beberapa saat lamanya, ia mendengar dengan takjub cerita
kakeknya,:
"lalu mengapa padepokan itu lebih terkenal dengan
sebutan Padepokan Pasmatih kek!?"
......lalu, sang kakek tidak serta merta menjawab pertanyaan
cucu kesayangannya, diusapnya kepala sang bocah yang belum genap sepuluh tahun
itu dengan kelembutan dan kasih seorang kakek terhadap cucunya.
"...hehehehehhh.....nanti cerita kakek akan berlanjut, namun sebaiknya
kamu makan dulu, kau cium tidak bau harum masakan nenekmu itu..heheheeee"
"yyaaaa..nanggung kek...kan lagi seru....cerita tentang
para pendekar Gunung Lawu lagi ya kek nanti...aku penasaran lho kek.....mana
ada manusia yang mampu berubah menjadi banyak saat dalam
bahaya.....wuaaaaaahh...tentu hebat betul ya kek para pendekar itu!!!"
"yaaa..nanti kakek tentu lanjutkan, bagaimana para
kesatria pendekar itu dalam menumpas kejahatan yang merajalela di muka bumi
ini...namun kamu jangan menunda makan, nanti nenekmu ngomel sama saya lagi
gara-gara asyik cerita malah kamu lupa makan malam lhoohh hehehehehhhhh"
sang cucu segera berdiri dari tempatnya duduk bersila dekat
di perapian halaman rumah sang kakek, waktu liburnya tinggal seminggu lagi, tak
terasa libur begitu cepat jika ia habiskan dikampung sang kakek!.
sementara itu, di waktu yang bersamaan namun di tempat yang
berbeda:
Udara beku semakin terasa menyiksa, di tepian sebuah kolam
seorang pemuda nampak berendam, hanya sebatas leher ke atas saja bagian
tubuhnya yang nampak, sampai lewat tengah malam ia belum menyelesaikan kegiatan
“anehnya”…..”aku harus kuat, sampai air kolam ini terasa hangat”
Informasi dari seniornya, jika ia kuat berendam melewati
tengah malam, atau bahkan sampai kokok ayam terahkir menggema di dinihari,
pertanda ia siap mendalami teknik “terlarang” dari perguruan yang ia setahun
lebih belajar bela diri, pencak silat!.
Malam selasa Kliwon, saat ada liburan, ia berpamitan pada
keluarga, ada kegiatan latihan rutin pencak silat sampai pagi, kenaikan
tingkat, di kampung atas, beberapa kilometer dari rumahnya, tetangga desa yang
agak ke atas lagi lebih sedikit dan akhir tahun menjelang, ia tak khawatir lagi
akan tidak punya pasangan seperti tahun-tahun sebelumnya, di sekolah ia hanya
anak remaja yang serba pas-pasan saja, dikatakan
sederhana jauh dari cukup, memang ia anak dusun saja,
sederhana baik ekonomi maupun wajah, gak kaya namun orang tuanya gak
miskin-miskin amat, dibilang cakep juga ndak, jadi sampai kelas 2 SMK dia tetep
saja sorangan wae alias jomblo militan!.
Di kawanannya dia juga gak keren amat, maklum sebagai anak
dari sebuah padukuhan di lereng gunung Lawu, ia hanya seorang anak pencari daun
jati dan di besarkan sejak kecil oleh kakek dan neneknya, kakak kakaknya ada 3
adiknya-pun ada 3, jadi seluruhnya 7 bersaudara, karena jaman ada KB, orang
tuanya tidak ikut program 2 anak cukup, alasan bapak dan simboknya “banyak anak
banyak rejeki”…malah kini yang ia rasa, banyak saudara menderita, jatah sandang
pangan minim sekali, karena itu kakek neneknya memelihara dia sejak sekolah SD.
Tak terasa, kaki dan badannya mati rasa, lalu tengah malam
lewat, air kolam yang dekat dengan hutan itu semakin hangat……aneh, bathinnya
bergumam, ia merasa nyaman, perasaan tenang, sangat tenang malahan, jasad
wadagnya juga terasa ringan, tidak lagi menggigil seperti sore lepas matahari
tenggelam tadi, jadi dihitung sampai lewat tengah malam sudah 8 jam lebih ia
berendam, karena sejak jam 4 sore ia sudah nyemplung kolam…….lalu sesosok
bayangan mendekat:
“masih kuat Min?”
“masih mas”
“sudah nyerah saja kalau gak kuat”
“tidak ah,,kuat kok, air kolam hangat lho sekarang”
“ya sudah, kalu kamu kuat, aku pulang dulu, nanti jam 3 aku
naik lagi ya”
“ya mas”
…..bayangan yang baru saja mendekat lalu menghilang di
turunan tajam, masuk persawahan, di lembah bawah sinar lampu dari rumah
penduduk dan jalan nampak berkelip, ribuan, indah, bagai ribuan mutiara
berkedap kedip, udara makin dingin di lereng lawu, namun anak remaja itu masih
berendam, tekadnya kuat…..mendapatkan kepercayaan pelatihnya belajar
kebatinan!.
sementara itu, di tempat yang berbeda....
di rumah sederhana itu, seorang kakek sepuh bersama isterinya
menghabiskan masa tua tanpa anak dan cucu menemani karena mereka merantau
semua, masa tua ia habiskan di pedesaan yang tenang dan damai.....sesaat
lamunannya melayang saat masih seusia cucunya, sering mendengar cerita pendekar
dari kakeknya juga:
"wuahhh hebat ya kek para pendekar itu saat turun gunung
dan menjadi bagian dari kekuatan prajurit Mataram!!!"
"Benar Le.....……. Panembahan Senopati-pun menyatukan
tanah jawa dengan bantuan para kesatria pendekar di jamanya, wilayah monco
negari wetan merupakan yang paling sulit ditaklukkan lewat perang, karena
pertempuran kedua belah pihak berkepanjangan dan prajurit Mataram terdesak
hebat maka sang pemimpin Mataram meminta petunjuk kepada Yang Maha Agung, petunjukpun turun lewat mimpi sang Senopati,
dengan penuh kesadaran dan ketulusan sang Kesatria Mataram itupun maju di
palagan tanpa mengenakan pusaka kebesaran keraton, karena menghadapi
kedigdayaan senopati wanita, prajurit perempuan Monconegari Wetan yang ternyata
seorang gadis jelita putri adipati Madiun, Kangjeng Raden Ayu Retno Dumilah,
yang ditangannya memegang keris Pusaka leluhur Majapahit “Keris Kangjeng Kyai
Tundung Mediun", Sang Panembahan Senopati-pun jaya akhirnya setelah maju
palagan tanpa membawa sebuahpun pusaka seperti petunjuk Yang Maha kuasa, karena
ia maju dengan perasaan cinta kasih terhadap sang senopati wanita, merekapun
menikah, Mataram-pun menjadi besar dan kuat dengan dukungan dan pengorbanan
para kesatria pendekar le”
dan era baru dunia persilatan telah berubah haluan mengikuti
zaman dan peradaban nuswantara!, manakala Mataram telah terpecah menjadi
kerajaan kecil yang lemah, para prajurit yang berjiwa kesatria pendekar telah
dilemahkan sedemikian rupa oleh kelicikan penjajah kolonial Belanda!.
Sejak masuknya bangsa eropa di tanah pertiwi, bangsa Belanda
khususnya, gerak kehidupan para kesatria pendekar sangat dibatasi, karena di
tangan mereka terkandung kandungan kekuatan keprajuritan yang menggetarkan!.
Karena tekanan serta ketakutan kolonialisme terhadap kekuatan
para kesatria pendekar itulah maka perguruan pencak silat dilarang berkembang
di nusantara……..hanya satu dua yang bertahan, dan itupun merahasiakan
keberadaan mereka dari mata-mata penjajah asing!
Maka para kesatria pendekar bagai tertidur di ayunan alam
mimpi yang maha panjang…
sang kakek bercerita......panjang namun ia sangat antusias,
seantusias cucunya sekarang ini.....
"lalu di Gunung Lawu, munculah sang kesatria pingitan
le"
"apa itu kek kesatria pingitan"
sang kakek-pun melanjutkan kisah dongengnya......
...............
...............
Hingga pada suatu senja di lerang gunung Lawu, mengiring sang
waktu yang terus berganti, sang waktu yang berlalu, sang waktu yang berlari.
,,,,..bahkan terkadang merangkak,
berjalan, pelahan….membawa suasana
pelan namun pasti……, suatu hari manakala senja di lembah gunung Lawu
yang menjulang biru, diantara hijaunya pepohonan, hutan, ladang dan kebun serta
bentangan areal persawahan yang subur ijo royo-royo, dua orang sepuh berjalan
beriringan, ……..sayup terdengar percakapannya terbawa desir angin selatan yang
membawa udara beku di lereng yang makin temaram itu,,,!
"....nanti akan tiba dimas saatnya darah prajurit itu
akan dibangkitkan kembali"
"kapan itu rakamas"
"manakala di lembah gunung lawu muncul sebuah padepokan,
dimana umbul-umbul dan panji panji kejayaan nusantara kan kembali berkibar
gagah, sebuah padepokan kecil yang melahirkan kesatria besar di zamannya sang
kesatria pingitan, yang piningit oleh misteri zaman dimas"
.......lalu kedua sesepuh yang membawa pusaka Mataram itu melanjutkan perjalanan mereka
menyusuri hutan Ngrayudan....lalu lereng lawu agak benderang oleh remang bulan
sabit, di sebuah belik kecil mereka berhenti sejenak untuk melepaskan lelah,
fajar sebentar lagi akan merekah!.
setelah beristirahat sejenak, kedua orang yang berusia sepuh
itu melanjutkan perjalanan mereka, menyusuri jalanan setapak yang samar-samar
makin kelihatan memerah, di timur fajar pecah, semburat saga membuat langit
terbangun dari lelapnya dekapan sang malam!
Lalu, saat menjelang pecah fajar di kaki langit timur, di
dekat kedua orang itu, pada dinding batu yang ditumbuhi semak dan ganggang
lumut hutan muncullah sinar benderang yang seakan lorong panjang yang mengarah
kepada sebuah jalan yang diapit dua buah gerbang dimana berdiri gapura
raksasa…..kedua sesepuh itu masuk dan menghilang, seiring musnahnya kedua sosok
itu, lenyap pula sinar benderang dan gapura raksasa yang menjulang itu!, lalu
senyap, dinding batu itu kembali membisu seakan tidak pernah ada kejadian yang
maha hebat yang pernah terjadi, tak lama fajar tiba, alam raya bangkit
terbangun dari mimpi lelahnya……….!!!
beberapa lamanya, kesunyian menyelimuti tempat itu…………..
, hingga pada suatu hari............
..................
..................
Senja baru saja tiba, sang malam sebentar lagi merajai suasana
yang kian meremang sempurna seiring munculnya kerlip bintang yang bertabur
merata di wajah langit, udara perlahan-lahan menjadi semakin sejuk dan dingin.
Lembah gunung Lawu makin remang, puncaknya menjulang biru gagah di langit yang
semakin pekat, selimut dewi malam membawa udara makin beku namun segar!. Lalu
kumpulan awan menutup langit,suasana seketika pekat sempurna!.
Di sebuah jalan setapak, seorang anak muda berlari-lari kecil
menyusuri jalanan yang berdebu akibat
musim kering, di atas sebuah batu besar
yang bentuknya bagaikan seekor
gajah tidur ia meloncat naik, padukuhan di sepanjang lembah gunung Lawu
nampak berkerlip dari bias lampu rumah penduduk, ia berdiri tegak, matanya tajam memandang ke
lembah dibawahnya, ia melihat, di atas puncak gunung Lawu, bulan sabit telah
hadir, menggantung bagai senyum bidadari yang menyambut datangnya sang malam.
Lalu dari arah lembah di depannya, nampak seberkas cahaya yang berkedip beberapa
kali. Lalu mati, berkedip menyala lalu mati kembali dengan cepat membentuk pola sandi cahaya, ia segera
mencoret-coret beberapa kata di selembar kertas kecil, lalu melipatnya kembali,
setelah selesai ia segera berlari menuruni perbukitan yang kanan kirinya rimbun
oleh rerumputan dan semak yang mengeluarkan harum bunga liar, musim bunga liar
menghias wajah lereng gunung lawu, yang penuh pepohonan besar berseling semak
dan rimbunnya perdu berbunga warna-warni, musim mekarnya bunga liar menambah
seronok jika siang hari!.
Memasuki sebuah tanah yang datar agak lapang, ia berhenti,
meneriakkan suara mirip burung malam, lalu ada sahutan dengan suara serupa,
sahut menyahut beberapa kali, dari arah yang gelap beberapa sosok bayangan
melompat mendekat, suasana pekat,
gelapnya sempurna, ia bersama
sosok-sosok yang tadi mendekat bersama-sama
menuju sebuah pondok sederhana, lalu menyerahkan tulisan yang ia bawa,
seseorang menerimanya dengan cepat,… lalu
mereka, para pemuda yang nampak seusia itu memasuki sebuah ruangan yang
diterangi nyala lampu kecil, nyalanya tenang, menerangi ruangan yang tanpa
perabot dan hanya beralaskan tikar pandan.
“hmmmm…baiklah kawan-kawan, perintah telah berjalan mulai
malam ini, tugas pertama kita adalah mengadakan patroli dan penyergapan buat
para pendekar muda yang akan masuk daerah kita ini lewat tengah malam tepat!”
Nampak seorang pemuda seaparuh baya, duduk bersila sambil
membaca sebuah kertas yang bertuliskan beberapa kata sandi!. Seragam pakainnya
hitam-hitam dengan ikat kepala gadung melati.
“lalu berapa personel kekuatan kita ketua”
Seorang yang duduk disamping kanannya menyela, ia berpakaian
serupa namun dengan ikat kepala yang berbeda corak batikya.
“pos I diujung kampung,
10 orang menjaganya, di pertengahan perempatan kampung 10 orang dan
beberapa orang lagi yang memiliki kanuragan lebih di antara kalian akan
menyertai berjaga, dan seluruh
kekuatan yang tersisa menjaga di markas,
pos III dan di tengah aku sendiri yang akan memimpin bersama beberapa yang
sudah senior, total semua pos telah terisi kurang lebih 100 orang, bisa dimengerti
kawan-kawan?”
“ bisa….!!!!!”
Serempak yang hadir, yang nampaknya para pimpinan dari
kelompoknya menyahut cepat.
“ada yang ditanyakan”
Segenap yang hadir terdiam sejenak, hening mewarnai ruangan
itu, lalu…..
“bagimana jika pendekar muda yang naik ke kampung ini
berkemampuan diatas rata-rata dan mengejutkan kami yang di pos I ketua?”
Seorang pemuda berkumis dan berbadan tegap menyela memecah
keheningan suasana pondokan.
“baik,,,,biar dimas Rajawali Langit warga tingkat II akan
mengawal di pos satu untuk menghadapi perlawanan para pendekar muda”
“mengerti, terimakasih ketua!”
Ia menyahut, nampak guratan puas di sudut bibirnya yang
tersenyum, bak kembang tak jadi, senyum sekilas saja, rata-rata yang hadir di
ruangan itu semua nampak tegang!.
Lalu lima orang yang nampaknya para pimpinan di kelompoknya
masing-masing telah mengambil kata sepakat untuk tindakan yang akan diambil
untuk menyambut masuknya para pendekar muda di lokasi pertahanan mereka di
lereng Lawu malam itu!.
Malam merangkak dengan cepat, tengah malam tiba juga …..ujung
kampung yang pintu gerbangnya di apit dua batang pohon kantil gelap pekat,
lokasi di lereng gunung lawu itu benar-benar terpisah dari padukuhan dan
desa-desa yang nampak berkerlip benderang oleh pijar lampu yang berkerlip nampak indah di sepanjang
ngarai dan lembah, di tempat ini hanya beberapa kerlip nyala lampu minyak saja
yang datang dari beberapa pondok sederhana, malam makin beku, beberapa kelompok
manusia yang rata rata masih muda beranjak dewasa telah berjalan tergesa dan lalu bersiaga di tepi jalanan tanah yang
berdebu karena kemarau panjang!.
Seseorang nampak menyalakan sebatang rokok lintingan, dengan
bara dari sisa kayu yang menyala, bekas
unggun membuat pekatnya suasana mendadak benderang menyilaukan.
“petzzz…..”
Tiba-tiba saja nyala bara
padam, sebuah angin berkesiur membawa udara dingin , cahaya bara sampai
padam akibat kuatnya hembusan angin dingin seakan mengandung air lembab beku
tersebut, ia terkejut lalu sesosok tubuh tiba-tiba saja telah berada di
dekatnya
“jangan bikin api, biarkan kegelapan ini melatih indera kita
lebih tajam”
“oh..maaf ketua, saya
khilaf”
“baiklah, bertugaslah dengan baik, aku akan ke pos satu
melihat suasana”
Sebelum ada yang menyahut, ia telah berkelebat meninggalkan
tempat tersebut, menghilang di kegelapan.
“hmmm……sepi angin, nampaknya ketua mengusai juga teknik
langka tersebut”
“mengapa kita tidak diajarkan guru saat pendadaran dulu”
“karena tidak sembarang orang boleh memilikinya, nanti akan
disalahgunkan untuk tindakan kejahatan yang merugikan orang lain, walau
sekarang kelompok kita diaanggap menyalahi aturan perguruan, namun di tangan
ketua dan dukungan kita, yakinlah kita akan keberhasilan perjuangan kelompok
ini!”
“luar biasa, ketua baru saja bicara denganku, tiba-tiba saja
sekali loncat ia telah menghilang…luar biasa, dan sepenuh jiwa ragaku aku akan
mengabdi pada ketua demi perjuangan kita ini!”
“makanya, kita harus tekun berlatih biar bisa sampai tataran
utama”
Bisik bisik itu berhenti manakala, dari ujung jalan nampak sesosok tubuh berkelebat sangat
cepat berlari ke arah mereka yang bersembunyi di kanan kiri.
“mereka datang, rombongan pertama berjumlah 3 orang saja,
namun pos satu gagal menghentikan laju mereka, kita harus bisa meringkus mereka
di pos dua ini”
“lha kakangmas Rajawali Langit kemana”
“ia juga gagal menghentikan laju ketiga pendekar muda itu”
“mana mungkin 10 arang pendekar pilihan dan seorang Rajawali
Langit gagal menghentikan 3 orang saja,
kan jumlah mereka hanya 3 saja, masak jumlah segitu banyaknya kalah…mana bisaaa…”
“ya begitulah kenyataanya kawan, aku juga tidak paham mengapa
bisa terjadi seperti itu!”
“Bagaiman dengan ketua…..?”
“beliau tidak ada, entahlah dimana berada sekarang, yang
jelas ketiganya akan tiba sesaat lagi disini, bersiaplah!!”
……….ketiga pendekar
muda yang disebut-sebut beberapa orang itu
telah membuat bergetar dada mereka di malam yang pekat di lereng lawu,
ketiganya ternyata sangat digdaya usianya yang masih sangat belia!.
Malam merangkak perlahan, lereng gunung Lawu yang dingin
semakin bertambah bekunya, desir angin menggoyangkan pucuk-pucuk cemara gunung
yang menjulang ke angkasa malam, satu dua kerlip bintang bertaburan, awan
tersingkap oleh semilir angin, membawa udara malam yang beku bagai menembus
tulang!.
Suasana senyap,namun terpecah seketika, terkoyak oleh bunyi berdebam, ada benda berat
yang seakan jatuh dari langit, disusul beberapa teriak kesakitan!.
Di kegelapan nampak tiga sosok yang bertarung dengan sangat
sengit menghadapi lima belas orang yang berpakaian serba hitam bercadar,
ketiganya dengan tenang menyambut setiap serangan dengan elakan dan kadang
membalas dengan cekatan dan sangat cepat, akibatnya beberapa pengepungnya jatuh
berdebam menghantam tanah kering berdebu di lereng gunung Lawu malam itu.
Tak berapa lama beberapa penyerang mengeluarkan senjata
berbagai jenis, pisau, tombak bermata ganda di kedua ujungnya dan beberapa
trisula, ketiga orang yang dikeroyok itu hanya bermodalkan tongkat pendek
belaka!, namun mampu memunahkan setiap serangan yang datang bergelombang menusuk
titik mematikan, huncaman ujung senjata mengarah langsung ke jantung!.
“menyerahlah, tinggalkan tempat ini, dan kalian tidak akan
mati dengan penderitaan dan kesakitan menghadapi kami yang tiada ampun degan
cara apapun meminta kalian membatalkan misi apapun yang kalian bawa dari
Padepokan”
“tidak bisa, kalian yang harus segera meninggalkan tempat
ini, kalian tidak berhak lagi tinggal disini, guru sendiri tidak ingin
mengotori tangannya dengan darah kalian, karenanya beliau mengutus kami untuk
menghukum kalian yang telah memalukan nama perguruan jika benar-benar sudah
tidak bisa kami ajak turun gunung dengan baik-baik”
“haaaaa ahaaahahahaaahahaaa……”
Segenap yang mengepung ketiga sosok muda tersebut
tertawa…tertawa yang sangat luar biasa keras, bagi telinga wadag manusia
kebanyakan akan kesakitan, karena suara tawa yang dilepaskan dengan tenaga
dalam tingkat tinggi tersebut akan merusak gendang telinga, namun tidak
berdampak buruk bagi indera pendengaran ketiganya, walau masih belia namun
menguasai teknik serupa yang tak kalah dahsyat!.
“hmmm….Gelap Ngampar….”
Bisik salah satu dari ketiganya, kedua temannya mengangguk,
lalu mereka mengatur jalan nafas , melapisi setiap pori dan nadi dengan tenaga
dalam agar tidak terkena pengaruh teknik
yang kejam tersebut….
Marah sejadi-jadinya sang pimpinan penyerang yang mengeroyok
ketiga pemuda tersebut, menyerang dengan tombak pendek bermata ganda, namun
ketiganya bukan pendekar ingusan yang baru belajar mengenal jurus, serangan
bergelombang dari para pengeroyoknya yang berkemampuan tinggi mereka hadapi
dengan tenang dan terukur!
Sang pemimpin yang mengeroyok ketiga pemuda pendekar itu
bahkan telah mendapatkan luka lebam memar akibat pukulan tongkat pendek yang
memutar deras seakan berdengung menangkis setiap serangan senjata berbagai
jenis, saat batang tombak bermata ganda sang pimpinan bisa dielakkan, salah
satu dari ketiga pemuda itu balas menyerang dengan cepat, tak ampun sodokan tongkat yang telak
menghantam dadanya!.
Nyeri yang disertai panas membara bagai membakar isi
dadanya,……..pukulan tongkat yang telah dilambari teknik tenaga api dari ilmu
terlarang “Segara Geni”………
“sialan…..anak muda ini memiliki kemampuan di luar dugaanku,
siapa mereka sebenarnya, bahkan aku sendiri tidak bisa mengalahkan
ketiganya….”…disela rasa sakit yang menyengat, ia meyumpah-nyumpah ketiga
lawanya yang teramat tangguh, bahkan menguasai ilmu legendaris yang telah lama
hilang dari dunia persilatan, teknik pukulan segara geni yang berdaya api yang
mengahanguskan target pukulan tiada ampun, yang bahkan mampu diarahkan secara
terukur lewat senjata tongkat!.
“menyerahlah andika sekalian, jangan sampai jatuh korban
diantara kita yang tidak perlu….”
“bangsat,,,,!”
Baru saja salah satu dari ketiga pemuda pendekar itu
berbicara….sesosok bayangan tiba-tiba saja masuk ke dalam arena
pertarungan……..”kalian yang harusnya menyerah untuk aku hukum, berani sekali
kalian naik kesini wahai anak muda!”
Seorang laki-laki berjubah hitam setengah umur berbadan tegap
dan tinggi telah berdiri tegak dengan kedua tangan mengepal……udara telah
berubah menjadi hangat lalu perlahan panas…..makin panas bahkan sampai keringat
orang-orang yang ada di arena pertarungan menitik makin deras…….udara yang
Telah dipanaskan oleh
ilmu kanuragan tataran tingkat tinggi, ……..
“kalian cepat urus dimas Rajawali Laangit, aku sendiri yang
akan menghadapi mereka, cepat tinggalkan tempat ini, karena sebentar lagi para
pendekar padepokan lembah Lawu akan membanjiri tempat ini untuk meringkus kita”
“baik kakangmas”
Maka semua orang bercadar hitam itu serempak melompat mundur
dan meninggalkan gelanggang pertarungan, menghilang di balik kegelapan, salah
satu dari ketiga pemuda itu akan mengejar, namun segera urung manakala ada
hantaman udara panas menuju tepat di depan wajahnya…pukulan jarak jauh yang
dilambari tenaga dalam yang sangat mapan!.
Ia bersalto melenting ke samping dengan gesit……maka
terbebaslah dari keadaan yang mengancam keselamatannya, kedua kawannya segera
bersiaga, memasang kuda-kuda, tangannya meraih sebuah gagang keris dari sisi
lambung kanannya, ia lolos dan acungkan keris itu kepada lawannya yang berdiri
beberapa depa di hadapannya:
Lalu, perlahan namun pasti, berkesiur desir-desir lembut dan
halus angin sejuk lalu makin dingin dan beku, seketika suasana panas membara
berubah sebaliknya, udara mendadak beku, dari ujungkeris yang diacungkan tegak
ke udara itu memancar pendaran cahaya putih berkilau yang membawa pengaruh di
luar nalar…..mendatangkan angin dingin beku yang seketika merubah suasana
membara menjadi sejuk, dingin lalu bahkan perlahan menjadi atis, dingin dan
beku!.
Sementara itu, di tempat lain, di sebuah pendopo sebuah
padepokan sederhana yang lumayan luas, seorang lelaki sepuh berpakaian serba
hitam dan ikat kepala gadung melati sedang duduk bersila di kelilingi beberapa
orang yang berpakaian serupa namun dengan ikat kepala yang berbeda coraknya
yang nampaknya menunjukkan tingkatan tataran dari sebuah perguruan bela diri!.
“guru,,,,,ananda mendapat titipan salam dari kangjeng
Pengeran Diponegoro, beliau mengucapkan ribuan ucapan terimakasih atas kiriman
10 siswa Padepokan Lembah Lawu, sehingga pertahanan Belanda di Semarang
kocar-kacir akibat tambahan pasukan dari 10 pendekar pilihan siswa padepoakn
lembah Lawu yang guru pimpin”
“..hmm…rupanya anakmas Ontowiryo telah menetapkan pilihan
hati nuraninya, bahkan telah merubah gelar bangsawannya…”
“benar guru”…seorang lelaki setengah umur yang duduk di
sebelah sisi dari orang yang di panggil guru menyahut gumaman itu dengan
sahutan pelan dan lembut namun berkesan tegas, lalu ia melanjutkan:
“bahkan beliau telah mendirikan Mataram baru dan bergelar
Sultan Ngabdul Hamid Erucakra Sayidin Panetep Agama Khalifatullah ing Tanah
Jawa ingkang Jumeneng kang sepisan”
“ucapan terimakasih anakmas Ontowiryo telah aku terima, dan
bahkan beliau telah menyerang semarang sebagai pusat kedudukan Kompeni Belanda,
juga aku mendukung sepenuhnya perjuangan beliau sebagai raja tandingan Mataram
yang makin lemah di kuasai Belanda!”
“lalu bagaimana kekuatan kalian 10 siswa yang aku ijinkan bergabung
dengan pasukan Gunung Selarong menggempur kekuatan belanda di bumi Mentaram
yang dulu berdaulat ini wahai Suryopati?”
“kami semua selamat walau ada juga menderita luka akibat
ledakan meriam Belanda yang terlambat kami atasi dengan kanuragan yang guru
pernah ajarkan jika berlaga mengdapi senjata bangsa Belanda yang menakutkan,
yakni Meriam, namun sekarang beberapa luka kecil akibat pecahan mesiau meriam
itu telah sembuh seperti sedia kala guru”
Percakapan itu terhenti sejenak manakala beberapa cantrik
mengeluarkan singkong rebus dan wedang jahe, walaupun makanan sederhana dan
minuman yang sederhana pula, namun cukup memberi tenaga dan kekuatan baru,
udara dingin di lembah lawu, dimana sebuah padepokan rahasia berdiri menempa
para kesatria pendekar kini menjadi hangat, hangat akibat perbincangan serius
sekaligus hidangan wedang jahe panas dan singkong rebus yang masih mengepul
pula!.......dst!