sempurna menyelimuti.
Namun setelah mengheningkan seluruh konsentrai dan fokus pada energi lahir batin pada satu titik terang, maka pelahan bola matanya mulai beradaptasi dengan gelap di sekelilingnya, malah beberapa langkah dan meter ke sekeliling ia mulai mengenal bentuk-bentuk yang semula tiada nampak sama sekali.
Ada sms masuk, hapenya bergetar lemah, sengaja ia silent, agar memudahkan pergerakannya saat menyergap mangsa yang sebentar lagi akan lewat.
Sms yang membuatnya muak, sms dari mantan, sms yang mengusik ketenangan hari-harinya dengan kenangan yang sengaja ia ingin cepat hapus dan lupakan, dan malam ini sms ini kembali masuk ke nomor hapenya, padahal baru saja ia ganti nomor sore tadi, busyet, siapa juga yang membocorkan nomor barunya, nekat banget itu gadis, menyesal juga ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan seniornya.
Teknik Terlarang ia pergunakan untuk mainan, hanya karena rasa gengsi, taruhan dengan siswanya tentang ilmu pengasihan, gadis yang menjadi target kini benar-benar mabuk kepayang kepadanya, padahal sang senior di perguruan pencak silatnya dulu sudah mewanti-wanti, mantram itu hanya di gunakan untuk sesama siswa seperguruan saja, karena itu bukan untuk mainan, jika di gunakan pada gadis lain yang tidak memiliki dasar kanuragan dari jalur ilmu yang sama maka akan lain sekali akibatnya.
Mantram pengasihan yang semula di turunkan sang senior, di berikan oleh warga tua padanya untuk mengikat siswi-siswi yang malas latihan agar fokus datang setiap sesi berlatih, kini menjadi bumerang, ia gunakan untuk memikat kembang sekolah di mana ia melatih pencak silat, untuk ajang taruhan yang iseng, cewek yang diidolakan seluruh cowok-cowok di sekolahnya itu ternyata sangat over protektif, setelah berhasil ia tundukkan dengan teknik terlarang malah ia yang repot, kemana-mana, setiap saat ia selalu di pantau, dengan alasan ia sangat sayang dan cinta, padahal sebagai pemuda di masa pertumbuhan jiwa, ia menghendaki kebebasan bergerak dan berekspresi sebelum membulatkan tekat menikahi seorang gadis secara sah secara hukum Agama, Hukum Adat dan Hukum Negara serta Pemerintah, maka seminggu lalu ia putus sang cewek, bukannya menerima sang cewek malah makin tergila-gila, sungguh repot, mau lapor minta solusi kepada warga tua, malah gak berani, dengan warga yang lebih senior ia takut karena bersalah melanggar aturan!!!!.
Ia off-kan hape, ia masukkan ke dalam sebuah tas ransel yang ia gantung di ranting sebatang pohon perdu tak jauh dari posisinya berdiri, dari jauh samar-samar ia mendengar suara:
"jangan berpencar, kita barengan saja, toh tadi kita masuk kuburan dan sparing dengan pelatih sama-sama, masak kalian tega ninggalin aku", terdengar samar-samar terbawa semilir angin suara seorang gadis, suara setengah berbisik!!!.
lalu senyap, sepi.
Lalu beberapa sosok bayangan nampak makin mendekati pos dimana ia menunggu dengan telaten dan sabar. Sendirian ia menunggu siswa yang baru saja keluar dari lokasi pemakaman kampung, nampak beberapa sosok mendekat dengan takut-takut.
Cepat ia kenakan kain hitam menutupi separuh wajahnya, seragam sakral hitam-hitam, dan kini di tambah cadar hitam menyembunyikan separuh raut wajahnya, menyempurnakan kamuflasenya dengan suasana gelap pekat di bawah rimbunya pepohonan.
Ia hafal di luar kepala, sosok-sosk itu adalah siswinya, ya, benar sekali ia meyakini bahwa gadis-gadis yang akan segera lewat itu siswinya yang sering bolos latihan dengan beribu alasan, maka saatnya ia balas dendam.
.............................................................................................................
.....................................
"bukkk...bukkk'
Beberapa siswi yang terkena sapuan dan tendangan jatuh dan beberapa lagi berlompatan dengan cekatan, mereka segera berdiri merapat, memasang kuda-kuda, mengepungnya dari empat penjuru mata angin, di pos sebelumya mereka bertarung dengan cara yang sama menghadapi senior pelatih yang menyerangnya tanpa ampun.
Sosok hitam-hitam bercadar itu kembali melompat menyerang dengan pukulan yang cepat ke arah titik mematikan, keempat gadis remaja itu kini nekat, membalas dengan sengit, tidak hanya menangkis dan mengelak, namun balas menyerang dengan sekuat tenaga, menguras batas terakhir kemampuan yang mereka miliki untuk mempertahankan diri dari serangan senior pelatihnya.
Dalam hati sang senior kagum, keempat siswinya itu ternyata telah sedemikian pesat kemampuannya, beberapa kali tendangan dan pukulan serta tipuan serangan mereka menyusup dan mengenai beberapa bagian tubuhnya yang tidak terlindungi dengan mapan.
Namun, malu rasanya jika ia berteriak mengaduh, di kerahkannya energi pertahanan dari tenaga cadangan yang ia gunakan meredam rasa sakit akibat serangan yang masuk, maka perlahan namun pasti,pertarungan antara pelatih dan keempat siswinya yang terkenal suka absen saat latihan itu makin sengit, makin cepat dan penuh dengan energi tenaga dalam yang mulai di unggah dari tataran dasar menuju ke tingkatan yang lebih tinggi secara pelahan.
................................
......................................................
Keempat gadis itu terus menerus menyerang dari keempat penjuru, serangan dengan sekuat tenaga, tiba-tiba sosok bercadar hitam itu melenting bersalto ke belakang, lalu tiba-tiba saja seorang gadis terkapar, lalu semuanya terjatuh, seperti tak berdaya, kehilangan tenaga dengan tiba-tiba, mereka hanya mampu terdiam, berbaring dengan pasrah di atas jalanan setapak yang gelap.
Keempatnya telah terkena kontakan jarak jauh, terkunci dengan bumi, maka sosok bercadar itu mendekat, makin dekat dan membuka cadar yang ,menutup separuh wajahnya, mengamati hasil tangkapannya.
"apa yang akan terjadi seandainaya aku adalah pemerkosa, penjahat yang menyalah gunakan ilmunya, yang suka mencari mangsa gadis-gadis manis seusia kalian, kalian telah jatuh dalam kuncian bumi, kalian telah lemah, tak berdaya, kalian telah aku kuasai, kenapa kalian sering absen saat latihan pernafasan dasar, tenaga dalam kalian teramat lemah, maka inilah akibatnya, kalian berempat tidak mampu membebaskan diri dari pengaruh serangan teknik kuncian jarak jauhku"
Keempatnya berusaha untuk tenang dan fokus pada pernafasan, menarik nafas pelan, menyimpannya di dada dan lambung, berusaha mengurai ikatan tenaga kuncian yang seakan membelitnya dari ujung kaki sampai kepala, makin kuat mereka berontak, makin kuat ikatan itu menekan hingga serasa sesak untuk bernafas, bagai tubuh dililit tali yang kuat, mereka berempat kini telah bagaikan menempel di atas tanah, tiada mampu menggerakkan tubuh barang sedikitpun, hanya mampu pasrah, menunggu apa yang akan di lakukan pelatihnya pada mereka berempat yang tergeletak tanpa daya di atas jalanan yang gelap dan senyap!!!!!
"Dian..." sosok itu bergumam, saat mendekatkan tubuh sambil berjongkok pada sisi tubuh seorang gadis manis berhidung mancung, yang kini ikatan rambutnya telah terurai akibat sengitnya pertarungan, malah sebagian menutupi wajahnya yang berpeluh, sisa harum wangi parfumnya meyeruak memasuki indera penciuman sang pelatih,wangi parfum bercampur bau keringat gadis remaja, dua bau yang bercampur, wangi parfum dan keringat, bau yang menggoda darah muda sang senior pelatih!!!!.
"maaf kak, tolong bebaskan kami, kami berempat kapok absen latihan jika tahu akan menerima hukuman seperti ini, gatal kak badanku kena semut api, aduh, bebaskan kami kak..."
Sosok gadis yang di panggil Dian oleh pelatihnya itu merengek dan merintih tertahan bagai sesak dan kesulitan berbicara, ia minta di lepaskan, namun sang senior masih saja bungkam, lalu dengan pelan ia berucap:
"aku dulu juga nakal, suka absen, dan hampir sama dengan yang kalian alami saat ini, namun itulah yang menyadarkan aku, betapa ilmu di dunia pencak silat itu bagaikan luasnya samudera raya, dalam tak bertepi, semakin kita belajar, semakin kita banyak tidak tahu, maka warna hitam sebagai simbol pengendalian diri ini selalu di kenakan oleh semua pendekar dari semua perguruan pencak silat yang menyadari jati dirinya sebagai sosok pengemban ilmu warisan leluhurnya dahulu kala, namun aku sedikit bangga pada kalian berempat, tata gerak dari jurus-jurus dan semua yang aku ujikan kepada kalian terus terang sudah sangat pesat aku amati dan uji secara langsung barusan tadi, namun sayangnya, kalian malah sering absen saat materi terpenting aku turunkan kepada siswa, maka inilah akaibatnya, kalian tidak mampu membebsakan diri dari serangan teknik kuncian yang aku pergunakan mengakhiri pertaruangan di pos V ini"
"jaman sekarang, banyak manusia berilmu tinggi yang sesat dan mempergunakan kemampuannya untuk berbuat jahat, andai saja aku orang jahat tukang perkosa, maka malam ini habis kalian menjadi korban-korbanku, hanya karena kalian tidak tuntas belajar ulah kanuragan, pencak silat itu bukan hanya sparing atlit, bukan hanya teknik jurus dan tata gerak wadag yang bisa di nalar dan di indera, namun inti sari pencak silat itu banyak yang kalian belum ketahui, dan kalian begitu jumawa meninggalkan sesi latihan pernafasan dasar yang menjadi kunci pembuka kanuragan yang sesungguhnya".
Sesungguhnya, di relung hati sang senior, mengakui dengan segenap kebanggaan, kebanggaan seorang guru akan keberhasilan dan ketangguhan siswa pencak silatnya, kebanggaan yang jujur dan tulus akan jalan panjang pengabdian demi sebuah cita-cita yang ditempanya bersama saudara-saudara seperguruan yang kini menyebar ke segenap penjuru bumi guna berdharma bhakti demi perdamaian sejati.
Namun, entah kapan sang pelatih muda itu terlambat menyadari, Dian adalah salah satu dari sekian banyak siswinya yang paling tangguh, siswi yang diam-diam memberinya sebuah getaran halus , getaran seorang pemuda kepada sosok gadis idamannya!!!!.
Namun, jauh di relung hatinya, sang senior hanya mampu menyimpan, hanya mampu berdiam, walau saat-saat berlatih dan saat-saat hanya berdua terbuka kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya itu, namun semua ia anggap hal yang lumrah saja, hal yang lumrah bagi pemuda seusianya melihat dan menikmati wajah manis keibuan seorang gadis yang bahkan itu ia telah anggap adalah Guratan Karunia Tuhan yang terindah yang pernah ia temui selama hidupnya!.
Cara gadis itu tertawa, tersenyum bahkan berteriak semua indah, namun sebagai pelatih, pantang baginya untuk berpacaran dengan siswinya, lain masalahnya jika sang siswi telah menjadi warga, telah sama tataran denganya!.
...................................................................
.........................................................................................................
Setelah di bebaskan sang senior, keempat gadis itu menyadari,bahwa dunia persilatan begitu luar biasa, mereka paham dan sadar, Pencak Silat bukan hanya teknik bertarung, bukan hanya teknik sparing, bukan hanya teknik mencari angka saat menjatuhkan lawan, memukul dan menendang maupun teknik kuncian, bantingan , sapuan maupun telikungan, bukan hanya teknik jurus wadag yang baik saja, itu hanya kunci-kunci dasar yang akan mengantarkan mereka menuju kunci yang lebih tinggi lagi, kunci menuju tataran yang lebih tinggi dari jurus wadag, tataran Kanuragan sejati yang hanya sedikit pendekar yang mampu menguasainya dengan mapan dan baik.
Apalagi, tata gerak Pencak Silat dan olah jiwa kebatinan dari Padepokan Gunung Lawu, sedemikian luas dan dalam, Pencak Hadiran dan olah pernafasan, teknik theraphy, teknik-teknik tenaga dalam yang rumit dan tinggi, tidak serta merta setahun dua tahun seorang pendekar akan mampu menguasainya, maka keempat gadis itu telah membulatkan tekatnya untuk rajin menempa diri dari tataran yang paling dasar sabagi pondasi membangun tingkat tataran kanuragan yang lebih tinggi dan mapan.
Sang senior pun berharap banyak, melepas keempatnya dengan puas, berharap esok akan bersua kembali dengan sang pujaan hati, biarlah kini sang bunga jiwa, tambatan rindu, pembuluh jantung, perindu jiwanya masih siswa, tentu sang waktu dan Tuhan-pun jika berkenan akan menjodohkan dengan segala jalan, seberapa berlikunya akan ia hadapai, itu pasti.
Penantian yang harus ia jalani dengan tabah dan tulus, ibarat orang menanam benih, ia harus sabar menunggu sang benih tumbuh dan menghasilkan bunga, lalu menikmati buahnya.
Baru saja tersenyum sendiri dalam gelap, saat membuka hape, ia terperanjat waduh...ada 27 sms menumpuk, semua isinya sama, sang mantan yang masih terkena Teknik Terlarang Pengasihan!!!....besok pagi akan berkunjung ke tempatnya bekerja, pagi-pagi betul ........wadooouuhhhhhhhhh!!!!!!!!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar