Jumat, 03 November 2017

EXSPEDISI JAWADWIPA


EXSPEDISI JAWADWIPA



Di sebuah perkampungan suku Dayak Kalimantan, seorang dara remaja berlari menaiki lamin, rumah khas adat suku bangsa Dayak Kalimantan, ia masuk ke kamar dengan agak terengah-engah, lalu berbenah dan merapikan semua pakaian dan keperluan yang di butuhkannya untuk menempuh perjalanan jauh, beberapa benda peninggalan leluhurnya ia bawa serta, ada juga sebuah kalung bermata berlian merah delima dengan hiasan bulu Elang dan bulu Enggang ia simpan dalam kantong kulit kecil lalu ia selipkan di tas pakaiannya, tak lama berbenah lalu ada beberapa sms masuk dan ia balas dengan cepat, siang itu langit agak mendung dan gerimis menitik sejak lepas tengah hari, pucuk nyiur dan pohon karet bergoyang, rimbunnya kampung sebuah pedalaman Kalimantan sangat melekat dengan lalu lalang masyarakatnya yang keluar masuk hutan dan kebun, dipinggang mereka tergantung Mandau, punggung ada tas dari anyaman rotan berisi bekal selama mereka bekerja, setelah beberapa saatny berkemas lalu si gadis remaja mohon pamit kepada kedua orang tuanya, adiknya yang baru umur 2 tahun ia ciumi berulang tanda akan berpisah untuk waktu yang lumayan lama!.
tak lama berselang......
sebuah motor kebun yang rodanya berlumpur memasuki halaman rumahnya, di atasnya seorang gadis remaja sebayanya turun dari motor, gadisnya tomboy, lalu ia segera naik ke Lamin, dipunggungnya ada tas ransel besar, gadis remaja yang menjemput berbasa-basi sejenak dengan orang tua si gadis, setelah berpamitan dan meminta doa restu, maka mereka meluncur menyusuri jalanan kampung yang aspalnya setengah hancur akibat dilewati alat berat juga mobil tambang yang hilir mudik memintasi kampung mereka 24 jam tiada hentinya!.
“sudah bereskah semua bawaan kau Wie”
“sudahlah, semua sudah aku cek ulang”
“baguslah, 1 jam lagi kita akan berangkat”
“ya, aku sudah tak sabar naik pesawat untuk pertama kalinya Pin”
“ya, akupun tak sabar naik besi terbang yang tiap kali aku lihat bergaung gemuruh suaranya di atas kebun karet mamakku”
“petinggi kampung sudah ngasih ijinkah”
“sudah beres semua, yang akan ke jawa sudah dapat ijin pak Suniq, jadi tidak ada masalah jika sebulan dua bulan kita tinggalkan kampung semua urusan dengan karang taruna sudah selesai semua!”
“baguslah, kita akan lebih tenang mengikuti kegiatan dan juga pelatihan di jawa, bertemu saudara seperguruan dari seluruh Indonesia!”
“sudah lama ingin pergi ke jawa, belum ada kesempatan juga, untung ada juga saatnya kita kesampaian ikut ke jawa”.
“ya, beruntung kita dapat kesempatan ke Jawa, itupun setelah nabung 3 tahun ini, busyeetttt”
Hari yang dinantikan telah tiba, beberapa orang dan juga pemuda serta pemudi berkumpul di pelabuhan sungai Mahakam, mereka menunggu jam keberangkatan, Kapal Motor Surya Kencana tujuan Samarinda sedang berlabuh, sibuk menaikkan penumpang dan barang, jam 5 sore Wita lewat beberapa menit, udara sangat cerah di Mahakam Ulu, Melak, sebuah kampung pelabuhan tradisional yang puluhan tahun meyeberangkan para penumpang dari sebuah daerah pedalaman Kalimantan Timur menuju Kota Samarinda, ibukota propinsi terluas di Indonesia. Hari perlahan-lahan mulai merangkak temaram, bola bulat keemasan terbenam pelan namun pasti, para penumpang telah semuanya naik KM Surya Kencana, kapal motor itu mulai sibuk dengan hiruk pikuk penumpang yang menempati tempat sesuai tiket yang mereka bawa, rombongan 20 orang berseragam jaket hitam dengan beberapa lambang dan simbul didadanya bersiap pula, termasuk seorang bayi perempuan yang belum genap setahun nampak digendong ibunya, salah satu diantara mereka sedang sibuk menelpon:
“ok, terimakasih mas, saya sudah akan mulai meluncur ke Samarinda untuk bergabung dengan kontingen Kaltim yang lain”
Setelah beberapa saat lamanya menyelesaika percakapan melalui telpon selulernya , ia memasukkan handphonenya ke saku jaket, ada beberapa logo dan lambang yang menghiasai wajah depan pakaian yang ia kenakan, tertera cukup jelas “KONGGRES NASIONAL PENCAK SILAT CEMPAKA PUTIH I” lalu di bawah lambang sebuah Kabupaten tertera “KONTINGEN PSCP CABANG KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR”..
.

di waktu dan saat yang sama namun dengan tempat yang berbeda....

..... di ibukota propinsi dengan luas wilayah terbesar di Indonesia tersebut, di sebuah rumah, beberapa orang pemuda sibuk menyiapkan tas-tas yang lumayan banyak dan berat, mereka Nampak sibuk memeriksa ulang segala alat kelengkapan yang nampaknya sudah di buat daftarnya, mereka cek ulang satu persatu agar di tempat tujuan tidak ada sebuah pun yang tertinggal:
“aman, semua lengkap”
“tali asih dan cinderamata khas Kaltim untuk Guru besar dan Pusat sudah semua masuk pakingan”
“ok, semua siap, tinggal breafing dan absen kontingen yang akan berangkat ke Jawa besok”
“aku tadi menghubungi Mas Wanto dan mas Yusuf dari Kubar, rombongan mereka sudah meluncur lewat pelabuhan sungai, mau pesan tiket pesawat mahal, mengingat terbatasnya anggaran, terpaksa berangkat seharian lebih cepat meninggalkan pelabuhan sungai Melak”
“memang ada berapa kontingen total yang berangkat dari Melak”
“ada duapuluh, termasuk para ketua ranting dan beberapa perwakilan dari pengurus serta warga senior kubar juga seorang bayi peremuan”
“hmm…luar biasa semangat mereka ya” ”
“memang, karena semua sudah lama persiapannya, dari Bontang, Tenggarong, Samarinda sendiri, Balikpapan, Samboja dan beberapa kawan lain di Berau, Tarakan, Mahakam Hulu serta Penajam hanya bisa mewakilkan sedikit orang saja, daerah lain juga sudah ada konfirmasi mengirimkan, total dari seluruh kabupatern dan kota yang akan ke jawa hampir 200 orang”
“ya, untung kita sudah jauh-jauh hari mengantisipasi harga tiket, sehingga bisa boking Garuda untuk dua penerbangan, penumpang plus barang bisa terangkut semua”
“ya, bubuhan kita di Maskapai sangat membantu prosesnya kali ini, sehingga 200 kontingen plus barang bisa dua peawat bersamaan terbang hanya jeda 2 jam penerbangan saja, sehingga Surabaya-Magetan tinggal enak, sudah ada bus carteran yang lumayan nyaman untuk kita naiki menghadiri Konggres nasional Pscp pertama di padepopkan pusat”...

Beberapa saat kemudian, semua kontingen sudah mulai masuk kota samarinda dari berbagai daerah di Kalimantan Timur, tak lama, rumah itu kedatangan berbagai rombongan, ada yang naik kendaraan pribadi, carteran dan kendaraan umum, bahkan ada yang minta di jemput di terminal dan pelabuhan Samarinda karena bingung mencari rumah base camp sebelum berangkat ke Bandara sepinggan tengah malam nanti.

ke Padepokan Pencak Silat Cempaka Putih.......
(sebuah fiksi perjuangan menegakkan panji kebesaran Padepokan Macan Putih...)
BAGIAN 2
Prolog..
(Bagian 1 mengisahakan perjalanan Dewieq dan Ipin, 2 orang Gadis Remaja dari suku Dayak yang akan ke Jawa guna mengikuti rombongan kontingen PSCP KALTIM dalam rangka KONGGRES NASIONAL PSCP I,....bagaimana kisah kedua remaja ini di bumi asal perguruan silat yang selama ini mereka bela, perjuangkan dengan segenap mata hati, jiwa dan raganya walaupun mereka tinggal jauh di pedalaman kaltim berbatasan dengan Malaysia, jauh dari padepokan yang telah menyadarkan, mengobarkan geletar gelegar semangat cinta tanah air, kerendahan hati dan pantang menyerah berjuang di medan tempur kehidupan)

......
Paginya sebuah mobil masuk, beberapa penumpang turun, seorang lelaki muda bertubuh tegap nampak menggendong balita yang masih tertidur di pelukannya, rombongan yang masuk mengenakan jaket hitam bertuliskan Kontingen Kutai Barat, mereka Nampak penat namun sorot mata masih setajam mata elang, setelah berjabatan tangan dengan para penghuni rumah tersebut, mereka segera meyerahkan semua barang bawaan untuk di cek list ulang sebelum keberangkatan nanti malam ke Bandara Sepinggan Balikpapan untuk selanjutnya terbang ke Surabaya, JawaTimur, ke padepokan Pscp pusat, menghadiri Konggres Pencak Silat Cempaka Putih yang pertama sejak kelahirannya 40 tahun yang silam, dan menjelang setengah abad berdirinya perguruan bari di tahun 2013 ini bisa dilaksanakan, bertepatan dengan pelantikan warga Purwa di Padepokan pusat di bulan Desember yang mewisuda ribuan kesatria pendekar dari berbagai pelosok nusantara dan perwakilan luar negeri.
......
Pagi dini hari baru usai, hari baru datang juga, dinginnya udara masih menggigit tulang, pelahan Bandara udara Sepinggan mulai nampak, satu dua lampu telah dipadamkan, remang matahari terbit perlahan semakin memerah saga kekuningan, cahaya keemasan menyiram sepanjang pesisir kota Balikpapan, pucuk nyiur melambai-lambai seakan ramah menyambut dua rombongan bus yang membawa 200 orang peserta yang tergabung dalam kontingen Konggres Pscp I mewakili Kaltim, mereka teratur turun dari kendaraan, barang bawaan segera di bongkar, seorang pemuda keluar dengan memakai seragam lapangan , ia adalah staf manager Garuda, Maskapai penerbangan terbesar dan menjadi Kompetitor Penerbangan Internasional, karena pelayanan dan harga tiketnya sangat memuaskan para pemakai jasa penerbangan tersebut.
Ia menyalami ketua rombongan dengan jabat tangan komando, semua rombongan, baik pemuda, pemudi perempuan dan pria dewasa mengenakan seragam dan menyempatkan foto bersama di depan spanduk besar terbentang dengan tulisan Kontingen Pscp Cabang Kalimantan timur 2012, lalu ada logo Pscp dan tulisan Konggres Nasional I Pencak Silat Cempaka Putih, Magetan Jawa Timur.
seorang pemuda menyambut rombongan yang baru merapat di Sepinggan pagi itu, dan saat bertemu dengan seseorang yang menggendong bayi, ia tertawa lebar, bersalaman dengan sangat erat, juga menyalami seorang prempuan yang berjalan beriringan di samping si penggendong balita tersebut.
“wahh…..Keponakanku sudah besar ya, waahh,,mau naik pesawat terbang ya ,,,aduh cuantiknya pakai seragam pendekar kamu cantik….., piye mas, kanggo dulur-dulur karo wong pusat wes mbok gowo/bagaimana mas, untuk saudara-saudara dan orang pusat sudah kamu bawa”
“wes, malah jatah kanggo Mbah Man barang tak gawakne pisan/sudah, malah jatah buat Mbah Man saya bawakan sekalian”
“titip slam kanggo kabeh wae, aku kepekso ga iso melu, cutiku lagi wae entek, nek tak undur gak iso ,mergo benturan karo karyawan liyo mas/titip salam buat semua saja ya, saya terpaksa tidak ikut karena cutiku baru saja habis, kalau saya undur tidak bisa karena berbenturan dengan jadwal cuti karyawan lain”
“yo, tahun ngarep nek enek kegiatan wae usahakno ijin kantor ben iso endang mulih/ya, tahun depan kalau ada kegiatan lagi usahakan ijin kantor biar bisa pulang kampung”
“sip, putri, nderek om yuk/sip, putri. Ikut om yuk””
Seorang bayi mungil yang belum genap setahun yang memakai seragam pencak silat warna hitam berkerah putih nampak memandang tajam pada pemuda yang ingin menggendongnya, nampak asing karena jarang bertemu, ia hanya diam saja merespon ajakan si pemuda, lalu ia nyegir saat di cium pipinya yang montok menggemaskan!.
Seorang perempuan menghampirinya, lalu menyerahkan sebuah foto, di mana tertera sebuah nama dan nomor telepon:
“ini lho Dik gadisnya, jika kalian jodoh siapa tahu, dia anak Melak, siswa Pscp , yang nglatih juga masmu, nanti ikut pelantikan sekitar bulan tiga, gadis ini keturunan Jawa juga”
“thanks mbak, ntar saya hubungi dia, siapa tahu ada waktu bisa copy darat biar makin dekat biar adinda melawat ke Melak City hehehe..”
“dasar kau playboy cap krupuk ..hehehe, siapa tahu ia cocok sama kamu dan mau dijajak serius, karena usia makin dewasa kalu asyik kerja lupa urusan menikah, padahal waktu akan terus berlalu, kamu kerja dan tabungan cukup kenapa tidak menikah saja secepatnya dik’
“ya mbak, doakan saja yang terbaik ya mbak”
“amin, mbak doakan dik agar kamu secepatnya bertemu jodohmu, ini aku sama Putri mau main ke rumah nenekya, doakan ia kerasan selam di jawa ya dik”
“tentu aku selalu doakan mbak, biar nanti ia menjadi kesatria srikandi yang hebat, bisa betemu langsung dengan segenap guru besar padepokan di pusat mbak”
“amin dik, Mbak berangkat dulu ya”
“ok, hati-hati dan salam buat semua ya mbak”
Lalu seluruh rombongan mulai memisahkan diri sesuai dengan kelompok terbang dan kursi masing-masing, semua barang bagasi sudah mulai masuk pesawat, pagi beranjak dengan cepat, udara kota Balikpapan mulai hangat, langit sangat cerah, udara pantai yang menghembuskan segarnya aroma lautan, luas terbentang memisahkan jarak antara Borneo dan pulau-pulau nusantara yang sejatinya satu jiwa, NKRI!.
Jam 8,14 Wita, pesawat lepas landas, semua berjalan dengan lancar, dua jam berikutnay menyusul lagi, kini di udara telah mengangkasa para manusia yang sedang mengadakan sebuah perjalanan mulia, betemu untuk menghasilkan sebuah kesepakatan, menjadi manusia Panca Setia, bersua dengan seluruh keluarga besar yang selama ini tercerai berai oleh jarak dan waktu walaupun sejatinya satu jiwa satu rasa dalam medan perjuangan mengisi kemerdekaan nusa dan bangsanya, merekalah kesatria tanpa pamprih berkerah putih!.
keajaiban mengiringi lepas landasnya pesawat pertama yang membawa rombongan kesatria Pscp Kaltim, laut seakan terdiam tenang tanpa riak, pucuk nyiur di sepanjang pesisir pantai diam terpekur seakan memanjatkan doa puja puji keselamatan, matahari menghangatkan segenap alam semesta..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trisula Kembar

Sepasang Trisula Kembar, senjata yang menjadi lambangIkatan Pencak Silat Indonesia