Jumat, 15 September 2017

Kasatrian Pasmatih

Cerita Pencak Silat Kekinian





beberapa saat lamanya, ia mendengar dengan takjub cerita kakeknya,:
"lalu mengapa padepokan itu lebih terkenal dengan sebutan Padepokan Pasmatih kek!?"
......lalu, sang kakek tidak serta merta menjawab pertanyaan cucu kesayangannya, diusapnya kepala sang bocah yang belum genap sepuluh tahun itu dengan kelembutan dan kasih seorang kakek terhadap cucunya. "...hehehehehhh.....nanti cerita kakek akan berlanjut, namun sebaiknya kamu makan dulu, kau cium tidak bau harum masakan nenekmu itu..heheheeee"
"yyaaaa..nanggung kek...kan lagi seru....cerita tentang para pendekar Gunung Lawu lagi ya kek nanti...aku penasaran lho kek.....mana ada manusia yang mampu berubah menjadi banyak saat dalam bahaya.....wuaaaaaahh...tentu hebat betul ya kek para pendekar itu!!!"
"yaaa..nanti kakek tentu lanjutkan, bagaimana para kesatria pendekar itu dalam menumpas kejahatan yang merajalela di muka bumi ini...namun kamu jangan menunda makan, nanti nenekmu ngomel sama saya lagi gara-gara asyik cerita malah kamu lupa makan malam lhoohh  hehehehehhhhh"
sang cucu segera berdiri dari tempatnya duduk bersila dekat di perapian halaman rumah sang kakek, waktu liburnya tinggal seminggu lagi, tak terasa libur begitu cepat jika ia habiskan dikampung sang kakek!.
sementara itu, di waktu yang bersamaan namun di tempat yang berbeda:
Udara beku semakin terasa menyiksa, di tepian sebuah kolam seorang pemuda nampak berendam, hanya sebatas leher ke atas saja bagian tubuhnya yang nampak, sampai lewat tengah malam ia belum menyelesaikan kegiatan “anehnya”…..”aku harus kuat, sampai air kolam ini terasa hangat”
Informasi dari seniornya, jika ia kuat berendam melewati tengah malam, atau bahkan sampai kokok ayam terahkir menggema di dinihari, pertanda ia siap mendalami teknik “terlarang” dari perguruan yang ia setahun lebih belajar bela diri, pencak silat!.
Malam selasa Kliwon, saat ada liburan, ia berpamitan pada keluarga, ada kegiatan latihan rutin pencak silat sampai pagi, kenaikan tingkat, di kampung atas, beberapa kilometer dari rumahnya, tetangga desa yang agak ke atas lagi lebih sedikit dan akhir tahun menjelang, ia tak khawatir lagi akan tidak punya pasangan seperti tahun-tahun sebelumnya, di sekolah ia hanya anak remaja yang serba pas-pasan saja, dikatakan

sederhana jauh dari cukup, memang ia anak dusun saja, sederhana baik ekonomi maupun wajah, gak kaya namun orang tuanya gak miskin-miskin amat, dibilang cakep juga ndak, jadi sampai kelas 2 SMK dia tetep saja sorangan wae alias jomblo militan!.
Di kawanannya dia juga gak keren amat, maklum sebagai anak dari sebuah padukuhan di lereng gunung Lawu, ia hanya seorang anak pencari daun jati dan di besarkan sejak kecil oleh kakek dan neneknya, kakak kakaknya ada 3 adiknya-pun ada 3, jadi seluruhnya 7 bersaudara, karena jaman ada KB, orang tuanya tidak ikut program 2 anak cukup, alasan bapak dan simboknya “banyak anak banyak rejeki”…malah kini yang ia rasa, banyak saudara menderita, jatah sandang pangan minim sekali, karena itu kakek neneknya memelihara dia sejak sekolah SD.
Tak terasa, kaki dan badannya mati rasa, lalu tengah malam lewat, air kolam yang dekat dengan hutan itu semakin hangat……aneh, bathinnya bergumam, ia merasa nyaman, perasaan tenang, sangat tenang malahan, jasad wadagnya juga terasa ringan, tidak lagi menggigil seperti sore lepas matahari tenggelam tadi, jadi dihitung sampai lewat tengah malam sudah 8 jam lebih ia berendam, karena sejak jam 4 sore ia sudah nyemplung kolam…….lalu sesosok bayangan mendekat:
“masih kuat Min?”
“masih mas”
“sudah nyerah saja kalau gak kuat”
“tidak ah,,kuat kok, air kolam hangat lho sekarang”
“ya sudah, kalu kamu kuat, aku pulang dulu, nanti jam 3 aku naik lagi ya”
“ya mas”
…..bayangan yang baru saja mendekat lalu menghilang di turunan tajam, masuk persawahan, di lembah bawah sinar lampu dari rumah penduduk dan jalan nampak berkelip, ribuan, indah, bagai ribuan mutiara berkedap kedip, udara makin dingin di lereng lawu, namun anak remaja itu masih berendam, tekadnya kuat…..mendapatkan kepercayaan pelatihnya belajar kebatinan!.
sementara itu, di tempat yang berbeda....
di rumah sederhana itu, seorang kakek sepuh bersama isterinya menghabiskan masa tua tanpa anak dan cucu menemani karena mereka merantau semua, masa tua ia habiskan di pedesaan yang tenang dan damai.....sesaat lamunannya melayang saat masih seusia cucunya, sering mendengar cerita pendekar dari kakeknya juga:
"wuahhh hebat ya kek para pendekar itu saat turun gunung dan menjadi bagian dari kekuatan prajurit Mataram!!!"
"Benar Le.....……. Panembahan Senopati-pun menyatukan tanah jawa dengan bantuan para kesatria pendekar di jamanya, wilayah monco negari wetan merupakan yang paling sulit ditaklukkan lewat perang, karena pertempuran kedua belah pihak berkepanjangan dan prajurit Mataram terdesak hebat maka sang pemimpin Mataram meminta petunjuk kepada Yang Maha Agung,  petunjukpun turun lewat mimpi sang Senopati, dengan penuh kesadaran dan ketulusan sang Kesatria Mataram itupun maju di palagan tanpa mengenakan pusaka kebesaran keraton, karena menghadapi kedigdayaan senopati wanita, prajurit perempuan Monconegari Wetan yang ternyata seorang gadis jelita putri adipati Madiun, Kangjeng Raden Ayu Retno Dumilah, yang ditangannya memegang keris Pusaka leluhur Majapahit “Keris Kangjeng Kyai Tundung Mediun", Sang Panembahan Senopati-pun jaya akhirnya setelah maju palagan tanpa membawa sebuahpun pusaka seperti petunjuk Yang Maha kuasa, karena ia maju dengan perasaan cinta kasih terhadap sang senopati wanita, merekapun menikah, Mataram-pun menjadi besar dan kuat dengan dukungan dan pengorbanan para kesatria pendekar le”
dan era baru dunia persilatan telah berubah haluan mengikuti zaman dan peradaban nuswantara!, manakala Mataram telah terpecah menjadi kerajaan kecil yang lemah, para prajurit yang berjiwa kesatria pendekar telah dilemahkan sedemikian rupa oleh kelicikan penjajah kolonial Belanda!.
Sejak masuknya bangsa eropa di tanah pertiwi, bangsa Belanda khususnya, gerak kehidupan para kesatria pendekar sangat dibatasi, karena di tangan mereka terkandung kandungan kekuatan keprajuritan yang menggetarkan!.
Karena tekanan serta ketakutan kolonialisme terhadap kekuatan para kesatria pendekar itulah maka perguruan pencak silat dilarang berkembang di nusantara……..hanya satu dua yang bertahan, dan itupun merahasiakan keberadaan mereka dari mata-mata penjajah asing!

Maka para kesatria pendekar bagai tertidur di ayunan alam mimpi yang maha panjang…
sang kakek bercerita......panjang namun ia sangat antusias, seantusias cucunya sekarang ini.....
"lalu di Gunung Lawu, munculah sang kesatria pingitan le"
"apa itu kek kesatria pingitan"
sang kakek-pun melanjutkan kisah dongengnya......


...............
Hingga pada suatu senja di lerang gunung Lawu, mengiring sang waktu yang terus berganti, sang waktu yang berlalu, sang waktu yang berlari. ,,,,..bahkan terkadang merangkak,  berjalan, pelahan….membawa suasana  pelan namun pasti……, suatu hari manakala senja di lembah gunung Lawu yang menjulang biru, diantara hijaunya pepohonan, hutan, ladang dan kebun serta bentangan areal persawahan yang subur ijo royo-royo, dua orang sepuh berjalan beriringan, ……..sayup terdengar percakapannya terbawa desir angin selatan yang membawa udara beku di lereng yang makin temaram itu,,,!
"....nanti akan tiba dimas saatnya darah prajurit itu akan dibangkitkan kembali"
"kapan itu rakamas"
"manakala di lembah gunung lawu muncul sebuah padepokan, dimana umbul-umbul dan panji panji kejayaan nusantara kan kembali berkibar gagah, sebuah padepokan kecil yang melahirkan kesatria besar di zamannya sang kesatria pingitan, yang piningit oleh misteri zaman dimas"
.......lalu kedua sesepuh yang membawa pusaka  Mataram itu melanjutkan perjalanan mereka menyusuri hutan Ngrayudan....lalu lereng lawu agak benderang oleh remang bulan sabit, di sebuah belik kecil mereka berhenti sejenak untuk melepaskan lelah, fajar sebentar lagi akan merekah!.
setelah beristirahat sejenak, kedua orang yang berusia sepuh itu melanjutkan perjalanan mereka, menyusuri jalanan setapak yang samar-samar makin kelihatan memerah, di timur fajar pecah, semburat saga membuat langit terbangun dari lelapnya dekapan sang malam!
Lalu, saat menjelang pecah fajar di kaki langit timur, di dekat kedua orang itu, pada dinding batu yang ditumbuhi semak dan ganggang lumut hutan muncullah sinar benderang yang seakan lorong panjang yang mengarah kepada sebuah jalan yang diapit dua buah gerbang dimana berdiri gapura raksasa…..kedua sesepuh itu masuk dan menghilang, seiring musnahnya kedua sosok itu, lenyap pula sinar benderang dan gapura raksasa yang menjulang itu!, lalu senyap, dinding batu itu kembali membisu seakan tidak pernah ada kejadian yang maha hebat yang pernah terjadi, tak lama fajar tiba, alam raya bangkit terbangun dari mimpi lelahnya……….!!!
beberapa lamanya, kesunyian menyelimuti tempat itu…………..
, hingga pada suatu hari............
..................
Senja baru saja tiba, sang malam sebentar lagi merajai suasana yang kian meremang sempurna seiring munculnya kerlip bintang yang bertabur merata di wajah langit, udara perlahan-lahan menjadi semakin sejuk dan dingin. Lembah gunung Lawu makin remang, puncaknya menjulang biru gagah di langit yang semakin pekat, selimut dewi malam membawa udara makin beku namun segar!. Lalu kumpulan awan menutup langit,suasana seketika pekat sempurna!.
Di sebuah jalan setapak, seorang anak muda berlari-lari kecil menyusuri  jalanan yang berdebu akibat musim kering, di atas sebuah batu besar  yang bentuknya bagaikan seekor  gajah tidur ia meloncat naik, padukuhan di sepanjang lembah gunung Lawu nampak berkerlip dari bias lampu rumah penduduk,  ia berdiri tegak, matanya tajam memandang ke lembah dibawahnya, ia melihat, di atas puncak gunung Lawu, bulan sabit telah hadir, menggantung bagai senyum bidadari yang menyambut datangnya sang malam.
Lalu dari arah lembah di depannya,  nampak seberkas cahaya yang berkedip beberapa kali. Lalu mati, berkedip menyala lalu mati kembali dengan cepat  membentuk pola sandi cahaya, ia segera mencoret-coret beberapa kata di selembar kertas kecil, lalu melipatnya kembali, setelah selesai ia segera berlari menuruni perbukitan yang kanan kirinya rimbun oleh rerumputan dan semak yang mengeluarkan harum bunga liar, musim bunga liar menghias wajah lereng gunung lawu, yang penuh pepohonan besar berseling semak dan rimbunnya perdu berbunga warna-warni, musim mekarnya bunga liar menambah seronok jika siang hari!.
Memasuki sebuah tanah yang datar agak lapang, ia berhenti, meneriakkan suara mirip burung malam, lalu ada sahutan dengan suara serupa, sahut menyahut beberapa kali, dari arah yang gelap beberapa sosok bayangan melompat mendekat,  suasana pekat, gelapnya sempurna,  ia bersama sosok-sosok yang tadi mendekat bersama-sama  menuju sebuah pondok sederhana, lalu menyerahkan tulisan yang ia bawa, seseorang menerimanya dengan cepat,… lalu  mereka, para pemuda yang nampak seusia itu memasuki sebuah ruangan yang diterangi nyala lampu kecil, nyalanya tenang, menerangi ruangan yang tanpa perabot dan hanya beralaskan tikar pandan.
“hmmmm…baiklah kawan-kawan, perintah telah berjalan mulai malam ini, tugas pertama kita adalah mengadakan patroli dan penyergapan buat para pendekar muda yang akan masuk daerah kita ini lewat tengah malam tepat!”
Nampak seorang pemuda seaparuh baya, duduk bersila sambil membaca sebuah kertas yang bertuliskan beberapa kata sandi!. Seragam pakainnya hitam-hitam dengan ikat kepala gadung melati.
“lalu berapa personel kekuatan kita ketua”
Seorang yang duduk disamping kanannya menyela, ia berpakaian serupa namun dengan ikat kepala yang berbeda corak batikya.
“pos I diujung kampung,  10 orang menjaganya, di pertengahan perempatan kampung 10 orang dan beberapa orang lagi yang memiliki kanuragan lebih di antara kalian akan menyertai berjaga,  dan seluruh kekuatan  yang tersisa menjaga di markas, pos III dan di tengah aku sendiri yang akan memimpin bersama beberapa yang sudah senior, total semua pos telah terisi kurang lebih 100 orang, bisa dimengerti kawan-kawan?”
“ bisa….!!!!!”
Serempak yang hadir, yang nampaknya para pimpinan dari kelompoknya menyahut cepat.
“ada yang ditanyakan”
Segenap yang hadir terdiam sejenak, hening mewarnai ruangan itu, lalu…..
“bagimana jika pendekar muda yang naik ke kampung ini berkemampuan diatas rata-rata dan mengejutkan kami yang di pos I ketua?”
Seorang pemuda berkumis dan berbadan tegap menyela memecah keheningan suasana pondokan.
“baik,,,,biar dimas Rajawali Langit warga tingkat II akan mengawal di pos satu untuk menghadapi perlawanan para pendekar muda”
“mengerti, terimakasih ketua!”
Ia menyahut, nampak guratan puas di sudut bibirnya yang tersenyum, bak kembang tak jadi, senyum sekilas saja, rata-rata yang hadir di ruangan itu semua nampak tegang!.
Lalu lima orang yang nampaknya para pimpinan di kelompoknya masing-masing telah mengambil kata sepakat untuk tindakan yang akan diambil untuk menyambut masuknya para pendekar muda di lokasi pertahanan mereka di lereng Lawu malam itu!.
Malam merangkak dengan cepat, tengah malam tiba juga …..ujung kampung yang pintu gerbangnya di apit dua batang pohon kantil gelap pekat, lokasi di lereng gunung lawu itu benar-benar terpisah dari padukuhan dan desa-desa yang nampak berkerlip benderang oleh pijar lampu  yang berkerlip nampak indah di sepanjang ngarai dan lembah, di tempat ini hanya beberapa kerlip nyala lampu minyak saja yang datang dari beberapa pondok sederhana, malam makin beku, beberapa kelompok manusia yang rata rata masih muda beranjak dewasa telah berjalan tergesa dan  lalu bersiaga di tepi jalanan tanah yang berdebu karena kemarau panjang!.
Seseorang nampak menyalakan sebatang rokok lintingan, dengan bara  dari sisa kayu yang menyala, bekas unggun membuat pekatnya suasana mendadak benderang menyilaukan.
“petzzz…..”
Tiba-tiba saja nyala bara  padam, sebuah angin berkesiur membawa udara dingin , cahaya bara sampai padam akibat kuatnya hembusan angin dingin seakan mengandung air lembab beku tersebut, ia terkejut lalu sesosok tubuh tiba-tiba saja telah berada di dekatnya
“jangan bikin api, biarkan kegelapan ini melatih indera kita lebih tajam”
“oh..maaf  ketua, saya khilaf”
“baiklah, bertugaslah dengan baik, aku akan ke pos satu melihat suasana”
Sebelum ada yang menyahut, ia telah berkelebat meninggalkan tempat tersebut, menghilang di kegelapan.
“hmmm……sepi angin, nampaknya ketua mengusai juga teknik langka tersebut”
“mengapa kita tidak diajarkan guru saat pendadaran dulu”
“karena tidak sembarang orang boleh memilikinya, nanti akan disalahgunkan untuk tindakan kejahatan yang merugikan orang lain, walau sekarang kelompok kita diaanggap menyalahi aturan perguruan, namun di tangan ketua dan dukungan kita, yakinlah kita akan keberhasilan perjuangan kelompok ini!”
“luar biasa, ketua baru saja bicara denganku, tiba-tiba saja sekali loncat ia telah menghilang…luar biasa, dan sepenuh jiwa ragaku aku akan mengabdi pada ketua demi perjuangan kita ini!”
“makanya, kita harus tekun berlatih biar bisa sampai tataran utama”
Bisik bisik itu berhenti manakala, dari ujung  jalan nampak sesosok tubuh berkelebat sangat cepat berlari ke arah mereka yang bersembunyi di kanan kiri.
“mereka datang, rombongan pertama berjumlah 3 orang saja, namun pos satu gagal menghentikan laju mereka, kita harus bisa meringkus mereka di pos dua ini”
“lha kakangmas Rajawali Langit kemana”
“ia juga gagal menghentikan laju ketiga pendekar muda itu”
“mana mungkin 10 arang pendekar pilihan dan seorang Rajawali Langit  gagal menghentikan 3 orang saja, kan jumlah mereka hanya 3 saja, masak jumlah segitu banyaknya kalah…mana bisaaa…”
“ya begitulah kenyataanya kawan, aku juga tidak paham mengapa bisa terjadi seperti itu!”
“Bagaiman dengan ketua…..?”
“beliau tidak ada, entahlah dimana berada sekarang, yang jelas ketiganya akan tiba sesaat lagi disini, bersiaplah!!”
……….ketiga  pendekar muda yang disebut-sebut beberapa orang itu  telah membuat bergetar dada mereka di malam yang pekat di lereng lawu, ketiganya ternyata sangat digdaya usianya yang masih sangat belia!.
Malam merangkak perlahan, lereng gunung Lawu yang dingin semakin bertambah bekunya, desir angin menggoyangkan pucuk-pucuk cemara gunung yang menjulang ke angkasa malam, satu dua kerlip bintang bertaburan, awan tersingkap oleh semilir angin, membawa udara malam yang beku bagai menembus tulang!.
Suasana senyap,namun terpecah seketika,  terkoyak oleh bunyi berdebam, ada benda berat yang seakan jatuh dari langit, disusul beberapa teriak kesakitan!.
Di kegelapan nampak tiga sosok yang bertarung dengan sangat sengit menghadapi lima belas orang yang berpakaian serba hitam bercadar, ketiganya dengan tenang menyambut setiap serangan dengan elakan dan kadang membalas dengan cekatan dan sangat cepat, akibatnya beberapa pengepungnya jatuh berdebam menghantam tanah kering berdebu di lereng gunung Lawu malam itu.
Tak berapa lama beberapa penyerang mengeluarkan senjata berbagai jenis, pisau, tombak bermata ganda di kedua ujungnya dan beberapa trisula, ketiga orang yang dikeroyok itu hanya bermodalkan tongkat pendek belaka!, namun mampu memunahkan setiap serangan yang datang bergelombang menusuk titik mematikan, huncaman ujung senjata mengarah langsung ke jantung!.
“menyerahlah, tinggalkan tempat ini, dan kalian tidak akan mati dengan penderitaan dan kesakitan menghadapi kami yang tiada ampun degan cara apapun meminta kalian membatalkan misi apapun yang kalian bawa dari Padepokan”
“tidak bisa, kalian yang harus segera meninggalkan tempat ini, kalian tidak berhak lagi tinggal disini, guru sendiri tidak ingin mengotori tangannya dengan darah kalian, karenanya beliau mengutus kami untuk menghukum kalian yang telah memalukan nama perguruan jika benar-benar sudah tidak bisa kami ajak turun gunung dengan baik-baik”

“haaaaa ahaaahahahaaahahaaa……”
Segenap yang mengepung ketiga sosok muda tersebut tertawa…tertawa yang sangat luar biasa keras, bagi telinga wadag manusia kebanyakan akan kesakitan, karena suara tawa yang dilepaskan dengan tenaga dalam tingkat tinggi tersebut akan merusak gendang telinga, namun tidak berdampak buruk bagi indera pendengaran ketiganya, walau masih belia namun menguasai teknik serupa yang tak kalah dahsyat!.
“hmmm….Gelap Ngampar….”
Bisik salah satu dari ketiganya, kedua temannya mengangguk, lalu mereka mengatur jalan nafas , melapisi setiap pori dan nadi dengan tenaga dalam agar tidak terkena pengaruh teknik  yang kejam tersebut….
Marah sejadi-jadinya sang pimpinan penyerang yang mengeroyok ketiga pemuda tersebut, menyerang dengan tombak pendek bermata ganda, namun ketiganya bukan pendekar ingusan yang baru belajar mengenal jurus, serangan bergelombang dari para pengeroyoknya yang berkemampuan tinggi mereka hadapi dengan tenang dan terukur!
Sang pemimpin yang mengeroyok ketiga pemuda pendekar itu bahkan telah mendapatkan luka lebam memar akibat pukulan tongkat pendek yang memutar deras seakan berdengung menangkis setiap serangan senjata berbagai jenis, saat batang tombak bermata ganda sang pimpinan bisa dielakkan, salah satu dari ketiga pemuda itu balas menyerang dengan cepat,  tak ampun sodokan tongkat yang telak menghantam dadanya!.
Nyeri yang disertai panas membara bagai membakar isi dadanya,……..pukulan tongkat yang telah dilambari teknik tenaga api dari ilmu terlarang “Segara Geni”………
“sialan…..anak muda ini memiliki kemampuan di luar dugaanku, siapa mereka sebenarnya, bahkan aku sendiri tidak bisa mengalahkan ketiganya….”…disela rasa sakit yang menyengat, ia meyumpah-nyumpah ketiga lawanya yang teramat tangguh, bahkan menguasai ilmu legendaris yang telah lama hilang dari dunia persilatan, teknik pukulan segara geni yang berdaya api yang mengahanguskan target pukulan tiada ampun, yang bahkan mampu diarahkan secara terukur lewat senjata tongkat!.
“menyerahlah andika sekalian, jangan sampai jatuh korban diantara kita yang tidak perlu….”
“bangsat,,,,!”
Baru saja salah satu dari ketiga pemuda pendekar itu berbicara….sesosok bayangan tiba-tiba saja masuk ke dalam arena pertarungan……..”kalian yang harusnya menyerah untuk aku hukum, berani sekali kalian naik kesini wahai anak muda!”
Seorang laki-laki berjubah hitam setengah umur berbadan tegap dan tinggi telah berdiri tegak dengan kedua tangan mengepal……udara telah berubah menjadi hangat lalu perlahan panas…..makin panas bahkan sampai keringat orang-orang yang ada di arena pertarungan menitik makin deras…….udara yang
 Telah dipanaskan oleh ilmu kanuragan tataran tingkat tinggi, ……..
“kalian cepat urus dimas Rajawali Laangit, aku sendiri yang akan menghadapi mereka, cepat tinggalkan tempat ini, karena sebentar lagi para pendekar padepokan lembah Lawu akan membanjiri tempat ini untuk meringkus kita”
“baik kakangmas”
Maka semua orang bercadar hitam itu serempak melompat mundur dan meninggalkan gelanggang pertarungan, menghilang di balik kegelapan, salah satu dari ketiga pemuda itu akan mengejar, namun segera urung manakala ada hantaman udara panas menuju tepat di depan wajahnya…pukulan jarak jauh yang dilambari tenaga dalam yang sangat mapan!.
Ia bersalto melenting ke samping dengan gesit……maka terbebaslah dari keadaan yang mengancam keselamatannya, kedua kawannya segera bersiaga, memasang kuda-kuda, tangannya meraih sebuah gagang keris dari sisi lambung kanannya, ia lolos dan acungkan keris itu kepada lawannya yang berdiri beberapa depa di hadapannya:
Lalu, perlahan namun pasti, berkesiur desir-desir lembut dan halus angin sejuk lalu makin dingin dan beku, seketika suasana panas membara berubah sebaliknya, udara mendadak beku, dari ujungkeris yang diacungkan tegak ke udara itu memancar pendaran cahaya putih berkilau yang membawa pengaruh di luar nalar…..mendatangkan angin dingin beku yang seketika merubah suasana membara menjadi sejuk, dingin lalu bahkan perlahan menjadi atis, dingin dan beku!.
Sementara itu, di tempat lain, di sebuah pendopo sebuah padepokan sederhana yang lumayan luas, seorang lelaki sepuh berpakaian serba hitam dan ikat kepala gadung melati sedang duduk bersila di kelilingi beberapa orang yang berpakaian serupa namun dengan ikat kepala yang berbeda coraknya yang nampaknya menunjukkan tingkatan tataran dari sebuah perguruan bela diri!.
“guru,,,,,ananda mendapat titipan salam dari kangjeng Pengeran Diponegoro, beliau mengucapkan ribuan ucapan terimakasih atas kiriman 10 siswa Padepokan Lembah Lawu, sehingga pertahanan Belanda di Semarang kocar-kacir akibat tambahan pasukan dari 10 pendekar pilihan siswa padepoakn lembah Lawu yang guru pimpin”
“..hmm…rupanya anakmas Ontowiryo telah menetapkan pilihan hati nuraninya, bahkan telah merubah gelar bangsawannya…”
“benar guru”…seorang lelaki setengah umur yang duduk di sebelah sisi dari orang yang di panggil guru menyahut gumaman itu dengan sahutan pelan dan lembut namun berkesan tegas, lalu ia melanjutkan:
“bahkan beliau telah mendirikan Mataram baru dan bergelar Sultan Ngabdul Hamid Erucakra Sayidin Panetep Agama Khalifatullah ing Tanah Jawa ingkang Jumeneng kang sepisan”
“ucapan terimakasih anakmas Ontowiryo telah aku terima, dan bahkan beliau telah menyerang semarang sebagai pusat kedudukan Kompeni Belanda, juga aku mendukung sepenuhnya perjuangan beliau sebagai raja tandingan Mataram yang makin lemah di kuasai Belanda!”
“lalu bagaimana kekuatan kalian 10 siswa yang aku ijinkan bergabung dengan pasukan Gunung Selarong menggempur kekuatan belanda di bumi Mentaram yang dulu berdaulat ini wahai Suryopati?”
“kami semua selamat walau ada juga menderita luka akibat ledakan meriam Belanda yang terlambat kami atasi dengan kanuragan yang guru pernah ajarkan jika berlaga mengdapi senjata bangsa Belanda yang menakutkan, yakni Meriam, namun sekarang beberapa luka kecil akibat pecahan mesiau meriam itu telah sembuh seperti sedia kala guru”

Percakapan itu terhenti sejenak manakala beberapa cantrik mengeluarkan singkong rebus dan wedang jahe, walaupun makanan sederhana dan minuman yang sederhana pula, namun cukup memberi tenaga dan kekuatan baru, udara dingin di lembah lawu, dimana sebuah padepokan rahasia berdiri menempa para kesatria pendekar kini menjadi hangat, hangat akibat perbincangan serius sekaligus hidangan wedang jahe panas dan singkong rebus yang masih mengepul pula!.......dst!

Kamis, 14 September 2017

Pendekar Hargo Mahendro

Cerita Pencak Silat Kekinian






*Salam Satu Jiwa




Banyak jalanan berkelok, menyusuri persawahan di lembah gunung Lawu yang maha luas, petunjuk dari warga petani yang mereka temuai di sepanjang jalan malah membuat mereka semakin naik, di timur nampak menjulang gunung Wilis, sebuah pemandangan yang luar biasa, langit biru bersih, udara cerah namun sejuk, pegunungan yang asri, sambung menyambung dari dataran tinggi Pacitan, Ponorogo, Magetan dan Merapi di Jateng!.
Dari jauh, nampak sesosok berpakian pereng mengenakan caping gunung, celana komprang sebatas betis warna hitam, baju slabrug hitam, tanpa kancing, hanya di siset dengan sebuah benang lawe berwarna putih, sesosok yang sedang sibuk mencabuti rumput liar di pematang sawah, hamparan terasiring yang di penuhi rumpun padi yang menghijau subur!.
Gemericik air terdengar samar sayup-sayup dari sungai jernih di bawah mereka berjalan tertatih, ah, berat nian minta tanda tangan warga tua, mana orangnya tidak ada, menrurut sang bini sang suami sedang sibuk merawat tanaman di sawah, pergi sejak pagi buta katanya, dengan berbekal info sawah dan jalan setapak yang berkelok menuju lembah dan menghilang di gundukan bukit menanjak mereka memburu sang Warga Tua, karena kalau amanat dari Padepokan tidak dijalankan dengan baik, alamat mereka tidak akan disahkan menjadi warga tulen, aduhhh……mereka sempat merasa lelah dan jengkel!.
Hari beranjak makin siang, matahari makin meninggi, hangat udara, keringat menetes di kening lima calon pendekar muda, mereka dengan energy yang tersisa mendaki tanjakan terkhir, sebuah batu gunung raksasa membuat mereka yakin, karena menurut informasi yang mereka terima, di sebelah batu itu sawah Pak surani berada!.
Berloncatan dari pematang sawah yang satu ke jalan setapak yang rumpil, mereka trengginas, memburu waktu, takut sang warga tua sudah tidak ada di tempat semula, setengah berlari mendaki, terengah, satu satu nafas memburu, dada sesak, sisa tenaga mereka kerahkan!.


……………….
“ooo, kapan dik pelantikannya?”
“Minggu Pak”
“ya, ya, kalau sudah jadi warga jangan menghilang, kembangangkan Cepe sampai ke mana-mana, walau kalian nanti merantau, menikah, punya anak, cucu sampai usia senja, ilmu pencak silat itu laksana samudra kehidupan, semakin dalam kau selami, semakin banyak yang kau dapat, lihat dan saksikan untuk diambil hikmah, untuyk diamalkan, sebagai bekal di alam langgeng kelak jika ajal tiba menghadap Yang Maha Kuasa!”
Lima orang remaja tanggung merasa lega kini, remaja usia belasan berdiri berjajar di pinggir pematang sawah, nampak seorang petani mengenakan seragam pereng hitam-hitam, badan tegap, tinggi sedang, topi caping gunung menyembunyikan raut wajah yang memancarkan sorot tenag, tajam berwibawa!, ia sedang bediri tegak, di depannya ada lima orang penerus perjuangannya, ia member instruksi dan petuah:
“baik, nama saya Suradi dik, sekarang saya sudah dewasa, 54 tahun, saya dulu Siswa Mbah Wagiman di tahun 80-an, sekarang saya sudah punya cucu, hidup di desa sebagai petani, pendekar itu jangan segan bercocok tanam, 4 elemen energi alam menyatu manakala kalian mengayunkan cangkul, ada energi karep/niat, donga/doa, lakuning pakaryan/mulai kerja sampai hasil semua menyatu, ansir udara, air, tanah, panas menyatu, nyawiji, dari krenteg/niat sampai tekan/sampai hasil, mengolah tanah pertiwi yang loh jinawi demi memayu hayuning bawana langgeng!”.
Banyak nasehat dan bimbingan di pinggir pematang sawah itu, ujung padi yang sedang tumbuh beriak berombak manakala angin siang berkesiur, sedap elok bumi nusantara di pandang mata, seronok nian, siang sedang teduh, lalu pelahan namun pasti lembah lawu diselimuti kabut yang mendadak turun, pepohonan nampak remang dalam dekapan udara dingin, langit nampak putih, bagaikan masuk alam suwung, alam tan kasat mata, semua serba putih, lembah Lawu yang menyimpan sejuta misteri hidup, lembah dimana berdiri sebuah padepokan kanuragan, padepokan yang di kenal dunia sebagai Padepokan Macan Putih, melahirkan Pendekar Pilih tanding yang ber-panca setia dalam setiap gerak dan langkahnhya!.
“kerena hari telah siang, kalian telah datang dari jauh untuk meminta restu dari saya sebagai warga Pscp yang dituakan, sudah saya terima, salam kagem Mbah Man, Mbah Maelan, Mbah Kusdi dan tetua perguruan semua, saya tidak bisa turun gunung pelantikan hari minggu nanti, maaf saya masih sibuk merawat padi dik, padi inilah yang membuat perut masyarakat nusantara tetap kenyang dan berpikir dengan jernih dan bijak, dan kalian semoga menjadi Pendekar Utama yang ber-Wiro Yudho Wicaksono!”.
“sebelum tanda tangan saya berikan, coba balikkan badan kalian membelakangi saya sambil memejamkan mata kalian semua, pasang kuda-kuda, bayangkan kalian berada di tengah malam tanpa secercah cahaya, semua serba gelap,…yakkk.. mulai”
Bagai dihipnotis, ke lima remaja tanggung itu membalikkan badan, memasang kuda-kuda ringan, membelakangi sang warga tua sambil memejamkan mata, lalu si warga tua memberi arahan agar ia mendengar semua suara alam, suara desau angin menyisir lembah, suara gemericik air di pancuran bening, suara aliran sungi, suara nyanyian burung, …….jika ada sesuatu kekuatan yang memaksa kalian bergerak, menangkis atau jatuh, jangan ditahan, lakukan saja tanpa ragu”
Kelimanya segera menjalankan perintah, ia merapal sebuah mantera “ hamemuji sedulur papat limo pancer, etan, kulon lor lan kidul, ,,,,,”, lalu dengan cepat satu persatu lima remaja itu diserang sang warga tua, sebuah gelombang serangan dengan tangan terkepal deras menghantam batok kepala dari belakang, ia memukul cepat, calon warga memberi reaksi secara reflek, kelimanya dengan lincah berkelit, ada yang menjatuhkan diri lalu kembali pasang kuda kuda, ada yang menangkap lalu menepiskan pukulan sang senior, ada yang menagkap dengan cekatan lalu membalas memukul!, semua membuat sang senior puas, dasar-dasar ilmu Sapta Panggraita, ilmu dari jaman pertengahan Wilwatikta, dimana seorang prajurit akan mampu menghindari serangan pukulan, tendangan atau bahkan lesatan anak panah atau pisau terbang walau di tengah kegelapan atau mata tertutup rapat, mata bathinnya yang kuat disertai reflex yang terlatih memunahkan serangan secara sempurna!, Sapta Pangraita, ilmu yang jarang terdengar dan terlihat di era rimba persilatan modern, ilmu sinengker, rahasia dan wingit yang tersimpan rapi di padepokan Macan Putih, sang senior yakin kini, sang calon Pendekar Purwa telah dimiliki dasar ilmu itu, sang calon pendekar Purwa yang akan di lantik di padepokan Gunung Lawu beberapa hari lagi oleh sang Jajaran Guru Besar, Jajaran Pendekar Legenda Padepokan PSCP Pusat.
“baik, balikkan badan, dan mana kertasnya”
Kelimanya membalikkan badan, menyerahkan selembar kertas, sang petani bertopi caping gunung segra terampil membubuhkan beberapa coretan kata-kata nasehat dan terahkir tanda tangan pada kolom rekomendasi bagi segenap calon pendekar yang siang itu di uji seorang warga yang dituakan di lembah gunung Lawu!.
Seorang siswa memberi sebungkus rokok, sang senior nyegir, sebuah tawa riang, tertawa dengan jenaka : “hheeeeeheee….kalau di majalah Liberty aku lihat satu kali memberi wejangan atau menurunkan ilmu maharnya minim 5 ratus ribu, kalian berlima memberi sebungkus rokok jarum 76 seharga 12 ribuan kurang lebihnya, tapi saya teriama dengan senang, kenang-kenangan atas kalian yang serius mempertahankan warisan leluhur nusantara, dan menolak untuk malas-malasan main hape, main game online seharian tidak mau membantu orang tua…heheeeee….semoga ilmu kalian berguna bagi sesama dik, jangan disalah gunakan ya, ilmu itu bukan barang jualan, jangan di tiru yang sok ber-ilmu, ngasih ini itu dengan imbalan harta benda, pesen sang Dwija dik, jangan pernah menjual ilmu yang kalian pelajari di pencak silat, kalian akan kualat!!”
Kelima remaja nyengir, garuk-garuk kepala, merasa malu akan kalimat terakhir sang warga tua yang seakan menembus ulu hati secara langsung, nyengir yang rikuh, tawa kembang tak jadi mekar, tawa malu-malu gimana gitu!!.

Rabu, 13 September 2017

MUNCULNYA TEKNIK TERLARANG

SEGORO GENI

Cerita Pencak Silat Kekinian










Ibunya memanggil, menyuruh makan siang dulu, dijawabnya asal saja, namun tergesa ia berbalik meminta ijin sambil mencium tangan sang bunda yang keriput di makan sang waktu karena membesarkannya bersama kakak-kaknya 4 bersaudara, sang ibunda membekali dengan beberapa potong singkong rebus, serta sebotol air matang dalam botol aqua kotor akibat sering di bawa keladang, ia memakan singkong sambil berlari menuju kawan-kawannya yang menunggu untuk latihan Pencak Silat, diminumnya beberapa teguk air matang yang tawar saja rasanya!, sambil masih berlari ia menghabiskan potongan singkong rebus!, lalu tiba di perempatan kampung di bawah pohon Kantil dimana kawannya sudah menunggu!.

Banyak kawannya sudah berseragam, dengan cepat dikenakannya juga pakaian Pencak Silat yang setengah basah, warna hitam yang setengah kusam pucat akibat sering di cuci.
………………..
Sempat tergetar saat ia lihat seorang gadis yang telah masuk lokasi latihan, ia hanya terbengong saja tanpa mampu bertindak selain memperhatikan sang gadis yang mulai memimpin barisan, …
“kawan-kawan, cepat bentuk barian, ada info penting buat kita semua dari kak Angga”

Sesaat terperangah, ia tergesa masuk barisan, lalu si gadis kembali ke barisan pula, berdiri di sampingnya tepat!.

Setelah kompak dan tenang, seorang lelaki berpakaian pencak silat mengambil posisi di hadapan para siswa yang siap berlatih:

“pimpinan saya ambil alih, perhatikan semuanya……siaaapppppppp….gggrraaaakkk”

Lalu terdengar gerakan cepat dari para siswa yang berbaris rapi,:

“setengah lengan lencang kanaaaaaaaannnnn……..graaaakk!”

Semua mengikuti instruksi sang pelatih, lalu:

“Assalamualaikum WM Wb!, Salam Sejahtera buat kita semua, met sore semuanya, hari ini ada sparing campuran, pesilat putri melawan putra, sekarang buat lingkaran”

Tak lama terbentuk lingkaran besar, seratusan pesilat bersiap berlaga tarung dalam rangka latihan menghadapi kompetisi di Daerah tingkat II dan I, Ipul maju pertama kali, melawan Dewi!

“Pesilat, hanya boleh menyerang  area aman, ingat dilarang memukul wilayah terlarang, bisa dimengerti!” Ipul hanya mengangguk tanda mengerti, Dewi bersikap sembah silat, lalu mundur beberapa langkah, saat pelatih member aba-aba “mulai” keduanya hanya terpakau, “merapat silahkan segera menyerang!!!”





Lalu Dewi memukul cepat, walau seorang gadis namun ia juga komandan marching band yang cekatan dan rajin olahraga terutama jogging, nafasnya kuat dan tubuh wadagnya yang ramping namun padat sangat lentur, kekuatan dan kecepatan serangannya membuat Indra beberapa kali terkapar jatuh telak!.

Indra sendiri beberapa kali mewakili daerahnya di ajang Porprov, namun menghadapi mantan pacarnya yang baru putus beberapa bulan lalu ia mati langkah, namun rasa nyeri dan sakit akibat tendangan dan pukulan Dewi yang menggedor Body Protektornya memaksa ia membela diri, ia tangkap sebuah tendangan memutar, ia angkat tubuh sang mantan dan membantingnya tanpa ampun:

 “bukkk…!!!!”


Dewi terbanting keras di atas rerumputan lokasi latihan, tanpa ampun terjungkal terbanting, lalu terguling beberapa kali, ia jatuh dengan sangat telak, ia bangkit dengan cepat, kip dengan lincah langsung berdiri tegak, lalu memmasang kuda-kuda ringan, tangan kiri di silangkan di tengah dada, ujung jari jempol di tariknya ke dalam, tangan kanan ia buka memutar pelahan ke samping lalu berhenti di atas kepalanya, lutut ia buka sedikit, agak condong ke sisi kanan tubuh rampingya yang padat.

Aroma wangi karena mekarnya jajaran bunga-bunga mawar merah di halaman sekolah tercium lembut, terbawa semilir angin selatan, harum yang menenangkan jiwa dan membuatnya lebih mudah berkonsentrasi, wangi yang kini bercampur keringat yang berasal dari tubuhnya tak ia hiraukan, berusaha menetralisir rasa sakit akibat benturan-benturan manakala beradu jual beli pukulan dan tendangah dengah Indra, ia fokus pada detak jantungnya yang masih memburu, ia atur nafas pelahan, lalu bersiap, lalu nyeri dan sakit di sekujur tubuhnya sedikit berkurang, ia masih bersiap dalam posisi kuda-kudanya, suasana hening di lokasi sparing!.

Sanggul rambutnya sedikit wedar, menutupi sebagian wajahnya yang penuh keringat, semilir angin lembut mesra mengelus kulit wajahnya, ia memejamkan mata mencerna segala energi alam yang tiba-tiba saja seperti berpusar-pusar berkesiung memasuki sekujur tubuhnya, ia merasa segar berangsur-angsur pulih dan makin bertambah kuat tenaga murni dan cakra prana tenaga cadangannya, tenaga dalamnya mulai terunggah membuat dinding-dinding pertahanan baru, keringat yang menitik menetes di leher, dada, dan sekujur tubuhnya kian deras, sakralnya telah telah basah oleh keringat, wajah ayu namun kini berubah tegas berwibawa, ia bukan lagi gadis mayoret marching band sekolah yang seksi, kini ia menjelma menjadi sosok pendekar putri anggun, namun tangguh!.

Ia ubah posisi kuda-kuda ringan menjadi posisi pasang kembangan setengah mekar, lalu di susul perubahan pasang dengan sikap pasang kuda-kuda metok, walaupun sesak di dada ia tahan, ia mememjamkan mata sesaat, fokus pada nafas dan gemuruh detak jantungnya yang cepat terpacu, lalu di bukanya mata pelahan, ia siap menerima serangan Indra, Indra masih terpaku, ragu menyerang sang dara, Dewi tenang di posisi kuda-kudanya, ia tetap bersikap pasang metok, sunyi saja, pelatih memberi binaan karena keduanya terlalu lama diam tanpa ada yang mencoba membuka serangan:

“pesilat, pasang……mulai!!!”

Keduanya kembali mengubah sikap pasang, setelah sesaat jeda karena mengambil nafas untuk sekedar mengurai rasa sakit, karena hantaman yang mereka berdua terima bukan hanya serangan yang mengandalkan kecepatan tata gerak teknik silat, namun memasuki tahapan tata gerak olah pernafasan yang mengunggah energi cadangan, energi tenaga dalam yang mematikan!.

Selanjutnya Dewi tak mau menunggu lebih lama lagi, ia melompat sambil berteriak kecil sambil mengarahkan pukulan ke arah dada lawannya:

“Hiaattttt…!!!”

Indra ia serang cepat, lalu berulang kali jual beli pukulan bervariasai dengan tendangan dan sapuan bawah serta atas, pertarungannya dengan sang mantan seakan-akan pertarungan hidup mati!.

Keduanya sampai basah kuyup, keringat membasahi sakral pencak silat dua remaja yang beranjak dewasa itu, pakaian mereka yang kini tak rupa pakaian sakral yang menunjukkan ciri khas seragam pencak silat saking banyaknya kotoran, seragam yang penuh debu dan noda!.

Beberapa kali tangkapan dan sapuan Indra menyakiti tubuh sang gadis, namun Dewi bertarung seperti orang yang punya teknik kebal, jatuh bangun lagi , lalu jatuh lagi, bangun lagi cepat seperti tak merasakan sakit, ia memendam dendam dan gemas karena diputus lewat SMS, ia penasaran, apakah sang mantan telah punya kekasih yang lebih cantik darinya.

Ia akan lega jika pacar baru Indra lebih seksi, cantik dan digdaya, ia merasa kalah terhormat, namun sampai bulan ketiga setelah SMS putus cinta dari Indra, ia belum melihat tanda-tanda sang mantan ada pacar baru, ia gerah, ia sangat geram, seorang Dewi marah sejadi-jadinya, wajah manisnya memerah menahan gejolak amarah yang maha dahsyat, mendidih darahnya, menggelegak seakan gunung berapi yang menunggu detik-detik akhir jelang erupsi, letusan emosi yang menggumpal sekian lama!.

“cukuuuuup…..berhentiiii…!!!”

Sang pelatih menengahi saat Dewi memusatkan segenap tenaga di genggaman tangannya, energi pernafasan tingkat tinggi sangat berbahaya jika digunakan untuk menyerang, bagi pesilat yang kena pukulan tersebut bisa terluka dalam, apalagi bagi yang bertenaga dalam pas-pasan, bisa fatal akibatnya, mengakibatkan luka dalam, jantung bisa pecah jika terkena teknik pukulan tenaga dalam yang mapan!.

Namun terlambat, kecepatan sang gadis pesilat telah melampaui peringatan sang pelatih yang menjadi wasit sparing sore itu, ia menyerang dengan sangat cepat, sangat sulit di tangkap oleh mata wadag, dan di puncak serangannya itulah Indra terpental beberapa langkah ke belakang, dadanya terhantam pukulan telak Dewi, ia merasa dada kiri atasnya bagaikan tersengat bara api yang membara, mendadak panas dan nyeri menyeruak kesadaran jiwanya, sesaklah nafasnya seketika, panas dan serasa terbakar api dadanya makin menjadi-jadi, ia kesakitan, rasa sakit yang membuat ia kesulitan bangkit lagi…….


”arghkkhh..uhukk,uhukk”

Terhuyung-huyung ia berusaha salto kip untuk bangkit, namun jatuh lagi, jatuh terjerembab dengan memelas dan mengenaskan, ia terdiam, hening seketika suasana di lokasi latihan, sangat hening, sejenak yang hadir sekan sulit bernafas, suasana mendadak berubah menjadi sangat tegang sodara-sodara!!!.

Sang pelatih mendatangi Indra, dibaringkanya yang cidera, dilepasnya Body prtektor, dibukanya  lalu memeriksa dada kiri sang pemuda yang terkena hantaman…….menghitam bersemburat biru urat-urat darahnya seperti terbakar!, kulit daging yang nampak jelas telah biru kehitam-hitaman, menunjukkan ada luka dalam, kulit yang gosong!, memar parah, tanda pukulan tenaga dalam, body protector Indra yang di lambari energi cakra tenaga dalam pertahanan diri telah tembus oleh pukulan maut seorang gadis belia yang beranjak dewasa!!!.

Nampak benar sang gadis mengeluarkan puncak kekuatan pukulan tenaga dalamnya, pukulan terlarang dalam aturan resmi IPSI!.

Sang pelatih menempelkan telapak tangannya ke dada korban pukulan tenaga dalam, ia memejamkan mata dan mulutnya bergetar seakan merapalkan sebuah mantram doa, Indra menyeringai kesakitan, dadanya seakan terbakar bara api kian panas manakala ada aliran energy dingin yang menyusup pelahan-lahan ke pusat rasa sakit di dada kiri atasnya, benturan panas dan dingin membuat Indra nyaris pingsan saking nyerinya sengatan sakit……ia menggeliat menahan sakit yang menyengat sampai ke ulu hati!.

“arkghh..akhh,,,huukkgg!!!”

Sang korban pukulan maut merintih memilukan!!.

“hmmm….segoro geni, dari mana anak gadis ini mendapatkan jurus terlarang mematikan ini”

Sang pelatih bergumam dalam hati, takjub dan heran melihat muncul kembalinya ilmu pukulan segoro geni yang lama tidak di turunkan oleh padepokan pusat, dan kini siswanya yang baru mori kecil menguasai teknik mematikan itu, gegabah, sungguh gegabah orang yang , memberi ilmu sekejam ini pada anak gadis yang beranjak dewasa, yang kestabilan emosi dan jiwanya belum dalam tataran mapan, tataran di mana ia berhak memiliki “mainan” yang sedemikian berbahaya bahkan mematikan jika salah dalam penggunaannya.

Sesaat hening, lalu sang korban bangkit dan terhuyung masuk menempatkan dirinya di lingkaran kembali, cideranya nampak tidak terlalu parah, karena ia memiliki energi cakra pelindung yang sudah lumayan mapan, walupun sempat tembus oleh gedoran maha dahsyat pukalan tangan kanan Dewi yang telah di lambari energi tenaga dalam tataran tinggi, kalau saja situasi Indra masih kosong dan belum menguasai teknik pertahanan diri yang bersumber pada dasar tata gerak oleh pernafasan dasar tenaga dalam, ceritanya akan sangat lain, bisa gosong jantung dan ulu hatinya, tewas mengenaskan dengan dada hangus terbakar, ih, ngeri!!!.

 Dewi duduk tak jauh darinya, cuek saja ia melihat Indra terbatuk-batuk berusaha bernafas secara normal!.

“pesilat….ambil posisi push up, ambil jatah 100 kali!”

Walau Dewi sedikit  yang ngedumel jengkel karena dihukum, ia taat melaksanakan perintah pelatih, 100 kali push up lakukannya dengan cepat, termasuk Indra, walau dadanya masih nyeri, ia selesaikan juga push upnya ke 100 sampai badanya bergetar hebat kelelahan plus menahan sakit dan nyeri di dada kirinya!.

“sudah saya bilang, fokuskan pada speed, jangan gunakan power berlebihan pada lawan sparing, kita berlatih bukan berperang”

Sang pelatih memberi binaan dan arahan kepada anak didiknya, semua mendengarkan dengan serius, Indra dan Dewi duduk dengan pandangan mata kosong!, seakan jiwa dan kesadarannya melayang ke negeri antah berantah!!!.


Dewi merasa seperti linglung, belahan jiwanya baru saja ia lukai, ia merasa bersalah, namun api amarah masih membelengu hati dan nuraninya, ingat benar ia sikap menjengkelkan Indra yang kini seakan cuek bebek pada kehadiranya, mereka dekat secara wadag namun jauh secara batin!.

Beberapa bulan sebelum pertarungan yang mengakibatkan sang mantan cidera, ia sedang fokus mempelajari kanuragan tingkat tinggi, ia akan gunakan menghajar Indra jika ada kesempatan beradu tanding jurus di kegiatan sparing campuran antara pesilat putra melawan pesilat putri, dan kini terbukti, Indra jatuh terlentang tanpa ampun!.

Ia tiba-tiba ingat ketika ia setiap malam asyik menerima telpon dari seorang Indra Bayu Harimurti, cowok yang mengisi hari-harinya dengan keindahan yang sulit terungkapkan kata-kata, keindahan dunia asmaraloka, yang kini ia lukai dada kirinya dengan teknik pamungkas pukulan maut segara geni.

Setiap ada telpon selalu ia angkat dengan berbunga-bunga, bahkan sampi pagi betah mengobrol berdua sambil cekikikan takut ketahuan orang tua masing-masing, makin malam bonus gratisan telpon makin hangat bahan pembicaraan bagi yang sedang di mabuk cinta!!!!, luar biasa sodara-sodara, mungkin ini mirip kisah panjenengan manakala berpacaran, iya tidak pembaca yang baik!. (yang tersenyum berarti iya).

Ia sadar kembali, masa lalu ya masa lalu, saatnya ia harus bangkit, move on! Dewi menepis bayang-bayang masa lalunya dengan sang mantan, kini terbalaskan jengkelnya, Indra terjatuh telak kena tonjokan mautnya.

Jauh sebelum hari pertarungan maut itu terjadi, setiap pulang sekolah Dewi menemui seseorang yang di panggilnya Mbah Kakung, seorang kakek sepuh yang menjadi tukang kebun ayahnya, mengurus taman dan kebun keluarga yang penuh tanaman buah, lalu tak sengaja sang Kakek menurunkan ilmu yang sudah sangat langka, ilmu yang sudah tidak pernah lagi terdengar dan terlihat di jagad persilatan modern ini!, ilmu Segara Geni!!!.

“sebentar mbah kung, apa tadi doanya, saya catat dulu ya mbah!”

“Ia nduk, kamu catat saja, setelah hafal kami bakar, agar tidak jatuh kepada tangan orang yang tidak berhak mewarisi ilmu ini!”

“, sebentar-sebentar mbah, apa tadi…..niat ingsun amatek ajiku segoro geni, diijabahi marang kang kuwasa nggada geni, ingsun nyekseni jeneng siro kang kasebut ratuning geni, sira kang kasebut jagade geni, siro kang kasebut segorone geni, RATU IRO RATUNING GENI, JAGAD IRO JAGAD GENI, SEGORO IRO SEGORO GENI…dst”

“iya nduk, setiap akan melakukan pukulan, doa itu kamu rapal dalam hati, makanya kamu harus hafal di luar kepala!”

Lalu ia menuliskan lagi beberapa kalimat pada bukunya, sementara suara sang kakek sepuh, tukang kebun ayahnya dengan telaten dan sabar menuntun setiap kata-kata dengan  jelas, tertata pola kalimat dan tata bahasanya, lalu sang kakek sepuh banyak-banyak memberi arahan pada sang gadis sampai dirasa cukup, lalu Dewi cepat pulang, mengambil jalan pintas, masuk rumah lewat pintu belakang!.

Kini ia bukan hanya sekedar murid biasa dari sebuah Sekolah SMK lagi, ia sering begadang, sampai jelang pagi terkadang, sisa waktu sejam dua jam ia tidur, pasang alarm agar tak terlambat masuk sekolah, ia paksakan membagi waktu untuk bersekolah, latihan silat di halaman sekolahnya dan juga belajar kanuragan Segara Geni dengan arahan dan bimbingan seorang kakek tua yang baru saja menjadi tukang kebun ayahnya, walaupun kadangkala kena marah gurunya gara-gara tertidur di kelas!!.


Ia menjalani laku yang berat, kesedihan hatinya akibat putus cinta membuatnya tahan tidak makan dan menahan minum, ia menjalani laku mutih seminggu penuh, pada hari ke 4, 5 dan 6 ia selalu di datangi sosok-sosok mengerikan ketika tertidur, di hari ketujuh ia melihat lautan api yang menyala berkobar-kobar mengerikan, kobaran api yang maha dahsyat!.

Dari dalam kobaran api merah menyala terang itu ia melihat munculnya sosok tinggi besar yang tubuhnya terbentuk dari nyala api biru keputih-putihan, berkobar-kobar liar api itu di sekujur tubuhnya, sosok yang selalu mendatanginya begitu ia kembali tertidur,  mendatanginya sampai menjelang pagi, ia ketakutan, ia kepanasan yang luar biasa menyegat, sampai basah kasur dan selimutnya akibat keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya, namun ia sudah bertekad untuk tabah, tak goyah dan tak bangun dari tidur, fokus pada doa mantram yang di rapalnya dalam hati dalam alam tidur mayanya.

” niat ingsun amatek ajiku segoro geni, diijabahi marang kang kuwasa nggada geni, ingsun nyekseni, jeneng siro kang kasebut ratuning geni, sira kang kasebut jagade geni, siro kang kasebut segorone geni, RATU IRO RATUNING GENI, JAGAD IRO JAGAD GENI, SEGORO IRO SEGORO GENI……dst……..lalu sigeg/berhenti di kalimat mantra, MANUNGGALO MRING JIWO ROGOKU”


 “ akhirnya sesaat sebelum fajar terbit, sosok itu tubuhnya mulai mengecil, lautan api mulai padam, lalu sosok itu sempurna sirna tak berbekas, menjelma menjadi setitik kecil cahaya putih menyilaukan, titik putih kebiruan yang benderang terang berkilauan menyilaukan pandanagan mata wadang, titik cahaya yang secepat kilat tak sampai satu kedipan mata melesat masuk pada ubun-ubunnya, lalu ia terbangun.

Di sisa terakhir hari tirakat mutihnya, buku berisi doa ilmu segara geni dari si kakek tukang kebun ia bakar, sesuai pesan sang kakek agar menghancurkan tulisan doa wingit tersebut begitu ia telah hafal agar tidak jatuh kepada orang yang salah, abunya ia larung/dihanyutkan di pertemuan dua arus sungai kecil tak jauh dari rumahnya.

Sorenya sang gadis belanja keperluan tebusan, pisang raja setangkep, seekor ayam jago beruleskan hitam cemani, aneka macam jajan pasar dan bunga 7 rupa, dan beberapa ubo rampe pelengkap lainnya, ia gelar di sudut kanan kamar tidurnya, ia menahan tidur sampai kokok ayam jantan pertama menggema di malam akhir ia menjalani laku yang berat, ia fokus pada niat sambil membaca doa mantram yang ia dapatkan dari sang kakek tukang kebun, dan hasilnya di luar dugaan, ilmu itu seakan berjodoh dengan dara ayu yang kini beranjak tumbuh mekar sebagai gadis dewasa, ilmu mengerikan yang sudah nyaris punah dari khasanah kanuragan beladiri asli nusantara!.
…………………………………………………

“baik, sampaikan salam kepada orang tua, hati-hati di jalan, langsung pulang jangan keluyuran, kita bertemu di hari Selasa sore dan Kamis sore serta Sabtu Malam di latihan calon warga di waktu dan tempat yang sama, ajak kawan yang malas datang, lima bulan dari sekarang kita sudah mulai seleksi dan fokus ke TC jelang Kejuaraan Porprov, dan 3 bulan lagi kita ada kenaikan tingkat siswa dan calon warga Purwa”

Lamunan Dewi buyar, pelatihnya berteriak sesaat setelah memberi petuah dan nasehat, ia bahkan tak ingat apa-apa saja yang dikatakan sang pelatihnya itu.

“wik, jangan pulang dulu, sini, aku mau bicara denganmu sebentar”

Dewi urung menghidupkan motornya, tiba-tiba sang pelatih sudah ada di dekatnya, ia batal pulang.

“ada apa kak”

“dari mana kau memperoleh pukulan maut-mu itu, masak dada Indra sampai memar biru gosong gitu, padahal body protektornya yang kualitas paling bagus, sanggup menahan pukulan terkuat dari atlit kelas berat sekalipun”

“ah, belajar sama kakak kan, pernafasan dasar itu saya pelajari tiap hari, saya ulang setiap pagi dan sore, bahkan jelang tidur sampai sejam lebih kadang, persis sama yang kakak ajarkan untuk materi sabuk Mori Kecil, bener kak, aku ndak bohong deh sama kakak”

“iya deh wik, kakak percaya saja, namun jika kamu belum bisa mengatakan apa sesungguhnya yang ada dan apa yang kau simpan, kakak hanya bisa berdoa yang terbaik, semoga Dewi tetap jadi anak yang baik, apapun yang kau miliki jangan sampai menyakiti sesamamu wik, ingat janji siswamu lho”

“hehhee…siap kak, dewi akan selalu ingat deh pesen kakak”

“ok, sampi jumpa wik, kakak duluan ya”

“sip kak!”

Lalu senyap, sang pelatih gagal mengorek informasi penting, mengapa anak didiknya memiliki kanuragan sedemikian tinggi, sangat jauh dari posisinya sebagai siswa tingkat akhir pemegang sabuk mori kecil, sangat jauh dari ekspetasi seorang pra Warga, seorang calon warga yang memiliki pukulan maut, teknik pukulan segoro geni, yang sang pelatihpun hanya mendengar kisah kengerian ilmunya itu di padepokan pusat.

Sementara si gadis lega, ia terpkasa berdusta, karena berjanji kepada guru misteriusnya, si kakek tukang kebun dan juru taman, agar merahasiakan kegiatan penurunan ilmu terlarang itu, kata sang guru misterius, ia merasa cukup memegang amanat itu, dan kini telah menemukan garis penerus, pewaris yang ia anggap layak menerima ilmu sinengker/rahasia itu, ia percaya pada Dewi, manakala sang gadis bisa menjawab setiap teka-teki dan pertanyaan jebakan yang hanya sosok yang berhak akan ilmu itu yang bisa menjawabnya dengan benar dan baik, bahkan kata sang kakek, tanda di garis tangan kanan Dewi menunjukkan ia pewaris sah dari ilmu Segara Geni itu!!!!!!!!.

Diam-diam sang gadis menyesal, ia merasa sangat berdosa, merasa sangat bersalah, Indra, sang mantan ia lukai justru dengan ilmu kanuragan yang baru saja ia kuasi dasar-dasarnya, untung bekas pacarnya itu menguasai dasar-dasar pernafasan tenaga dalam dari jalur ilmu dan tata gerak kanuragan dasar yang sama-sama mereka pelajari di latihan calon warga, apalagi dalam sparing itu mereka sama-sama mengenakan pelindung terbaik, body protector standar IPSI Nasional.

Dewi terbakar cemburu, sesaat sebelum terjadinya sparing tadi, sempat dilihatnya sekilas Indra membantu Sonia, kawan satu angkatanya yang juga memegang sabuk mori kecil, calon warga penuh, Purwa sama seperti Dewi dan Indra, Sonia yang terjatuh akibat Sparing melawan Yudi, terpental jatuh pas dekat tempat Indra duduk, lalu dengan mesra Indra membantu Sonia bangun, Sonia juga sangat manis sikapnya saat di bantu berdiri, pemandangan itu yang memutuskannya di saat akhir jelang laga sparing latihan rutin untuk mengeksekusi Indra dengan pukulan pamungkas, jurus pukulan maut segoro geni!.

Ia ingat, betapa api cemburu membakar jantung dan darahnya menggelegak tak terkendali, di tengah baku hantam sengitnya sparing, sambil berdiri mantap dan dengan siap kembali kuda-kuda pasangan metok, ia merapal mantram segoro geni.

“niat ingsun amatek ajiku segoro geni, diijabahi marang kang kuwasa nggada geni, ingsun nyekseni jeneng siro kang kasebut ratuning geni, sira kang kasebut jagade geni, siro kang kasebut segorone geni, RATU IRO RATUNING GENI, JAGAD IRO JAGAD GENI, SEGORO IRO SEGORO GENI, tak bandemke mring anggane musuh ingsun lebur tanpa dadi…dst”



Ia fokuskan kesadaran nalar budi lahir batinnya pada-Nya, Tuhan seru sekalian semesta alam, ia mengunggah kuasa panasnya daya cipta api, ia hanyut dalam alam maya meditasi sesaat sebelum melepas ilmu wingit itu!!!.

Udara mendadak panas!, segenap yang dudukmelingkari pertarungan wajahnya seperti terkena siraman udara panas yang tak wajar yang tiba-tiba saja hadir di tengah-tengah sparing antara Dewi dan Indra!.

Udara panas yang bahkan sempat membuat sang pelatih yang menjadi wasit mundur selangkah dan menahan nafas mengunggah kuasa cakra tenaga cadangannya untuk mengurangi sengatan panas tak biasa yang seperti menyerap energi murni tubuhnya, ia atur nafas untuk mengurangi dan melawan sengatan udara panas yang tiba-tiba saja seperti muncul dari tubuh Dewi, sengatan yang sekaligus menguras dan menyedot tenaga sang pelatih yang mendadak merasa lemas, bukan hanya lemas biasa, lemas seperti di hisap sesuatu yang kasat mata, namun dalam situasi sengatan udara panas yang tak wajar, sang pelatih waspada akan hadirnya sebuah kanuragan yang tak boleh di anggap sepele dan remeh temeh, ia memejamkan mata membaca doa pagaran, memusatkan nalar budi dan memusatkan konsentrasi pada kekuasaan sang maha pemberi hidup, berharap kasih karunia-Nya, berharap tak terlambat mengantisipasi situasi!.

Di saat detik jelang Indra kena serangan, bahkan sang pelatih sempat memagari jasad wadag/tubuh Indra dari jarak jauh, hal itu pula yang kiranya mengurangi keseriusan cidera luka dalam akibat pukulan maut segoro geni dari Dewi, ya, benar, pagaran jarak jauh dari sang pelatih secara tidak langsung menjadi dasar bisa selamtanya Indra dari akibat kengerian ilmu langka yang sudah lama tidak muncul di dunia persilatan, bahkan banyak yang menduga sudah punah, karena pewaris terakhir tidak pernah di ketahui siapa yang memiliki teknik pukulan maut yang maha dahsyat dan sangat mengerikan tersebut!.

Namun naas, Indra gagal menyadari, ia anggap panas yang menyeruak bersamaan hantaman tangan kanan Dewi adalah panas tubuh biasa yang justru berasal dari jasad wadagnya sendiri akibat terpacunya detak jantung yang memicu suhu tubuhnya, namun panas itu membuatnya seakan menyedot cakra murninya, ia merasa tak bertenaga secara mendadak, ia terkulai lemas seketika, ia mati-matian berjuang sekuat kemampuannya untuk bertahan di tengah sengitnya jual beli pukulan dan tendangan, namun udara makin panas menyengat dan puncaknya, bersamaan pukulan Dewi, panas itu sekan menyengat kuat di dada kirinya, dan tubuhnya seperti lemah tak bertulang tanpa tenaga, habis tenga murni cakra pelindungnya!.

Pukulan kuat yang dilambari teknik ilmu segara geni itu menemui sasarannya dengan mudah:

“desssshhkkkk!!!!”

Body protector Indra berguncang dengan sangat hebat!

“arggkkhhhh!”

Indra memekik tertahan!

Lalu Indra jatuh, terpental jungkir balik tanpa mampu bangkit, dadanya gosong biru memar kehitaman akibat pukulan tangan kanan Dewi yang di lambari ilmu segara geni, pukulan maut yang ia hantamkan telak di dada kiri sang mantan, sesaat sebelum Indra belum benar-benar sadar untuk mengantisipasi teknik tipuan-tipuannya manakala menyerang.

Dewi  meloncat panjang ke belakang, menyatukan kedua tapak tanganya di atas kepala, lalu ia menghembuskan nafas pelahan dari mulutnya, menghembuskan nafas dengan tenang dan sorot wajah tegangnya pelahan menjadi biasa dan normal, tangannya yang meyatu di atas pelahan turun dan kini sudah dalam posisi berdiri sempurna dengan tenang dan mata memandang hasil pukulan mautnya!.

Udara panas di sekeliling lokasi sparing itupun mendadak sirna bersamaan dengan sikap Dewi yang kini telah dalam kondisi biasa, duduk tegak diam memandang ke depan dengan tenang!, wajah manisnya nampak anggun dengan rambut hitam panjang sebahu yang nyaris terurai akibat simpul talinya telah longgar, rambut sedikit acak-acakan oleh sengitnya pertarungan, rambut yang sebagian menutupi wajahnya yang basah oleh keringat, wajah tenang seorang gadis pendekar, wajah manis yang nampak anggun berwibawa!.

Sesaat tadi, Dewi menyerang sangat cepat, Indra yang lengah karena menganggap remeh kekuatan seorang gadis menemukan hari naasnya, ia berulang kali terkena tendang di perut, dada dan sekujur tubuhnya menjadi samsak hidup, ia jungkir balik tersapu dengan rangkain jurus tipuan dasar, variasi tendangan sapuan dan pukulan mantan pacarnya itu.

Indra yang terkecoh mentah-mentah oleh gerakan dan tata gerak serangan mantan kekasihnya itu terbukalah pertahanannya dengan nyata, telak pukulan Dewi menghantamnya tanpa ampun sampai nyaris siup, hanya karena ketahanan jasad wadangnya saja Indra selamat, benar sekali, hanya karena sering melatih diri di pernafasan dasar saja yang meningkatkan kemampuannya manakala menerima hantaman telak, dan bukan tidak mungkin jika penguasaan ilmu Segara Geni Dewi sudah naik dari tataran dasar, kisahnya akan sangat lain, Indra bisa tewas terbakar kulit dagingnya akibat kengerian teknik pukulan segoro geni tingkat tinggi, dan di lain pihak, pagaran jarak jauh sang pelatih dari pukulan maut segara geni dewi membuat Indra sedikit banyak terselamatkan, walau tidak dapat di pungkiri, luka dalam itu tetap ada dan memerlukan pengobatan secara theraphy tenaga dalam dari jalur ilmu yang sama!!!.

Bagaimanapun kisah kehidupan anak manusia, Tuhan sudah mengaturnya sedemikan rupa, Indra yang terluka dalam, di bawa sang pelatih menemui seniornya, agar benar-benar pulih, Sonia yang ingin ikut mengantar di arahkan oleh pelatih untuk segera pulang, ia sedikit banyak tahu, Sonia lama berusaha mendapatkan perhatian lebih dari Indra setelah tersiar kabar Dewi dan Indra teah putus secara resmi, namun Indra dengan sikap kukuhnya tetap bertekad tidak berpacraan selama menempuh pendidikan pra Purwa, ia ingin lulus dengan predikat memuaskan.

Tekad Indra satu, ia ingin dasar-dasar tata gerak pencak silat, jurus-jurus dasar dan dasar-dasar kanuragan dan tenaga dalam benar-benar mapan ia kuasai di tingkat Purwa, agar ia bisa naik ke tataran Madya di usia dewasanya kelak jika sudah bekerja, menikah dan memilki istri dan anak.

Dan sang pelatihpun sedikit banyak tahu, kenapa Dewi sampai tega sekejam itu menghajar Indra yang justri setengah hati menghadapi mantan kekasihnya itu, keengganan yang bahakan hampir merengut nyawa Indra, sang pelatih tahu betul tabiat anak didiknya, Dewi cemburu akibat Sonia makin dekat dengan Indra, namun sesungguhnya yang terjadi, pertemanan Indra dan Sonia itu hanya pertemanan sesama saudara seperguruan dari jalur ilmu dan tata gerak pencak silat yang sama yang sama-sama mereka pelajari selama gladian latihan rutin sepulang sekolah!.


Malam harinya, di kediaman warga Madya yang malam itu sudah menyiapkan diri khusus di rumahnya, setelah di hubungi adik angkatannya yang menjadi pelatih, memberitahukan ada yang luka dalam akibat sparing, sparing yang sesuai aturan perguruan, selalu mengunakan alat safety pelindung diri body protector, namun masih jebol juga sehingga anak didiknya mengalami luka yang tak wajar!.

“silahkan masuk mas, sini-sini, gimana-gimana kisahnya, ayo Ndra, kenapa ini, berantem sama Dewi yo kamu sampai bonyok gini, aduh, anak lanang sing ganteng sendiri sekampung, sini saya lihat dulu bekas luka pukulan itu”

Sang warga Madya yang ramah dan senang berkelakar itupun segera memeriksa sekilas dada korban pukulan maut itu, ia merasa takjub, dada siswa yang tergolek lemas itu benar-benar gosong, hitam membiru sebesar genggaman tangan orang dewasa tepat di dada kiri atas, ia cek, tidak ada tulang dadanya yang patah, selain body pelindung, ketahanan siswa yang luka juga mempengaruhi serius tidaknya cidera akibat pertarungan antar pesilat!.

Ia menggumam dalam hati:

 “hmm..sungguh tak kuduga, ada kejadian seperti ini, semoga pemegang pukulan maut ini kelak menjadi kesatria sejati yang memegang panca setianya, tidak menggunakan anugerah ini untuk kejahatan, semoga aku masih di beri kekutan batin untuk bisa mengarahkan adik-adik angkatanku ini agar menjadi manusia yang purna berguna bagi sesamanya kelak, manusia kesatria yang menjalankan darma panca setia yang utuh”.
“padahal tadi saya sudah pagari jarak jauh, masih tembus juga mas, mungkin juga karena saya yang lengah atau memang si Dewi yang memiliki ilmu wingit itu”

Sang pelatih sedikit menjelaskan asal muasal luka di dada kiri nak didik mereka.

Sang warga Madya, segera bertindak cepat, ia tidurkan korban pada sebuah amben yang terbuat dari bilah bambu kuning yang telah di lapisi tikar pandan, ia memberi arahan agar Indra fokus berkonsentrasi pada sebuah titik pandangan, mengatur nafas dan mendengarkan detak jantungnya seraya mengendurkan segenap otot-otot tubuhnya, lalu sang warga Madya mengusap sang murid dengan baluran cakra murni pengobatan yang di lambari tenaga dalam penyembuhan yang bersumber dari daya cipat alam semesta, ia balurkan mulai ubun-ubun sampai tapak kaki, lalu kembali ke dada kiri korban yang menderita luka dalam dengan lebih lama dan intens, Indra tertidur lelap, ia merasa sangat nyaman dan pulas dalam buaian nyamannya amben bambu beralaskan tikar pandan itu!.

Setelah Indra meminum air doa, ia duduk bersila, sang warga Madya memberinya Hypnotherapy, sehingga pelahan berkurang panas dan nyeri di dada kirinya, ia mulai bisa bernafas dengan lancar, lalu setelah membuka matanya dan meminum segelas air putih lagi, benar-benar pulihlah cidera luka dalamnya akibat pertarunganya dengan gadis yang sampai detik ini masih sangat ia cintai, hanya karena mereka masih siswa saja ia terpaksa putus, ia berniat meneruskan hubungan kelak jika sama-sama sudah naik tingkat menjadi warga penuh, sehingga ia bisa CLBK dengan sang pujaan hati, Dewi, Dewi Rahayu Paramitha Silvyani!.

Ya, benar sekali, ia ingin Dewi menjadi ibu dari anak-anaknya, anak-anak yang sehat dan lucu yang kelak mewarisi ajaran pencak silat peninggalan leluhurnya, sekali lagi, Indra ingin Dewi menjadi isterinya yang sah secara hukum syariat, sah secara hukum Negara dan Pemerintah, dan sah secara hukum adat kearifan lokal leluhurnya!.

Di kediaman sang warga Madya, Indra sedang dalam tahap penyembuhan, karena dasar-dasar tenaga cadangan yang ia miliki sering terasah sampai tataran cukup mapan manakala latihan rutin, baik latihan di sekolah maupun berlatih di rumah, maka proses penyembuhan itu berjalan dengan baik sampai beberapa saat lamaya.

“ayo mas, di minum wedang jahenya, lumayan menghangatkan badan, malam-malam dingin gerimis gini kalau ndak ada istri ya mending minum wedang jahe mas buat ngangetin badan, ibunya anak-anak lama betul ke Jawa, eee…kangen keluarga Jawa katanya, ya jadi jomblo deh sayanya mas, ayo, kapan njenegan nikah, lha sudah kerja, sudah dewasa gitu, apa enaknya sih malam-malam hujan gerimis gini tidur sendiri, kan ndak yahud, lebih sip dan asyik tuh mas kalau ada isteri, heheheee”

“ah, mas Anjar bisa saja, saya sih siap setiap saat mas, namun calonnya itu lho yang belum siap, masih skripsi mas, insyaallah tahun depan di akhir tahun ia sudah lulus, insyaallah kulo sarimbit sowan marak teng ndaleme mas Anjar sekalian mbakyu, kajengipun saged tetepangan kalian calon kulo mas!”

(ah, mas Anjar bisa saja, saya sih siap setiap saat mas, namun calonnya itu lho yang belum siap, masih skripsi mas, jika Tuhan mengijinkan tahun depan di akhir tahun ia sudah lulus, jika Tuhan mengijinkan saya berdua akan berkunjung di rumah mas Anjar dan mbakyu, supaya bisa kenalan dengan calon istri saya mas).

“weee…lah dalah, wes duwe pacangan kok di delikke to mase iki, hahaaaaa,,,,yayaaaa..yaaaa..yaaaa. kulo dan istri si mamake genduk juga selalu berdoa, semoga njenengan segera punya garwo mas, opo to enake mbujang, lha wes kerjo, wes dewasa, lha kurang opo, arep nunggu opo, hheheee…leres nopo lepat mas Arif!”

(weeee…lah dalah, sudah punya tunangan kok di sembunyikan to masnya ini, hahahaa,,, yayaaa..yaaa..yaaaa, saya dan istri mamaknya si genduk juga selalu berdoa, semoga anda segera punya istri, apa to enaknya membujang, lha sudah kerja, sudah dewasa, kurang apa, akan menunggu apa, heheee…..benar atau salah mas Arif”


“leres saestu mas, nggeh sanget lerese niku mas, amin, doa restu mas Anjar sekalian mbakyu senantiasa saya minta mas”

(benar sekali mas, iya sangat benar itu mas, doa restu mas Anjar dan Mabkyu senantiasa saya minta mas).

“amin mas, semoga senantiasa berkah katresnan njenengan berdua kelak”

“amin..amin mas Anjar, sembah nuwun..amin!”



Perbincangan dua pendekar di rumah sederhana namun menentramkan jiwa itu kian hangat, membahas masalah latihan, perkembangan ranting dan cabang, masalah murid yang bandel dan masalah seputar perkembangan perguruan yang mereka rintis di perantauan yang mempertemukan mereka sehingga keduanya berhubungan akrab lebih dari kekerabatan saudara kandung, persaudaraan dari satu jalur ilmu yang sama, persaudaraan dua orang dari perguruan Pencak Silat yang sama, walau mereka beda angkatan!.

Berbincang akrab di temeni segelas wedang jahe yang hangat dan di temani singkong rebus yang masih panas mengepul karena baru saja di masak, sengaja sang warga Madya yang di panggil mas Anjar itu mencabut dua pohon singkong di kebun belakang rumahnya yang sederhan namun tertata apik dan cantik tata ruangannya, berbincang sembari menunggu Indra yang masih lelap tertidur setelah menjalani therapy pengobatan tenaga dalam penyembuhan dari senior-seniornya!.

Malam sempurna memeluk bumi, selimut kegelapan itu sesasat saja memberi temaram kelam, sesaat di timur hadir sang purnama bersolek dengan manisnya, muncul bulan bulat sempurna di ujung kaki langit timur, sinar rembulan sempurna itu mulai meremang ketika segerombolan awan memintas dengan malas, angin bertiup lembut sejuk semilir, awan berlalu, lalu sesaat terang benderang alam raya menyambut suka cita sang ratu malam yang jelita, sang dewi  malam bertahta dengan anggunnya, juwita malam yang seronok di pandang mata wadag, dan di langit kini penuh bintang berkerjap yang tiada dapat terhitung kerlipnya, bersanding mesara bintang dan bundar bulat bulan di angkasa raya bumi nuswantara!!!.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda:

Dari sebuah rumah yang besar dan megah, nampak sebuah candela kamar yang masih terbuka, dalam kamar yang lapang itu nampak seoarang gadis yang sedang duduk serius, kadang ia menutup wajahnya, lalu kembali memperbaiki duduknya, duduk gelisah, duduk di depan meja belajarnya.


Dewi gelisah di depan komputer, menghapus satu persatu foto kenangannya saat masih pacaran dengan Indra, File-file lama yang ia temukan segera di hapusnya, foto-foto yang ada wajah sang mantan kekasih, wajah Indra, matanya sembab akibat air mata yang kadang menetes menitik, ia hapus dengan telapak tangannya, ia tak perduli akan indah suasana malam bulan purnama sempurna yang menghias mayapada!!!.

Trisula Kembar

Sepasang Trisula Kembar, senjata yang menjadi lambangIkatan Pencak Silat Indonesia