Kembang Cempaka Putih Yang Mekar
(cerita pencak silat kekinian)
(cerita pencak silat kekinian)
Seorang
gadis berpakaian Sekolah Menengah Kejuruan dengan tergesa memasuki kelasnya
yang masih sepi, ia gelisah memeriksa hapenya, nomor yang ia hubungi tidak
satupun yang nyambung, lalu:
“haloo..ini
Dewi, tolong pinjem catatan tugas praktikum ya, ..”
“emang
ada apa Put?”
“kelompokku
berantakan , tidak dapat hadir presentasi karena tidak praktek kemarin,..”
“lho,
pada kemana si Arum, Ninis, Ema dan genk pinky Girls-nya itu?”
“mereka
sedang ada audisi Girl Band, jadi ijin sama sekolah”
“ooo…tak
kira bubar kelompokmu itu, ngapain kamu gak ikutan mereka”
“waduh,
aku ini pesilat, masak disuruh berpakain pinky-pinky gitu, bukan aku dong…yang
biasa kuat berwibawa ayu namun lembut heheh”
“oo..dasar
kamunya saja yang tomboy Put..lembut ayu apaaan hahahaha..!”
“nanti
harus segera kubaca lalu presentasi kilat dan secepatnya bikin makalah singkat agar dapat nilai praktek, kelompokku hari ini
tidak siap, mereka nyerahin semua ke aku, tolong Wi, kamu lain kelompok, ntar
aku bikin beda argumennya, biar aku bisa presentasi praktek hari ini?..pliisss..!”
“ya…entar
aja Put, setelah jam pertama aku berikan di kantin saja ya karena jam pertama
usai jam kedua aku kosong, kamu nanti kan ada materi outbond olahraga pencak silat di lapangan deket kantin
kan?”
“ok,
thanks banget ya Wi, untung ada kamu, hehehe…”
“itulah
gunanya teman dan segala kebaikannya, ntar semua yang kamu butuhkan aku kasih
deh Put..sampai jumpa ya, aku masih di jalan ne, sampai ketemu di kelas..
bye..bye..”
“bye..bye,,makacie
ya Wi!”
“ok”
Sebatang
pohon cempaka putih sarat bunga,bunganya harum, orang jawa bilang kembang kanthil, yang semerbak harum wanginya, subur tegak
menjulang rindang di pojok parkiran rimbun daunnya membuat sejuk parkiran
sekolah, bau wangi semerbak terbawa semilir angin sampai ke ruang-ruang kelas
yang ada, wangi bunga cempaka putih yang membuat nyaman bagi siapa saja yang
mencium keharumannya!.
Putri,
anak kelas Satu SMK itu sedang rehat sejenak setelah keras berlari mengelilingi
lapangan, ada ujian fisik dalam bentuk outbond bagi para atlit silat yang akan
mewakili sekolah mereka memperebutkan piala bergilir dan tetap dari
gubernur di ajang bergengsi Pekan Pencak
Silat Remaja Tingkat I Propinsi Jawa Timur!.
Sementara
, kawan-kawan sekelasnya yang tidak mengikuti ajang silat, sibuk dengan bidang
olahraga masing masing, mereka berlatih berkelompok di bawah asuhan pak Sugeng,
yang juga guru olah raga mereka!.
SMK
I Magetan, hari ini sangat sibuk sekali, semua siswa sedang antusias dengan
kehidupan pra dewasa mereka, kehidupan remaja yang sedang berbunga, bak
mekarnya kuncup bunga di musim semi yang elok seronok sedap dipandang mata!.
Dari
50 atlit pencak silat siswa-siswi, limabelas terpilih mewakili, ia masuk di
kelompok 5 untuk seni beregu perempuan, disana ada beberapa pesilat dari
berbagai perguruan yang ada di sekitar Karesidenan Madiun, dan Putri salah satu
diantaranya, ada Enggar yang garang dari Psht, Wiwin yang berkerudung dari
Pagar Nusa, Hepy centil dari IKS PI, juga ada Widya gadis PSHW yang suka pakai
batik, dan dia sendiri satu-satunya atlit yang kebetulan dari perguruan PSCP
yang berpusat di Panekan, Magetan, ia terpaksa pindah sekolah di Magetan, Jawa
Timur, karena harus menemani neneknyha, jadi kini ia terbiasa dengan kehidupan
pedesaan, di Panekan ikut neneknya, lama-lama budaya pencak silat yang kental
bagi masyarakatnya ikut melekat hingga mendarah daging di jasad dan sanubari
gadis remaja ini, juga didikan silat semenjak kecil dari sang ayah, karena didikan ayahandaya yang
seniman sekaligus pesilat di Kalimantan Timur menempanya bahkan ketka ia belum
berumur setahun!.
Sering
jika libur panjang kawan-kawannya nginap, apalagi kawan-kawan dari Magetan, jika
sedang musim buah suka sekali mereka berhari-hari tidak pulang ke Magetan,
pindah dari satu rumah teman ke rumah teman yang lain, tentu dengan ijin orang
tua, walaupun sering mereka dimarahin ortunya yang khawatir melepas anak mereka
yang di luar rumah, takut terjerat kehidupan anak muda remaja yang kadang
kebablasan!.
Dulu,
saat baru datang di Panekan, kebetulan ia mengenal Mbah Wagiman secara langsung, yang ternyata
guru ayahandanya saat muda dulu kala belajar Pencak Silat Di Padepokan saat
Pscp belum sebesar sekarang ini, dan selesai latihan menurut ayahandanya Mbah
Man selalu memberi bekal agar nanti di jalan jika ada yang berbuat onar, ngajak
sparing plus keroyokan bisa selamat, karena awal membuka latihan, mbah Kusdi
adik Mbah Man juga sering menghadapi gangguan dari para pesilat perguruan lain
yang gatal ingin menjajal kedalaman kedung jurus dan ngelmu para pendiri Pscp
kala itu!.
Pertama
bertemu beliau, sang Guru dari ayahandanya, ketika tak sengaja saat berebut
buah asam di jalan desa menuju padukuhan Pondok dekat rumah neneknya, di sebelah
barat Panekan, ada lelaki sepuh berkendara Vespa butut terpaksa berhenti di
tengah jalan karena genknya sedang berebut buah asam yang ia goyang dahannya,
dan buahnya berjatuhan di tengah jalan, yang kala itu ia sebagai gadis remaja
SMP yang baru lulus dan suka memanjat pohon asam di siang bolong!.
“nduk
medun…ono cah wedok kok awan-awan penekan, medun!/nduk turun…ada anak perempuan
kok siang-siang memanjat pohon, turun!” mbah Man berkata pelan, dan bagi Putri
yang sibuk menggoyang dahan yang penuh pohon asam, seperti ada orang yang
berkata dekat sekali dengan telinganya, ia celingukan menengok jauh ke arah bawah,
ada kakek-kakek sedang berhenti memperhatikan dia di atas pohon asam jawa!.
“kowe
cah ngendi, wedok kok awan-awan clingkrikan menek wit asem, mengko nek jeglok
lho/kamu anak mana, anak perempuan kok siang-siang manjat pohon asam, nanti
jatuh lho”
“ia
mbah, maaf, saya anak Pondok saja mbah, sedang liburan sekolah dan kawan-kawan
sekolahku main ke sini mbah, saat ini banyak kawanku main kemari karena sedang
musim buah asam mbah”
“oo..kamu
bukan anak sini saja tho, siapa nama ayahmu nduk”:
“Jatmiko
mbah”
“apa
yangkerja di Kalimantan”
“lho..kok
panjenengan tahu mbah” ia heran seheran-herannya, sang kakek tahu ayahandanya
yang bekerja di Kalimantan.
“ya,
kalung yang kamu pakai itu dulu dariku nduk, aku berikan pada dik Jatmiko
sebagai kenangan saat ia merantau ke Kalimantan”
Lalu
ia tahu, bahwa kalung jimat yang ayahnya berikan semenjak ia kecil itu adalah
dari seorang guru silat sekaligus tokoh pendiri Pencak Silat Cempaka Putih.
Kalung yang selalu ia bawa kemanapun ia bepergian, kalung wasiat dari
ayahandanya, sederhana, namun entah kenap selalu saja ia merasa tenteram dan
tenang saat mengenakannya!.
Dari
ayahandanya juga ia pernah mengetahui, isi di dalam kalung itu hanya rajah
keselamatan dari sebuah ilmu pencak silat kuno yang semenjak Nusantara
berbentuk kerajaan sampai sekarang turun-temurun diwariskan dari generasi ke
generasi terutama bagi mereka yang hidup sebagi seorang prajurit, kalung yang
memberikan daya kekuatan amat diluar masuk akal saat ayahnya merantau sampai
jauh di pedalaman bumi Borneo Timur.
Setelah
kejadian pertemuan itu ia ceritakan pada ayahnya, malah oleh sang ayah ia diserahkan
secara resmi oleh sang ayah untuk berlatih pencak silat di Padepokan Pscp, maka
tiap minggu pagi ia sudah nongkrong di padepokan menunggu kedatangan
kawan-kawanya dari berbagai desa di sekitar Panekan!, tak jarang ia pulang
jalan kaki sepanjang 3 km untuk menguji
kesabaran dan ketahan fisik dan kakinya, motor ia titipkan di rumah kawan di Panekan,
setelah sampai di rumah neneknya baru ia minta motornya diantar, lalu balik
lagi ia antar kawan ke Panekan, lalu pulang lagi ke Manjung, hilir mudik demi
sebuah Pencak silat, Panekan Manjung ia hilir mudiki tiap hari minggu sampai
kelas I SMK ini!.
Bertarung
Dua-duanya sama-sama
kuat, salah satu mengambil inisiatif menyerang terlebih dahulu, serangan tipuan
itu hampir masuk sasaran, namun sang lawan tahu siasat serangan lawannya, ia
memblok dengan dengan teknik tangkapan yang cepat merapat, lalu membanting
kearah kanan, buangan energi itu walaupun masih dalam tahapan sedang, namun
cukup membuat penyerangnya terhuyung-huyung goyah keseimbangannya, jeda waktu
sepersekian detik itu ia tak menyadari sapuan kombinasi jatuhan samping
membuatnya jatuh terjengkang, “blukkk”, di atas matras ia telentang, pening dan
nenar pandangannya membuat ia tertatih duduk, wasit bertanya apakah ia masih
sanggup melanjutkan pertarungan, ia menyembah hormat, membungkuk kearah wasit
lalu meloncat-loncat lincah tanda tidak ada cidera akibat serangan sapuan lawan
yang membuatnya roboh telak!.
Ia benahi ikat kuncir
rambut sebahunya, sisa rambut ikal yang tidak masuk ikatan, tergerai menjuntai
di depan matanya, ia biarkan rambut-rambut itu menghalangi pandangan matanya
terhadap posisi lawan, ia bersiap, lawannya yang berkerudung itu memasang
kuda-kuda depan, mendekat ke arahnya dengan pandangan mata tajam, ia mengambil
nafas fokus pada posisi pasangnya yang ia buat ringan saja, beberapa saat
keduanya tidak ada inisiatif menyerang, wasit menegur, keduanya membungkuk
hormat dengan posisi tangan menyembah, lalu pasang kembali saat wasit memberi
aba-aba untuk mulai menyerang!.
Naluri dan
pengalamannya mengatakan lawan yang dihadapinya bukan pesilat kemarin sore, ia
bisa mengantisipasi setiap serangan dan taktik tipuan untuk mencuri nilai, ia
tenangkan diri, tidak mau lagi terpancing emosinya, ia kembali pasang, lalu
menendang kecil kearah dada lawan, lawan menangkap, namun gagal, saat merapat
itulah ia pukul ulu hati lawan dengan sebuah kombinasi pukulan lurus “buk”,
body protektornya tergetar hebat, serangan masuk, lawan agak kaget ketika ia
memberi tendangan B memutar dan telak menghantam lambungnya “bukkk”….masuk dua
serangan, ia kembali pasang, lawan agak emosi terpancing siasatnya untuk
merapat!, ia tersenyum memandang tepat di mata manik mata lawannya yang
ngos-ngosan mengatur nafas!.
Keduanya berhadapan
kembali, wasit memberi aba-aba menyerang, ia menunggu inisiatif lawan yang
mulai emosi, pertarungan di atas matras memperebutkan posisi jawara makin
memanas, telinganya terasa pekak oleh teriakan suporter lawan yang membahana
bagaikan merubuhkan Gelanggang olahraga dimana ia berlaga membela nama
daerahnya, Pesilat asal Surabaya lawannya benar-benar tangguh!.
Ia tetap menenangkan
diri, tidak secuilpun terprovokasi suasana pertandingan yang memanas, sekilas
ia melirik pelatihnya di sudut biru, sang pelatih memberi kode genggaman tangan
mengepal di depan dada, tahu sudah selisih nilai masih imbang, ia harus mencari
poin sebanyak banyaknya jika ingin menang, lawan masih tangguh untuk di KO, ia
mengatur nafas, kuda-kuda ringan ia perberat saat lawan mulai mendekat dan
berinisiatif menendang langsung ke lambungnya, ia mengelak ke kanan dengan
sangat cepat, tangan kirinya memukul dada lawan , masuk, lalau kembali ia
memutar tubuh, dalam waktu sepersekian detik dihajarnya lambung lawan dengan
tendangn C, masuk telak, 2 nilai ia kantongi, lawan terhuyung-huyung, mulai
merah wajahnya emosi tinggi, ia tersenyum, sukses, senyuman itu justru menjadi
kunci kemenangannya, saat lawan kembali mengejar langsung ia tangkis pukulan
bertubi lawan dengan legan kanan kiri berganti, ada jeda sangat sempit ia gunakan
menendang A, masuk, lawan agak goyah, selangkah terjengkang ke belakang, ia
pukul dadanya sekali “buk”, masuk, saat lawan belum sadar ia memutar tubuh
kembali menghajar lambung lawan dengan tendangn C keras penuh tenaga, lawan
jatuh terduduk!, gelanggang olahraga mendadak senyap!.
Saat wasit memberi
isyarat bahwa pesilat cidera rusuk dan menghentikan pertarungan, otomatis ia
memenangkan pertandingan secara telak, penonton terpaku tidak menyangka
Pesilatnya roboh oleh gadis yang belum begitu di kenal di arena pertarungan
Pencak silat Tingakat Propinsi Jawa Timur!.
Ia memeluk lawannya
erat-erat, memberi hormat pada wasit, juri dan penonton, lalu berlari
menghambur jatuh di pelukan kawan-kawanya yang bersorak kegirangan karena
Magetan hari ini mendapat juara umum di pekan olahraga Pelajar Propinsi, Pak
Dhe Karwo gubernur Jawa Timur dan Wakilnya, Gus Ipul, bergantian menyerahkan
tropy bergilir dan medali pada peserta, juara dua di rebut peserta dari
kabupaten Pemekasan, Madura, Tempat ke tiga ditempati tuan rumah kota
Surabaya!, sejarah baru, dalam 10 tahun terselenggaranya ajang pekan Pencak Silat Remaja, Magetan menempati juara
umum!.
Sang gadis menangis
saat menerima ucapan selamat dari segenap pelatih dan jajaran ofisial, panitia
juga pejabat daerah, pak Dhe Karwo menepuk-nepuk bahunya memberi empati atas
keperkasaan Magetan di ajang Pekan Pencak silat Pelajar propinsi Jawa Timur
yang sukses, para pesilat dari kabupaten yang biasa mendulang medali dan trophy
tergeser para pendatang baru, terutama Magetan, Kabupaten terkecil di ujung
paling Barat Jawa Timur itu meluluhlantahkan kekuatan para jawara lama,
sehingga semua cabang yang dipertandingkan dimenangkan dengan sempurna, semua
tidak menduga, karena para atlit yang mewakili berasal dari berbagai perguruan
Pencak silat yang di berikan kondisi siap tempur alias pemusatan latihan hanya
sebulan saja!.
Mbah Sumantri, Bupati
Magetan dengan suka cita menyambut sendiri kedatangan para atlit pencak silat
remaja yang telah mengharumkan nama kabupaten di tingkat propinsi Jawa Timur,
beliau menerima secara resmi para pesilat dengan segenap ofisial pelatih dan
kontingen seluruhnya tanpa kecuali di Surya Graha, pendopo kebanggaan warga
Magetan yang bergagrak Ngayogyakartan dengan Pendopo Agung penuh motif ukiran
Jati tulen!.
Saat menyalami jajaran
atlit remaja itu, sang Kepala Daerah dibisiki salah satu staf, dan beliau
berhenti saat menyalami seorang gadis remaja berperawakan semampai, anggun
dengan senyum teduh namun sorot mata yang tajam kuat saat memandang lawan bicaranya:
“ooo…ini ya yang
merobohkan Pesilat dari Surabaya di detik penentuan sehingga Magetan juara
umum”
“inggih pak, bukan saya
tapi kami semua yang berjuang dan berusaha semampu kami pak”
“namanu siapa”
“Putri”
“kamu sekolah di mana”
“SMK I Magetan pak”
“ya..ya, nanti saya
instruksikan agar olahraga pencak silat menjadi kegiatan ekstrakurikuler utama
di semua sekolah mulai SD sampai perguruan tinggi, kalian yang akan menjadi
kader penerus kesuksesan hari ini, tularkan semangat dan virus pantang menyerah
untuk mencetak bibit atlit pencak silat yang berprestasi dan menjadi teladan
pemuada magetan ya Putri….Putri siapa namamu”
“Putri Astika pak”
“bagus namamu nduk,
tetap semangat dan semoga ke depan bisa lebih sukses ya”
“siap pak!,..
terimaksih banyak pak”
Seluruh kontingen di
jamu makan siang bersama dengan jajaran staf pegawai pemerintah daerah Tingkat
II Kabupaten Magetan, semuanya tanpa kecuali menikmati ucapan selamat, namun di
balik hingar-bingar hari itu, awal perjuangan Putri dan kawan-kawannya makin berat
penuh dengan tantangan yang luar biasa telah di mulai!.
Tawuran
Sepulang sekolah, saat
sedang menstarter motor maticnya, Putri di panggil dewi:
“oi,,tunggu dulu Putri,
aku ikut ya, hari ini motorku dibawa kakak ke Solo, baru nanti sore
dikembalikan”
“lha tadi kamu sama
siapa berangkat”
“aku minta jemput Budi
Put”
“wah cinta lokasi di
Surabaya berlanjut juga ya hihihihi…”
“yaa..begitu deh….Budi dengan senangnya mengantar tuan putri calon permaisuri kerajaan cintanya pagi betul, padahal busyet deh, tadi pagi tuh dinginnya sampai tembus tulang tahu”
“yaa..begitu deh….Budi dengan senangnya mengantar tuan putri calon permaisuri kerajaan cintanya pagi betul, padahal busyet deh, tadi pagi tuh dinginnya sampai tembus tulang tahu”
“ya itulah, demi cinta
udara dingin jadi hangat, apalagi ada kamu di jok motor si pangeran
cinta,,,hihiihh…anget banget tuh Wi”
“anget apaan, lha wong
si Budi ngebut sampai berantakan seragam dan rambutku, malah masuk angin aku
tadi, tak marahin tuh anak, minta maaf tak cuekin, sms dan telponya gue diemin,
mau jemput aku tak bilang ndak usah, aku udah di antar Heri”
“”wah cari masalah kamu
Wik, kamu tahu kan Heri naksir kamu setengah pingsan hampir mati malah, kalau
mereka berantem gara-gara salah paham gimana, dan ternyata kamu sudah jadian
sama Budi, Heri yang gak tahu apa-apa bisa kena batunya, mana kedua Perguruan
mereka baru saja didamaikan di polres sehabis tawuran tadi malam”.
Setelah mengantar Dewi,
Putri langsung menyusul neneknya yang berjualan nasi pecel dan menjaga parkiran
dekat SMP Panekan, setelah ganti pakaian ia segera membantu neneknya untuk
mencuci perabotan yang belum sempat di bereskan mbah Dinem, orang tua yang
membantu neneknya saat berjualan setiap harinya.
“piye nduk sekolahmu,
lancar to/bagaimana nduk sekolahmu lancar kan?”
“Inggih mbah, wau dalem
wangsul kalian Dewi/ia nek, tadi saya pulang dengan Dewi”
“lho kenapa nduk”
“si Dewi motornya di
bawa kakaknya belanja di Solo mbah”
“oo..ya sudah, sana
makan dulu, biar simbah yang ngurus dapur, tadi papahmu sempat telepon
menanyakan bagaiman apakah kamu sudah libur dan bisa ke Balikpapan nduk”:
“wah, tumben papah
telpon nanyakan keadaanku mbah, kan lagi di hutan ayah mbah”
“ia, ia khawatir saat
membaca berita lewat internet ada tawuran massal dua perguruan Pencak silat di
kota Magetan tadi malam nduk, menghubungi nomormu ndak nyambung katanya nduk”
“ooo..hapeku emang tak
off mbah, akan ada kejuaraan Nasional di Bandung dan Jakarta, jadi Putri harus
fokus ke persiapan laga mbah, urusan sekolah sudah ada kebijaksanaan home
scooling dari sekolah, jadi Putri ndak mau lagi konsentrasi terganggu dengan
adanya suara hape yang tat tit tut berisik sejak pagi sampai malam mbah”
“lha hape kok tat tit
tut itu siapa to nduk yang telpon”
“biasa mbah,
teman-teman ngajak keluar keluyuran, ndak tahu kalau aku ini atlit yang harus
konsen di pertandingan yang sebentar lagi di mulai”
“oooo..baguslah nduk,
kamu bisa mengatur waktu, ayahmu pesan agar kamu selalu menghubungi mamahmu
yang selalu kangen sama kamu nduk, adikmu sebentar lagi lulus SD, katanya kalau
libur mau ke Panekan sama Papah Mamahmu nduk”
“ia mbah, sendika,
masalah tawuran tadi malam sudah damai mbah di polres dan pak bupati sendiri
turun tangan, tadi malam mbah Man juga hadir mbah mendamaikan anak-anak Psht
dan IKS yang hampir saja saling bantai”
“bagus nduk, jadi
keadaan ndak kacau, kasihan orang tua mereka menyekolahkan di kota kok malah
tawuran niru anak-anak Jakarta yang *mrusal/(*tak tahu aturan) susah diatur”
“inggih mbah”
Putri segera makan
siang, udara sejuk pelahan membuat matanya terasa ngantuk, puncak Lawu yang
menjulang Biru Nampak dari beranda warung simbahnya, tak jauh dari warung yang
sekaligus tempat usaha sewa parkir motor anak-anak SMP itu berada, ia melamun,
seandainya padepokan tempat ia berlatih ada gapura berbentuk gerbang belah
Bentar bercakrik gaya Majapahitan dengan diorama seekor Harimau Putih mengaum
lantang di apit dua orang pesilat yang berdiri gagah dengan sikap pasang, dan
satunya bersedakep memandang depan, dengan latar tulisan besar Wiro Yudo
Wicaksono, di pintu gerbang utama temapt ia dan Pesilat memasuki Padepokan Pencak Silat Cempaka Putih
yang menjadikannya seorang pesilat handal yang tetap tenang dan sabar
menghadapi situasi dan kondisi tersulit apapun, seperti malam tadi di mana ia
terjebak di area tawuran dua perguruan silat, PSHT dan IKS PI di alun-alun agung
kota!.
Namun biarlah,
padepokan tercintanya masih tetap sederhana dan rapuh, ia bertekad untuk kelak
bisa memberikan sumbangsih buat padepokan yang ia cintai, padepokan tempat ia
di tempa di kawah candradimuka untuk menjadi kesatria perwira yang bijaksana!,
ia meneruskan makan siangnya, sesaat lamunanya kembali ke tawuran tadi malam di
alun-alun ibukota Magetan!.
Saat tadi malam ia
ingat benar, sampai tergetar kembali serasa degup jantungnya berdetak dengan
kencang, saat dua orang pemuda remaja bertubuh tinggi besar menghantamnya dari
belakang terlempar ke belakang beberapa meter jauhnya dan menghantam pot taman
kota sehingga pecah berantakan, karena ia disangka laki-laki dari anggota Psht,
karena kebetulan ia memakai Celana hitam dan jaket hitam dan rambut ia masukkan
dalm topi jaketnya sehingga seperti cowok tulen, padahal jaket yang ia kenakan
ada gambar kelopak Bunga Cempka Putih di dada kanan dengan tulisan besar Wiro
yudo wicaksono, mereka yang sedang berkelahi menyangka ia anak Psht yang
langsung saja di serang membabi buta, ia segera rol depan 3 kali dan merapal
mantram pagaran badan, tenaga dalam ia aktifkan, saat penyerang merapat ia
tahan nafas kuat-kuat di perut dan para penyerangnya terpental jauh saat
kakinya ia hentakkan kuat-kuat ke tanah, mereka pingsan karena kepalanya
menghantam tanah dengan telak!.
Tak lama, aparat tiba
mengamankan area tawuran, tidak main-main, aparat siaga satu dengan senjata api
terkokang!
Di Kantor polisi ia
bertemu mbah Wagiman sebagai sesepuh IPSI Magetan, ia dengan cepat keluar dari
interogasi polisi karena jaminan beliau, ia berkisah saat tawuran terjadi
sedang pulang latihan Pencak silat jelang pertandingan di Jakarta dan Bogor,
saat di Tanya sang Dwija kapan berangkat, ia jawab, bulan depan, dan Ia hanya
bisa meminta maaf atas kekacauan yang timbul akibat salah paham kawan-kawannya
di Magetan yang ia kenal juga saat pemusatan latihan di GOR kota Magetan, buat
menghadapi ivent Pencak Silat Nasional bulan depan.
Ya…, akibat salah paham
yang berakibat fatal, akibat kreatifitas berlebih para siswa sepulang latihan,
mencoret dinding pagar sekolah dengan semboyan dan lambang perguruan
masing-masing, salah satu oknum siswa Psht merusak lambang perguruan IKS PI,
anak IKS yang tahu marah, meraka bertengkar dan berantem brutal, ada yang
melapor ke teman-temanya yang masih di nongkrong santai di alun-alun Magetan
sehabis latihan rutin, akibatnya massa segera terkonsentrasi di ibukota
Magetan, dan kedua belah pihak merapatkan barisan massa masing-masing, up date
status perang di akun jejaring social Facebook segera di respon seluruh anggota
mereka di wilayah Karisidenan Madiun dan sekitarnya, hal dan keadaan gawat yang mengganggu
keamanan dan ketentraman masyarakat,
hanya karena ulah provokasi oknum siswa yang iseng menyebarkan kebencian lewat
coretan dinding pagar sekolah.
Untung, Magetan
ibukotanya para kesatria prajurit, seluruh prajurit di Markas Besar Pendidikan
Calon Tantama TNI AD segera menetralisir jalur utama masuk kota, semua petugas
Kepolisian bertindak tegas, prajurit Angkatan Udara di Lanud Iswahyudi, Maospati Magetan menswiping
aliran massa yang berusaha merembes ke kota Magetan dari arah timur Magetan,
terutama Pusat PSHT dan IKS PI, yakni di Madiun, Polres Ngawi di dukung penuh
Aparat dari Kodim dan Koramil bertindak cepat mengamankan jalur kecil sampai
utama, menangani rembesan massa yang berusaha masuk Magetan lewat jalaur utara,
di selatan Polres Ponorogo dan para prajurit TNI AD siaga satu, semua kendaraan
di periksa, sajam dirampas semua atribut pencak silat diamankan di pos petugas,
Polres Karanganyar, Solo juga Sragen dan tak lupa dukungan penuh pasukan dari
Kodam V Diponegoro mengamankan jalur barat, mencegh aliran massa dari barat
masuk kota Magetan!.
Seperti fenomena bola
salju, hal sepele berubah menjadi situasi siaga satu, sebelum tengah malam
semua sesepuh dan pimpinan perguruan yang bertikai dikumpulkan untuk
menandatangani kesepakatan damai, remaja biang kerok provokator segera di
keluarkan dari organisasi beladiri pencak silatnya, dan diproses sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku, semua kembali aman terkendali, Bupati Magetan
sangat menyesalkan peristiwa yang membuat Magetan masuk berita utama Televisi
Nasional di semua stasiun, live lagi!. Terlalu!.
Ke
Jakarta
Satu
bulan berlalu, Putri telah 2 malam ini konsentrasi menghadapi kejuaraan Pencak
Silat, 2 malam ini ia menginjakkan kaki di bumi Jakarta, ibukota Negara
Republik Indonesia yang ia cintai!
Sore
setelah mandi, mengenakan jeans dan kaus santai, berjalan keluar asrama
pondokan atlit sendirian saja, kawan-kawannya masih sibuk dengan urusan mandi
dan cuci, berjalan ia menuju kedai kecil yang menjual nasi goreng special
kesukaannya sejak SD!.
Pulangnya
ia merasa aneh, ada dua orang pemuda berambut gondrong mengikutinya, lalu
tiba-tiba menepuk pundaknya sambil menyapa:
“mbak,
boleh minta tolong ndak”
“apa
mas”
“hehehe…..mas….kamu
dari mana, jawa ya”
“ya
iyalah, jawa mas-mas, dipeta kan Jakarta juga dipulau Jawa mas, aneh saja
sampeyan ini”
“hehehe,,kamu
cakep mbak…beleh ndak hapemu dan dompetmu tak pinjam sebentar saja!”
Lalu
salah satu pemuda berambut gondrong itu menepuk kecil kembali lengannya, ia
merasa pening, bersamaan dengan itu, kalung di lehernya tiba-tiba terasa
bagaikan bara api yang membakar kulit, sangat panas, ia tersadar ada sesuatu
yang tidak beres!.
“kalian
penjahat ya, ngaku saja mas, kalu minta duir seribu dua ribu ada, kalau minta
barang berharga maaf anda salah orang, saya bukan gadis sembarangan mas” Putri
tiba-tiba saja menjadi sangat gusar dan berkata tegas seperti tidak mengenal
rasa takut secuilpun, ditatapnya manic mata kedua pemuda itu bergantian, bak
tatapan harimau luka ingin menghabisi mangsanya, menyeramkan terasa sehingga
dada sang penjahat berhenti berdetak beberapa saat lamanya, mereka sulit
bernafas, menelan ludah juga susah, seperti pahit kelu lidah rasanya
“kamu
nantang ya!” suara pemuda berambut gondrong terdengar tergetyar kurang mantap.
“ia,
lalu mau apa kalian” Putri menjawab sinis, jemarinya terkepal dengan kuat,
nafas ia tahan sekuatnya, seluruh energy ia pusatkan di genggaman telapak
tangannya”
“wussss”
tangan pemuda yang merasa dilecehkan terayun deras ke wajah Putri yang berdiri
tegak, sang gadis hanya bergerak selangkah maju lalu menghantam telak dada sang
pemuda dengan teknik sandal pancing, namun akibatnya luar biasa, sang pemuda
terjungkal ke belakang, sulit bernafas, dada terasa terbakar, kawannya yang
berdiri terbengong-bengong” lalu ia mendekati Putri yang masih tegak bagaikan
batu karang!.
“wah..kamu
bukan gadis sembarangan, tahu kami gendam tidak mempan, malah kau balas pukulan
kawanku sampai ia jatuh, keparat!!”
“kalian
yang bangsat keparat, beraninya sama anak gadis, coba kalau kalian mampu,
hadapi aku, ini mungkin kalian bertemu gadis yang salah di waktu dan tempat
yang salah” Putri berkata datar tanpa ekspresi, namun membuat kedua pemuda itu
untuk kedua kalinya berdebar-debar, dadanya berdetak makin kencang, jantung
berdenyut tak teratur, seperti ada ketakutan yang tertahan, tegang dan
menakutkan tiba-tida sosok di depannya bukan lagi gadis remaja, namun berubah
menjadi sosok menyeramkan yang sulit di gambarkan lewat untaian kalimat!.
“cukup
kamu jangan banyak bacot, kamu cewek ndak usah melawan, saya tembak kepalamu
entar” tergetar si gondrong mengeluarkan sepucuk Pistol dari balik jaket
hitamnya!.
Putri
tidak mau ambil resiko, dengan tenang ia mundurkan kaki kanan selangkah, lalu
secepat kilat ia tendang tangan yang memegang gagang senjata api itu, tangan kanan si pemuda berpistol ia sambar dengan
tendangan A!.
“plak…..doorrr”
Pistol
mencelat jauh, membumbung tinggi ke udara dan sempat meletus dan mendesing
sebutir peluru dekat pinggangnya, sepersekian detik si pemuda tertegun, Putri
ndak menyia-nyiakan kesempatan, lalu
“hukk….”..Blekkk!”
Pistol
yang teronggok dekat kakinya ia tending jauh-jauh sampai jatuh di got yang
penuh air comberan!.
Si
Pemuda murka, maju menyerang dengan garang, Putri dengan tangkas dan mantap
member tendangan papakan, satu tendangan memutar menghajar keras dagu pemuda
Pemegang
pistol saat baru mendekat, jatuh terjengkang wajahnya nyungsep di got jalanan,
kawannya maju langsung Putri kasih tendangan T kuat-kuat, menghajar telak
dadanya dan sama saja nasib sang berandal, jatuh berdebam menyusul nyungsep di
got jalan yang kotor, tubuhnya menimpa kawannya yang berusaha bangun, wajah-wajah
mereka penuh kotoran akibat air got yang tergenang, air got yang busuk baunya,
air comberan itu telah membuat mereka basah kuyup, mereka marah menyerang bersamaan,
namun dengan tenang Putri memberikan teknik sapuan bawah berbareng dengan jatuhnya
mereka dengan belakang kepala menghantam aspal jalan, pingsan!.
Saat
orang-orang datang, mereka kagum akan kehebatan seorang gadis yang tenang dan
mampu merobohkan dua orang pemuda tinggi besar hanya dengan teknik tendangan
dan sapuan yang terkontrol dan tepat sasaran!, setelah menjawab beberapa
pertanyaan petugas Kepolisian patroil yang kebetulan lewat, Putri minta ijin
kembali ke asrama atlit, sang berandal apes telah menganggap remeh tubuh
langsing seorang gadis pesilat yang ternyata merobohkan mereka hanya dalam beberapa
gerakan saja, tidak sampai 2 jurus mereka keok!.
Sampai
di kamar, ia telah mendapati kawan-kawanya tidur, padahal baru jam 8 malam, dan
yang aneh lagi, semua pintu dan jendela belum terkunci, sedangkan kamar atlet
cowok tertutup semua karena mereka belum pulang dari kegiatan keliling kota
Jakarta, karena bergiliran, kemarin grup cewek sudah seharian keliling sudut
ibukota melihat kemegahan Jakarta kebanggaan NKRI!.
Ia
mencium bau harum bunga melati, hmmm….rasa kantuk yang menyerangnya membuat
otak kecilnya berfikir cepat kalua ada sesuatu yang tidak beres, kalung yang
terlilit di lehernya kembali terasa panas membara, menyadarkan kembali keadaan
bahaya di sekelilingya, segera ia menahan nafas, memusatkan segala energi
kebathinan yang pernah ia peljari di padepokan, ia melawan pengaruh kantuk yang
luar biasa berat yang tiba-tiba menyerangnya!.
“sedulur-sedulurku
sing sejati….kakang kawah adi ari-ari kang ngayomi lakuku…dst” ia rapal dalam
hati, kemudian ia menghembuskan nafas kuat kuat namun lembut, kesadarannya
telah pulih, kalung jimat yang bergantung di lehernya perlahan terasa hangat,
tidak lagi membara, sangat kontras dengan perbawa dingin yang menyertai bau
harum diseratai suasana kantuk yang menyengat, ia waspada!, tongkat rotan hutan
sebesar lengan ia ambil dari sandaran.
Dan
tiba-tiba seorang bertopeng hitam bak ninja melesat dari pintu kamarnya, ia
bergegas lari saat tahu ada seorang gadis yang gagal ia sirep sedang waspada
akan keberadaanya, ia mengendap-endap, ingin melumpuhkan gadis itu secara kasar
jika ilmu sirepnya tidak mempan!.
“siapa
kamu, ada apa malam-malam masuk kamar, kamu pencuri ya”
Ia
kaget, tiba-tiba si gadis telah berdiri di belakangnya memegang tongkat, ia
kaget setengah mati!, lalu menyerang si pemegang tongkat dengan parang yang ia
selipkan di pinggang, tak mau berpanjang, ingin segera menghabisi korbannya
yang gagal ia lumpuhkan dengan aji penyirepan, “tak”, Winda berhasil menangkis
sekaligus mengelakkan terjangan parang yang deras meluncur ke arahnya, lalu ia
bersiap pasang saat si maling kembali mengayunkan parang!.
Set…ia
bergeser ke kanan, parang deras berayun di sisi tubuhnya, lalu ujung tongkat
yang bebas ia gunakan menyodok kepala maling, ia mengaduh merasakan sodokan
tongkat si gadis pesilat, lalu ia berbalik dengan cepat akan membacok dari sisi
kanan, namun Winda tak kalah cerdik, sebelum parang itu terayun, ia dahului
lawan dengan mengayunkan ujung tongkat ke arah ulu hati dengan gerak sandal
pancing, berhasil dengan baik, orang bertopeng ninja itu terhuyung ke belakang
mendekap dadanya yang nyeri, sodokan tongkat Winda bukan sodokan tenaga wadag,
namun dilambari pernafasan yang menghasilkan energi tenaga dalam yang kuat
terlatih!.
Beberapa
saat rasa nyeri di ulu hatinya memaksanya untuk berfikir ulang agar segera
mengahkiri perkelahian bersenjata ini, namun melihat gelagat sang lawan yang
hanya seorang gadis semampai langsing memegang tongkat rotan yang sangat
tangguh membuat ia ragu untuk mengambil keberanian menyerang, ia segera loncat
dan menghilang di kegelapan depan asrama yang rimbun oleh tanaman hias dan
pepohonan yang rimbun menjulang sehingga sinar lampu hanya sedikit memberi
cahaya remang saja pada luasnya asrama!.
Ia
bangunkan kawan-kawanya dengan totokan di bahu, mereka sadar dan tak tahu
kenapa bisa tertidur sedemikian cepat:
“wah…ada
apa Win, kamu apakan bahuku kok sakit sekali”
“aduh-aduh
non, kalian tadi tak sadar ya”
“emang
ada apa, kan aku tadi mandi ganti baju, makan malam lalu tidur”
“masak
tidur pakai jeans kayak mau ke mall”
Lalu
keempat kawannya baru tahu kejadian yang sebenarnaya, pelatih dan ofisial tim
juga tahu kalau ada kejahatan yang menyerang asrama pemondokan atlit, bukan
sembarangan maling, namun maling yang menguasai mantram terlarang, mantram
penyirepan!.
Malam
itu mereka waspada!, petugas asrama yang
baru datang juga diinstruksikan siaga!, ada penyusup yang sengaja memasuki
kamar atlet!.
Gempar
Pagi
buta Putri bangun, banyak wartawan mencarinya untuk wawancara, stasiun televise
antri di depan pintu gerbang asrama atlit, pak Sugeng memberitahu singkat kalau
reporter dari televisi, Koran dan tabloid ingin wawancara tentang sepak
terjangnya meringkus 2 orang penjahat kambuhan yang jadi buronan kepolisian DKI
Jakarta Raya!.
Gempar
segempar-gemparnya, seorang atlet pencak silat mewakili propinsi Jawa Timur
sedang diwawancara secara langsung oleh stasiun Televisi dari berbagai chanel, lokal
dan nasional, dirumah ayahandanya, pagi
itu mamahnya sedang menyiapkan sarapan buat sang ayah yang akan berangkat bekerja,
lalu secara tak sengaja ia mendengar dari ruang tamu ada suara penyiar televisi
yang sedang siaran live:
“Saat
ini saya sedang mewawancararai seorang Pesilat Perempuan yang melumpuhkan 2
orang buronan polisi DKI Jakarta”
“Pah..pahhhh…anak
kita masuk tipi!”
Sang
ayah yang sedang menyemir sepatu lari ke ruang tamu
“Itu
kan Putri mah!” kaget sang bapak melihat anak gadisnya masuk televisi Nasional,
live lagi!
“Iya
pah”
“sstt…diam
mah”
Lalu
kedua suami isteri itu tegang menatap layar televisi 21 inci di ruang tamu
mereka!:
“Putri,
bisa anda kembali ceritakan kronologi kejadian kemarin malam saat 2 orang
penjahat merampok saudara di jalan semeru dekat asrama atlet Pencak Silat?”
“ya,
bagaimana ya mbak, saya pulang dari kedai nasi goreng, lalu 2 orang itu minta
hape dan dompet, untung saya siap jadi tidak jadi kerampokan mbak”
“kabarnya
mereka mengeroyok anda, dan anda langsung melumpuhkan mereka padahal salah satu
dari mereka menodongkan senjata api”
“ia
mbak, mereka menggendam saya dengan teknik sentuhan, lalu bisa saya mentahkan
dengan teknik ajaran guru, sehingga mereka
marah dan memaksa minta hape dan dompet saya, ya gitu deh mbak, kami bertarung
mereka jatuh pingsan saya kasih tendanganh dan sapuan bawah”
“ya
ya, sangat berani dan aksi yang sangat luar biasa dari seorang gadis pesilat,
Putri dari Magetan Jawa Timur berlatih silat sejak kecil ya”
“ya
mbak, saya dari SMK I Magetan dan berlatih silat sejak usia 5 tahun”
“5
tahun..wah,,,, lalu seperti apa kisah anda belajar silat sejak 5 tahun sampai
mewakili Propinsi Jawa Timur di ajang Nasional Pencak Silat di Jakarta hari ini,
tolong bisa anda ceritakan”
“ya,,karena
ayah seorang pesilat dari Kaltim, lalu melatihku sejak aku belum genap setahun, karena menemani nenek di Jawa,
lulus SMP saya ke Magetan”
“lalu
kenapa bisa sampai Jakarta?”
“saat
SMP, saya diserahkan ke guru ayahku saat muda dulu di Padepokan Pusat Pencak
Silat Cempaka Putih, pernah satu kali ikut kejurda mewakili Kabupaten Magetan
mengikuti Turnamen Pencak Silat Kategori Seni Tunggal Baku Remaja di Bali dan
dapat juara 1, 2 bulan yang lalu ikut kompetisi Turnamen Pencak Silat Kategori
Beregu dan tunggal untuk kategori tanding di piala Gubernur jatim dan juara 1
sampai ke Jakarta hari ini”
“luar
biasa, jadi memang anda ini seorang atlit sejati berprestasi, lalu apakah jurus
pencak silat bisa melawan kejahatan”
“di
pencak silat, kami belajar dari dasar fisik yang kuat dan berat, juga kami
diajarkan untuk berbudi pekerti luhur serta menjadi pemuda pemudi yang
patriotis mbak!”
“jadi
semua pencak silat mengajarkan itu ya”
“benar,
bahkan jugaada ilmu untuyk pengobatan penyakit jasmani dan rohani mbak!”
“kenapa
bisa begitu, dapat sedikit anda ceritakan”
“karena
di pencak silat, bukan hanya melatih kekuatan teknik dan jurus, serta kelenturan,
ketahanan dan tak lupa keindahan gerak saja yang kita latih, namun juga kesabaran
dan pengendalian diri, ibarat ilmu padi, kita diajarkan untuk makin merunduk
saat makin berisi mbak”
Banyak
sekali wawancara yang ia jalani hari itu, sementara sang ayah dan ibundanya
terharu melihat putrid kecilnya yang 17 tahun lalu masih bayi mungil, sekarang
telah menjelma menjadi Seorang Srikandi sejati, menjunjung tinggi nama
perguruan, sekolah, daerah dan tentu saja orang tua.
Ke Istana Negara
Kompetisi
selesai, Putri dan atlit dari Jawa timur gemilang meraih prestasi, mereka
menjadi juara umum dan para kader terbaik di pusatkan untuk fokus ke ajang Sea
Games, pesta olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara, malam setelah penyerahan
medali dan hadiah, ketua kontingen menerima sebuah amplop putih berisi undangan
dengan cap resmi RI I, lalu ia memberikan undangan tersebut kepada Putri ,
ternyata itu adalah undangan untuk menjadi tamu kehormatan Presiden dan ibu
Negara di acara jamuan makan malam, karena namanya mendadak di kenal luas
masyarakat, mulai dari petani, buruh bangunan, penjual nasi bungkus, sampai
Presiden karena kepahlawananya menginspirasi segenap anak bangsa, kepahlawanan
yang memenuhi siaran berita televisi di semua stasiun negeri ini!.
Sejak
hari itu, pencak silat sangat populer dan terasa familiar di masyarakat, banyak
ibu-ibu lebih suka memasukkan anak-anaknya ke perguruan Pencak Silat daripada
less dan kursus lain yang ternyata tidak mampu menjadi benteng tangguh saat
putra putrinya jauh dari rumah dan mengahadapi bahaya, Putri menjadi remaja
yang menginspirasi segenap orang tua, pemuda kalangan awam baik akademisi,
swasta maupun pemerintah untuk kembali ke dalam jati diri bangsa Indonesia,
Pencak Silat!, manakala terjadi krisis moralitas, ternyata pencak silat kembali
hadir menyelamatkan para pemuda NKRI untuk menjadi insan tangguh yang berbudi
pekerti luhur!.
Pulang
beberapa hari di Magetan, Putri harus menjalani Home Scooling karena tidak
sempat masuk kelas, ia ikut ujian dengan memakai seragam IPSI, karena beberapa
hari lagi harus terbang ke Brunai Darussalam bersama kontingen Indonesia
mengikuti ajang pesta olahraga bangsa-bangsa Asia tenggara, Sea Games!.
Ketika
akan berangkat sempat ia berpamitan pada Mbah Wagiman di Panekan, meminta restu
beliau, rumah guru besar Pencak Silat Cempaka Putih itu mendadak ramai oleh
kunjungan mobil Jawa Timur I, Magetan I dan beberapa ofisial atlet yang ingin
melihat langsung sang guru dari atlit yang telah menghrumkan nama daerahnya,
lebih terkenal dari selebrity tanah air!, mengharumkan nama daerah bahkan
Negara!.
Membangun Padepokan
Atas
permintaan khusus dari Putri, pengurus daerah dan juga IPSI Jawa Timur membantu
secara langsung biaya untuk merehap total padepokan yang sudah rapuh, sumbangan
biaya pembangunan juga deras mengalir dari seluruh cabang saat tersiar kabar di
pugarnya padepokan lama, maket perguruan ditangani secara langsung oleh arsitek
ahli dari Bali, dengan tidak meninggalkan ciri kearifan Indonesia, kental
sekali gaya arsitektur nusantara, bangunan joglo yang lama dibongkar dan diperluas
lagi, tiang dari kayu beton cor diganti jati dengan ukiran Jepara, seniman
yang juga warga Padepokan dari cabang Jepara ikut serta membantu!.
Setelah
sekian lama padepokan sedarhana itu berdiri, kini telah berganti dengan bangunan
baru yang megah, gerbang belah gaya Bentar Majapahit berdiri gagah, ada diorama
harimau putih mengaum lantang diapit dua orang pesilat berdiri gagah. Salah
satu patung sikap berdiri tegak dengan tangan mengepal memandang depan, salah satunya lagi sikap
hormat silat dengan kedua tangan menyembah di dada dan pandangan menunduk,
sebagai lambang seorang pendekar kesatria harus senantiasa siap,tegak dan tegar
membela tanah air dan bangsanya namun tetap rendah hati dan senantiasa bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan tulisan di kaki monumen “ WIRO YUDO
WICAKSONO”, ada air mancur di depan monumen dan kanan kirinya ada hiasan bunga
cempaka putih dengan hiasan motif ukiran bali!.
Ketika
konggres nasional Pencak Silat Cempaka Putih berlangsung, Dwija Wagiman Wasana,
sang guru besar membuka jalannya konggres sekaligus meresmikan Padepokan Baru
tersebut, seluruh perwakilan Pencak Silat Cempka Putih dari berbagai cabang di
Indonesi dan Luar negeri datang menjadi saksi diresmikannya bangunan megah yang
membuat bangga segenap dada kesatria perguruan Pencak silat Cempaka putih!.
Salam
satu jiwa!
Wiro
Yudo Wicaksono!!
Cerita
Fiksi Pencak Silat Kesatria Berkerah Putih
Menyambut
Konggres Nasional Keluarga Besar Pencak Silat Cempaka Putih yang digagas Mbah
Kusdi Wasana, Guru Besar Pscp Pusat!.
Selamat dan Sukses Buat Bubuhan PSCP Kubar yang sudah selesai Ujian Kenaikan Tingkat Calon Warga Untuk Wisuda Purwa Desember 2017
BalasHapus